SAAT itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tengah bersama sekelompok kecil dari sahabat yang terdiri dari sembilan orang. Beliau melihat perjuangan mereka dalam menghalau orang-orang musyrik, karena kavaleri (pasukan berkuda) Khalid bin Walid telah memporak-porandakan mereka.
BACA JUGA: Kabar Duka Untuk Ibunda Rasulullah
Kini, Rasulullah dihadapkan dengan dua pilihan, segera lari menyelamatkan diri bersama para sahabatnya itu ke tempat yang lebih aman, lantas membiarkan pasukannya yang lain terkepung.
Ataukah mengumpulkan kembali semua anggota yang telah tercerai berai agar kembali ke tempat semula?
Dengan begitu, mereka dijadikan tameng guna menyibak pasukan musuh hingga puncak Uhud.
Dan dari sinilah tampak kecerdikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam membaca keadaan, juga menunjukkan sisi keberanian.
Dengan suara nyaring beliau berseru, “Wahai hamba-hamba Allah!”
BACA JUGA: Inilah Jenis Minuman yang Paling Disukai Nabi
Sengaja beliau melakukan begitu, agar orang-orang Muslim yang cerai berai dapat mendengarnya sehingga mengetahui posisi beliau. Namun, itu sama saja dengan mempertaruhkan diri Rasulullah sendiri. []
Sumber: Sirah Nabawiyah/ Karya: Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri/ Penerbit: Pustaka Al-Kautsar/ 2017