SAAT itu empat puluh tahun dari kehidupan Muhammad. Dia menghabiskan bulan Ramadhan untuk berdoa dan memohon di gua Hira hingga suatu malam, cahaya wahyu tiba-tiba masuk ke dalam dirinya.
Malaikat mulia membangunkan dari tidurnya, tiga kali suara kerasnya dipekakan ke telinganya dan tiga kali genggaman keras ditimpakan kepadanya.
BACA JUGA: Tantangan Adu Laknat dari Rasulullah untuk Kaum Najran
“Bacalah.”
“Aku tidak dapat membaca,” kata dia (Muhammad).
Dia menekankanku, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu.”
Lalu Nabi menjawab, “Aku tidak dapat membaca.”
Dia mendesakku hingga aku kelelahan. Kemudian malaikat itu berkata, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia segumpal darah, karena Tuhanmu Maha pemurah.” Nabi mengulangi ayat-ayat ini. Dia bergetar ketakutan.
BACA JUGA: Dengan Isyarat dari Rasulullah, Berhala-berhala Itu Tersungkur dan Terjungkal
Pada saat itu dia datang kepada istrinya, Khadijah, yang berkata, “Tuhan tidak akan pernah menghinamu. Engkau menyatukan hubungan saudara kandung. Engkau menanggung beban kaum yang lemah. Engkau membantu Kaum miskin dan orang yang membutuhkan, engkau menghibur para tamu dan memikul kesulitan di jalan yang benar.”[]
Sumber: Sirah Nabi Muhammad Saw /Penerbit: Marja /Penulis: Prof. Abdul Hamid Siddiqi,2005