Oleh: Arief Siddiq Razaan
BAGI seorang perempuan, mengetahui seseorang yang dicintainya menaruh harapan sudah lebih dari cukup untuk membuatnya bertahan. Lewat sikap dan perbuatan bertanggungjawab untuk membuat perempuan nyaman, itu jauh lebih dahsyat daripada sekadar ratusan ujaran yang menyaran maksud kesukaan.
Bukankah hakikatnya cinta itu perbuatan berkasihsayang, sehingga kelembutan perlakuan membuat perempuan merasa dimuliakan. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali memberi ruang harapan untuk dimasuki perempuan yang memang tidak diharapkan. Hal yang demikian sama saja telah menyebabkan perempuan memiliki mimpi meraih cinta yang berkesejatian di dalam kehidupan.
Tidak ada belas kasihan dalam permulaan sebuah cinta, karena membangun rasa cinta dengan rasa iba itu kebohongan. Padahal salah satu yang menjadi pondasi dalam meluhurkan cinta ialah kejujuran. Kita menuntut kejujuran satu sama lain untuk melanggengkan hubungan, tetapi kita mengawalinya dengan dusta hanya atas dasar tak ada salahnya melakukan percobaan. Timbul tanya dalam jiwa, serendah itukah makna sebuah kecintaan? Tak lebih dari sarana uji coba yang apabila dianggap tidak layak cukup tinggalkan tanpa menanggung beban.
Hati perempuan yang mencinta dipenuhi konsep hidup ke depan. Sehingga apabila telah menjatuhkan pilihan, mereka memiliki keyakinan sekuat tenaga bertahan meskipun harus jadi pesakitan. Apabila hal itu terjadi, maka tidakkah lebih baik berkata jujur apabila memang tidak ada harapan. Biarkan perempuan itu memberikan peluang kesukaannya pada lelaki lain, sehingga satu sama lain memiliki peluang untuk mendapatkan pasangan sesuai keinginan. Kecerdasan perempuan dimulai dari rasa sehingga ada pelibatan naluri batin yang mendalam pada saat mengambil sebuah keputusan.
Kecerdasan yang dimulai dari rasa itu berpaham; kesempurnaan dalam cinta hanya dapat diraih apabila menerima ketidaksempurnaan pasangan dengan cara yang sempurna sesuai keyakinan. Lalu berupaya menyempurnakannya dengan berkarib ajar kasihsayang lebih tekun dalam proses hubungan. Sehingga diharapkan dengan cara yang demikian, penghidupannya didedikasikan untuk menguatkan pasangan agar meraih kesuksesan dalam pemaknaan cinta yang membahagiakan. Oleh sebab itu, perempuan lebih sering mempercayakan kedukaan hati lewat tetes air mata yang berjatuhan. Baginya, air mata ialah doa peneduh cinta sebagai jalan melapangkan jiwa dalam memuliakan pasangan.
Cobalah mengerti bahasa kalbu seorang perempuan, ada banyak percakapan-percakapan yang tak terucapkan secara lisan. Perempuan memberi peluang bagi seorang lelaki untuk mengerti kedalaman cinta yang disembunyikan pada tatapan. Percayalah, ketika perempuan jatuh cinta selalu berupaya mencipta senyum yang meneduhkan meskipun hatinya sedang dihunjam gelisah yang menekan. Baginya memuliakan lelaki yang dicintainya menjadi jalan merengkuh kebijaksanaan dalam menumbuhkan kesadaran, bahwa sesakit apa pun seorang lelaki selama ada perempuan yang tulus mencintainya maka lelaki itu masih memiliki kekuatan. Ialah kekuatan cinta yang disalurkan lewat perbuatan seorang perempuan, semoga menjadi doa penyembuh yang paling mujarab untuk mengokohkan jejak langkah penghidupan. []