Saat itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tengah bersama sekelompok kecil dari sahabat yang mana terdiri dari sembilan orang. Beliau melihat perjuangan mereka dalam menghalau orang-orang musyrik, karena kavaleri (pasukan berkuda) Khalid telah memporak-porandakan mereka.
Kini, Rasulullah dihadapkan dengan dua pilihan, segera lari menyelamatkan diri bersama para sahabatnya itu ke tempat yang lebih aman, lantas membiarkan pasukannya yang lain terkepung. Ataukah mengumpulkan kembali semua anggota yang telah tercerai berai agar kembali ke tempat semula?
BACA JUGA: Tiga Ciri Dakwah Rasulullah
Dengan begitu, mereka dijadikan tameng guna menyimak pasukan musuh hingga puncuk Uhud.
Dan dari sinilah tampak kecerdikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam membaca keadaan, juga menunjukan sisi keberanian.
Dengan suara nyaring beliau berseru, “Wahai hamba-hamba Allah!”
BACA JUGA: Ketika Seorang Lelaki Melarikan Diri karena Takut Rasulullah
Sengaja beliau melakukan begitu, agar orang-orang Muslim yang cerai berai dalam mendengarnya sehingga mengetahui posisi beliau. Namun, itu sama saja dengan mempertahankan diri Rasulullah sendiri. []
Sumber: Sirah Nabawiyah/Karya: Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri/Penerbit: Pustaka Al-Kautsar/Tahun: 2017