KHADIJAH merupakan putri dari Khuwailid bin Assad bin Abdul Uzza. Ia merupakan perempuan yang mulia, cerdas, teguh, cerdik serta memiliki perangai yang luhur.
Khadijah pada mulanya dinikahi oleh Abi Halah bin Zurarah. Tatkala Abi Halah meninggal dunia, beliau dinikahi oleh Atiq bin ‘Aid bin Abdullah Al-Mahzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka bercerai.
BACA JUGA: Siapa Lebih Utama, Khadijah atau Aisyah?
Setelah itu banyak dari kaum Quraisy yang melamar Khadijah akan tetapi beliau lebih prioritaskan untuk mendidik anak-anaknya, juga sibuk mengurus perniagaan yang mana beliau merupakan wanita yang kaya raya.
Suatu ketika beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau mendengar tentang Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi, yang memiliki sifat jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah, dan beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad melebihi dari apa yang dibawa oleh selainnya. Muhammad menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama dengan Maisarah.
Selama Rasulullah yang menjualkan dagangan milik Khadijah, dagangannya tersebut selalu laku sehingga mereka mendapatkan laba yang besar. Khadijah takjub dengan kerja keras serta kejujurannya Muhammad tetapi ketakjubannya mulai berubah menjadi perasaan-perasaan aneh yang ada dibenaknya yang sebelumnya tidak pernah Khadijah rasakan.
Akan tetapi Khadijah pesimis mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya sudah mencapai 40 tahun? Apa kata orang nantinya? Karena ia telah menutup pintu bagi pemuka Quraisy yang melamarnya.
Ketika Khadijah bingung dengan perasaannya tersebut. Tiba-tiba datang Nafisah binti Munabbih, selanjutnya dia ikut duduk dan berdialog hingga dengan kecerdikannya Nafisah mampu menyibak rahasia yang disembunyikan oleh Khadijah tentang perasaan dalam hatinya yang sedang dihadapi. Nafisah berusaha menghibur hati Khadijah dan membesarkan hatinya dengan mengatakan bahwa Khadijah merupakan wanita yang bermartabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas cantik. Terbukti dengan pemuka Quraisy yang banyak melamarnya.
Nafisah lalu menemui Muhammad dan mengatakan, “Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad?”
“Aku tidak punya apa-apa untuk menikah,” jawab Muhammad.
“Jika aku pilihkan untukmu wanita yang kaya, cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu akan menerimanya?”
“Siapa dia?”
“Dia adalah Khadijah binti Khuwailid.”
“Jika dia setuju maka akupun setuju,” jawab Muhammad tanpa ragu.
BACA JUGA: Empat Pelajaran dari Kehidupan Istri Nabi Khadijah
Nafisa langsung menemui Khadijah dan menyampaikan kabar gembira tersebut. Sedangkan Muhammad dia menemui paman-pamannya dan menyampaikan keinginannya untuk menikahi Khadijah. Kemudian paman Muhammad yaitu Abu Thalib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yaitu Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, selanjutnya penyerahan mahar.
Setelah selesai akad nikah lalu disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir.
Allah memberi karunia bagi rumah tangga tersebut berupa kebahagiaan dan nikmat yang melimpah, dan mengaruniakan kepada keduanya putra-putri yang bernama Al-qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah. []
Sumber: Mereka Adalah para Shahabiyat/ Penulis: Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, dkk/ Penerbit: At-Tibyan/ Juli, 2012