THRILLER pertarungan Ali di Manila secara global dianggap sebagai pertandingan tinju terbesar dalam sejarah dunia.
Muhammad Ali, yang meninggal pada 3 Juni di usia 74 tahun, mengalahkan Joe Frazier pada pertandingan epik di Filipina pada 1 Oktober 1975.
Pertarungan Ali melawan Frazier itu sendiri, dikemas dengan intrik kerusuhan politik, ketidakadilan sosial, dan perang urat saraf kedua maestro tinju di bursa pertandingan satu bulan sebelumnya.
Sebagai penghubung Filipina dengan pihak Ali, komentator olahraga Ronnie Nathanielsz ditugaskan oleh diktator Filipina pada masa itu Ferdinand Marcos.
Selain agenda pertarungan tinjunya, di suatu malam Ali diundang mengikuti jamuan makan malam oleh tiga orang model seksi asal inggris.
Selepas makan malam, ketiga wanita cantik itu mengundang Ali untuk menemani mereka di kamar hotel.
Dan apa yang terjadi? The Greatest memenuhi permintaan mereka.
Kita sebagai orang awam, pasti mulai menerka-nerka apa yang akan mereka lakukan di dalam kamar itu. Termasuk apa yang akan Ali lakukan.
Namun disinilah sosok seorang muslim sejati berperan. Alih-alih berpesta pora dan melakukan free sex layaknya selebriti papan atas pada umumnya, Ali membicarakan tentang Islam kepada ketiga model cantik itu.
“Ali sangat serius membicarakan tentang Islam dengan teman barunya itu. Tidak tanggung-tanggung, Ali berbicara hingga pukul 3 dini hari!” kata Nathanielsz.
“Ali melawan balik ketiga model itu.”
“Aku menipu mereka, bukan?” canda Nathanielsz seperti dikutip dari Indy100 (6/3). []