“Ya Rasulullah, ajarilah saya apa yang Allah ajarkan kepada Anda.” Ucap Abdullah bin Ummi Maktum dengan wajah penuh kebahagiaan.
ABDULLAH bin Ummi Maktum merupakan seorang sahabat Nabi yang memiliki keterbatasan fisik. Abdullah ini sahabat Nabi yang tunanetra. Tetapi kebutaannya tak meyurutkan semangatnya untuk senantiasa menuntut ilmu serta berjuang di jalan Allah SWT.
Pada masa itu Rasulullah sedang giat berdiplomasi dengan tokoh-tokoh terkemuka Quraisy untuk menarik mereka ke dalam Islam. Suatu hari beliau berjumpa dengan Utbah ibn Rabi’ah dan saudaranya, Syaibah ibn Rabi’ah, beserta Amru ibn Hisyam yang dikenal dengan sebutan Abu Jahal, Ummayah ibn Khalaf, serta al-Walid ibn Mughirah.
BACA JUGA: Poligaminya Rasulullah
Rasulullah mulai berbicara tentang tugasnya sebagai seorang Rasul dan mengajak mereka masuk Islam. Beliau sangat mengharapkan keislaman mereka, atau minimal mereka mau menghentikan gangguan-gangguannya terhadap para sahabat.
Saat Rasulullah sedang sibuk-sibuknya, datang Abdullah ibn Ummi Maktum. Ia berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, ajarilah saya apa yang Allah ajarkan kepada Anda.”
Rasulullah yang sedang fokus pada dakwahnya untuk mengajak kaum kafir masuk Islam, merasa terganggu dengan Ummi Maktum sehingga Rasulullah membuang muka dengan masam. Beliau kembali memusatkan perhatiannya kepada orang-orang Quraisy dan berharap mereka mau memeluk agama Islam. Dengan keislaman tokoh-tokoh Quraisy itu, agama Allah akan mulia dan jaya, di samping dakwah Rasulullah pun semakin kokoh.
Setelah Rasulullah selesai bicara dengan mereka dan beranjak pulang, Allah menahan mata beliau kemudian turunlah firman-Nya: “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pelajaran, lalu pelajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang menganggap dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak memberihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pelajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki, tentulah ia memperhatikannya di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan di tangan para urusan (malaikat) yang mulia Iasi berbakti.” (QS. ‘Abasa: 1-6).
BACA JUGA: Perbedaan Hijrahnya Rasulullah dengan Nabi Lainnya
Enam ayat tersebut dibawa oleh Jibril dan diturunkan ke dalam kalbu Nabi SAW berkenaan dengan urusan Abdullah ibn Ummi Maktum.
Sejak itu Rasulullah makin menghormati Abdullah ibn Ummi Maktum apabila dia datang dan duduk di sisi beliau menanyakan hal ihwal keperluannya. []
Sumber: Sosok Para Sahabat Nabi/ Penulis: Dr. Abdurrahman Raf’at al-Basya/ Penerbit: Qisthi Press/ 2017