Zaid bin Su`nah adalah salah satu pemuka agama Yahudi yang sangat terkenal di Madinah dan hidup pada zaman Nabi.
Menurut Abdullah ibn Salaam, Zaid ibn Su`nah melaporkan bahwa Nabi pernah mengambil pinjaman dari Zaid untuk membantu orang lain di kota tersebut dan berjanji untuk membayarnya pada tanggal tertentu. Dua atau tiga hari sebelum tanggal jatuh tempo, Zaid ibn Su’nah mendekati Nabi yang saat itu didampingi oleh mendampingi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan sejumlah sahabat lainnya. Mereka semua sedang menunaikan shalat jenazah. Setelah Nabi melakukan shalat, Zaid ibn Su’nah mendatangi Nabi dan mencengkeram baju dan jubahnya, dan menatapnya dengan marah dan berkata:
“Wahai Muhammad! Kenapa kamu tidak melunasi hutang padaku? Demi Allah, aku tidak tahu apa-apa tentang keluargamu kecuali penangguhan atas hutang. Aku tahu betul bangsamu.”
BACA JUGA: Bolehkah Sedekah saat Masih Punya Utang?
Pada saat ini Umar sangat marah dan berkata: “Hai musuh Allah! Apakah engkau benar-benar hanya mengatakan apa yang kudengar ini kepada Rasulullah? Apakah engkau benar-benar melakukan apa yang kulihat ini? Demi Dia yang memegang hidupku di tangan-Nya, jika aku tidak peduli kalau Nabi meninggalkan kami, aku pasti akan memukul kepalamu dengan pedangku.”
Nabi menatap Zaid ibn Su’nah dengan tenang dan sabar, sambil berkata kepada Umar, “Wahai Umar! Kita tidak membutuhkan ini. Aku lebih membutuhkan bantuanmu untuk melunasi pinjaman kepadanya dengan baik, dan bantuanmu untuk menghadapinya dengan sopan. Pergilah bersamanya, wahai Umar, lunasi pinjamanku kepadanya, dan beri dia dua puluh tambahan saa` ( sekitar 44 kilogram) kurma karena engkau sudah membuatnya takut. ”
Umar kemudian membawa Zaid ibn Su’nah, melunasi piutangnya, dan memberinya dua puluh kurma tambahan. Zaid kemudian menanyakan alasan pembayaran tersebut dan Umar menjawab bahwa Nabi memerintahkan untuk memberikannya karena Umar telah menakut-nakuti Zaid.
Zaid kemudian bertanya: “Apakah engkau mengenal aku, Umar?”
“Tidak,” kata Umar.
“Aku Zaid ibn Su`nah.”
“Pemuka agama orang Yahudi?” tanya Umar lagi.
“Ya.”
“Lalu apa yang membuatmu bertingkah laku dan berbicara kepada Rasulullah seperti itu?” tanya Umar.
BACA JUGA: Ingat, Janji adalah Hutang, Tepatilah!
“Wahai Umar!” jawabnya. “Aku mengenali semua tanda kenabian saat melihat wajah Muhammad kecuali dua tanda yang tidak terlihat: Satu, bahwa kesabarannya akan mendahului kebenciannya, dan bahwa kesabarannya akan meningkat saat menghadapi kebencian yang berlebihan. Sekarang aku telah mengenali dua tanda ini juga. Saksikanlah, wahai Umar! Aku menyatakan bahwa Allah sebagai Tuhanku, dan Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku. Saksikan juga bahwa aku memberikan setengah dari kekayaanku—dan aku memiliki banyak kekayaan—untuk umat Muhammad.”
Umar dan Zaid kemudian kembali ke Rasulullah SAW dan Zaid mengumumkan kepada publik: “Aku bersaksi bahwa tidak ada yang layak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan aku percaya pada dia.”
Zaid berpartisipasi dalam sejumlah ekspedisi bersama Nabi dan menjadi syuhada dalam ekspedisi Tabuk. []