Orang kafir Quraisy menyadari bahwa Abu Thalib selaku paman sekaligus orang yang mengasuh Rasulullah tidak akan pernah melepaskan keponakannya itu.
Orang-orang kafir Quraisy selama ini beranggapan bahwa Abu Thalib tidak mau melepaskan ponakannya karena Abu Thalib menginginkan pertolongan dan kebaikan dari Muhammad. Untuk itu mereka berencana mengganti Muhammad dengan pemuda yang kuat yang mampu menolong Abu Thalib. Mereka beranggapan bahwa caranya tersebut dinilai akan mampu meloloskan apa yang mereka inginkan.
BACA JUGA: Doa dan Cinta Nabi untuk Umatnya
Maka mereka datang menemui Abu Thalib dengan membawa Ammarah bin Walid bin Mughirah. Mereka berkata kepada Abu Thalib, “Wahai Abu Thalib, ini Ammarah bin Walid, dia pemuda yang paling kekar, kuat dan tampan di Quraisy, ambillah dia, jadikanlah dia milikmu, sebaliknya serahkan keponakanmu, yang telah menentang agamamu, agama nenek moyangmu, membuat kaummu bercerai berai, dan melecehkan mimpi-mimpi mereka, selanjutnya kami akan membunuhnya, tidakkah ini adil, orang ditukar dengan orang!”
Abu Thalib menjawab, “Seburuk-buruk beban yang kalian bebankan kepadaku adalah ini, yaitu kalian memberi aku anak kalian supaya aku memberikan anakku kepada kalian untuk kalian bunuh, demi Allah hal itu tidak akan pernah terjadi selamanya.”
Muth’im bin Adi berkata, “Demi Allah wahai Abu Thalib kaummu berusaha berbuat adil kepadamu, mereka bersungguh-sungguh menyelamatkanmu dari apa yang kamu benci, tetapi mengapa kamu kelihatan tidak mau sedikitpun menerima tawaran baik mereka.”
BACA JUGA: Mengapa Aisyah Tidak Menikah Lagi setelah Nabi Wafat?
Abu Thalib berkata kepada Muth’im, “Demi Allah mereka tidak adil kepadaku, namun kalian sepakat untuk mengkhianati aku, dan mengajak orang-orang untuk mendemo aku, berbuatlah yang terbaik, hindari kerusakan, jauhi peperangan, agar di antara kalian tidak saling membunuh dan menyerang .[]
Sumber: Sirah Nabawiyah Sisi Politisi Perjuangan Rasulullah Saw/ Penulis: Muh. Rawwas Qol’ahji/ Penerbit: Al-Azhar Press/ 2013