Oleh: Nurul Aqidah
Member Revowriter, Bogor
nurulaqidahku@gmail.com
SETIAP orang dalam menjalani kehidupannya, tentu memiliki yang namanya tujuan, apakah itu jangka panjang atau pendek. Untuk mencapai tujuan itu, pasti butuh perencanaan agar apa yang ingin dikerjakan dapat terlaksana dengan baik. Namun tak semua yang direncanakan bisa berjalan mulus sesuai yang diharapkan. Ketika realita/kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai dengan yang diharapkan/ekspektasi, apa yang sebaiknya harus dilakukan?
Pertama, belajarlah untuk menerima realita yang menimpa kita. Realita/kenyataan yang terjadi adalah takdir atau ketetapan dari Allah. Terkadang terasa berat menerimanya, apalagi jika takdir itu berupa kesulitan atau kegagalan. Akan tetapi jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dari kenyataan. Karena bisa jadi apa yang menurut pandangan manusia buruk belum tentu buruk menurut Allah. Tak selamanya sesuatu yang kelihatan buruk, mengandung keburukan. Bisa jadi mengandung kebaikan.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (TQS. Al Baqarah: 216)
Ketika seseorang menerima takdir yang menimpa dirinya berarti menerima ketentuan Allah atas dirinya, ridho kepada qodho dan qodar Allah. Sehingga akan ikhlas dan rela menerima apapun yang diputuskan Allah, sebagai tanda cinta terhadapNya dan menganggap realita yang terjadi sesuatu kebaikan atau cobaan yang harus dihadapi.
Kedua, cobalah untuk bersyukur dalam menghadapi realita yang jauh dari apa yang kita bayangkan. Jika kita masih sulit dalam menerima kenyataan, maka harus lebih banyak bersyukur. Mencoba mensyukuri setiap waktu dan apa yang kita miliki sampai saat ini. Janji Allah pada orang yang bersyukur adalah Allah akan menambahkan nikmatNya pada mereka yang bersyukur.
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (TQS. Ibrahim: 7).
Ketiga, bersabarlah karena pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian. Percayalah sesuatu yang terjadi diluar ekspektasi adalah sebagai ujian hidup yang hanya sementara. Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan umatNya. Selama kita bersabar, berlapang dada dan ikhlas menerima segala kejadian yang menimpa, pada akhirnya akan ada kebahagiaan. Tidak ada ujian hidup yang terlalu lama. Bersama kesulitan selalu ada kemudahan.
Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah, begitu juga segala masalah yang menimpa. Tidak ada satu pun kejadian di muka bumi, jika bukan atas izin Allah Sang Pencipta Semesta Alam. Jangan pernah berburuk sangka terhadap kehendakNya. Yakinlah tidak ada rencana Allah yang dibuat untuk merugikan umatNya. Dialah sebaik-baik Maha Pengatur. Pasrahkan segala urusan hanya padaNya. Manusia hanya berencana dan semua keputusan tetap di tangan Allah. Dan bersabar adalah kunci untuk meraih ridhoNya.
Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipatgandakannya tanpa terhitung.
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS. An-Nahl : 96)
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (TQS. Az-Zumar: 10)
Keempat, jangan biarkan emosi menguasai. Walaupun kenyataan yang dihadapi tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan jangan terus menerus emosi dan kecewa yang berlebihan. Dengan pikiran jernih dan tenang, kita dapat menemukan hikmah di balik kegagalan yang kita alami. Hadapi kenyataan dan bangkitlah dengan semangat yang baru. Teruslah berjuang lebih keras dari sebelumnya.
Kegagalan yang terjadi bisa saja karena kita masih belum bertemu dengan hal yang paling kita kuasai, hal yang paling kita sukai, atau hal yang paling bersemangat dalam mengerjakannya. Sejatinya kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda.
Kelima, jangan terlalu fokus terhadap satu hal tapi buatlah rencana cadangan. Jika realita yang kita hadapi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka jangan biarkan terjebak oleh hal itu terus menerus. Berusahalah untuk bangkit dan membuat rencana baru. Sesungguhnya realita yang berjalan tak sesuai dengan ekspektasi berarti memberikan kesempatan untuk terus berkembang dan memperbaiki diri.
Keenam, selalu libatkan Allah dalam setiap perjuangan mencapai tujuan. Mendahulukan segala kegiatan apapun dengan berdoa kepada Allah. Kemudian dalam proses meraih apa yang kita inginkan pun harus selalu melibatkan Allah. Dan setelah apa yang kita inginkan tercapai teruslah juga melibatkan Allah sembari bersyukur kepadaNya. Karena Allah lah semua itu bisa terwujud.
Sebagaimana firman Allah: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (TQS. Al Imran: 191)
Oleh karena itu, pasrahkan kepada Allah segala apapun yang terjadi dalam hidup kita. Libatkanlah Allah dalam situasi dan kondisi apapun. Yakinlah bahwa apapun realita yang terjadi, sudah pasti akan Allah persembahkan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Tidak perlu lagi merasa gelisah dan frustasi dengan apa yang terjadi di luar ekspektasi kita.
Semoga dengan melakukan hal-hal tersebut di atas dapat membuat kita lebih bersikap optimis dalam menyikapi realita yang tak sesuai dengan ekspektasi. Karena manusia hanya bisa berencana, dan Allahlah yang sebaik-baik Maha Pengatur. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.