PADA suatu hari, Nabi Musa as sangat penasaran untuk mengetahui bentuk keadilan Allah SWT kepada para hamba-Nya tatkala mereka masih ada di dunia. Lalu Musa pun pergi ke Gunung Sinai untuk bermunajat, dan mencari jawaban atas rasa penasarannya yang mendalam.
Sesampainya di tempat tujuan, ia pun segera memohon pada Tuhannya, “Rabb, perlihatkanlah padaku keadilan dan kejujuranMu?”
Allah SWT menjawab, “Engkau adalah seorang yang terburu-buru, dan tidak mampu bersabar.”
“Kami dapat bersabar dengan pertolonganMu ya Rabb,” jawab Musa membujuk.
Tak lama kemudian, Allah menyuruh Musa untuk pergi ke sebuah sumber air dan bersembunyi di belakangnya, “Di sana, kau akan lihat kekuasaan dan ilmuKu tentang hal-hal gaib.”
BACA JUGA: Ketika Nabi Musa Ditegur Allah Gara-gara Menghardik Seorang Gembala
Menyadari akan jawaban Sang Maha Kasih, Musa pun bergegas menuju sebuah bukit di hadapan sumber air yang ditujukan oleh Tuhannya. Di sana, ia duduk bersembunyi untuk memperhatikan apa pun yang kelak akan terjadi di depan matanya.
Tak perlu menunggu lama, Musa melihat seorang penunggang kuda datang ke sumber air tersebut. Ia turun dari kudanya, berwudlu dan mengambil sedikit air untuk ia minum. Musa juga melihat sang penunggang kuda itu meletakkan sebuah tas koper berisi uang seribu dinar di sampingnya. Kemudian shalat, lalu kembali menaiki kudanya. Ia lupa akan koper yang diletakkan di sampingnya, malahan terus memacu kudanya.
Kemudian, datanglah seorang anak kecil. Mengambil air minum di sumber air yang sama. Dan, kemudian membawa pergi koper yang ia lihat di sampingnya itu. Tak lama berselang, datanglah seorang kakek buta. Ia minum air sumber itu, lalu mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat.
Di tengah perjalanan, sang penunggang kuda teringat kopernya yang terlupa. Ia segera kembali ke tempat semula, dan dijumpainya seorang kakek tunanetra. Si penunggang kuda langsung berkata, “Hai orang buta, koperku yang berisi seribu dinar baru saja tertinggal di tempat ini. Karena tidak ada orang lain di sini selain engkau, pastilah kau yang mengambilnya!”
BACA JUGA: Belajar dari Doa-doa Nabi Musa Kala Hadapi Kesulitan yang Berat
Kakek tua itu menjawab, “Anda kan tahu, aku buta. Bagaimana aku dapat melihat koper itu?”
Mendengar ucapan kakek tersebut, si penunggang kuda marah dan naik pitam, lalu mencabut pedangnya. Ditebasnya leher kakek yang malang itu, dan tewas seketika.
Lalu si penunggang kuda menggeladah dan mencari kopernya, namun tidak menemukannya. Ia pun pergi, meninggalkan tempat itu.
Pada saat itu, Nabi Musa berkata, “Wahai Tuhanku, kami telah sabar dan Engkau adil. Tapi mohon jelaskanlah maksud peristiwa yang baru saja itu terjadi, agar aku tidak dalam kebingungan.”
Lalu datanglah malaikat Jibril, ia berkata, “Musa, Tuhan berfirman, ‘Aku mengetahui segala rahasia, dan apa pun yang tidak kamu ketahui.
Anak kecil yang mengambil koper sesungguhnya telah mengambil hak miliknya sendiri. Hal ini lantaran ayah anak tersebut menjadi buruh penunggang kuda selama bertahun-tahun, namun ia tidak pernah mendapat hasil kerja kerasnya itu, yang bila dihitung jumlah penghasilanya sama dengan jumlah uang yang ada dalam koper itu.
Sedangkan si buta pernah melakukan pembunuhan terhadap pemilik koper yang merupakan ayah si bocah kecil tadi. Ia mendapat hukum qisash darinya. Dan sampailah setiap orang yang punya hak akan mendapat haknya. Baik yang terlihat mata manusia, atau yang sengaja Allah sembunyikan. Keadilan dan kejujuraan Kami sangat rahasia.
Usai mendengar penjelasan itu, Musa segera mengucap Istighfar. []
Referensi: 30 Kisah Teladan/ Karya Abdurrahman Arroisi/ Remaja Rosda Karya/1985