DIRIWAYATKAN dari Nabi SAW, bahwasanya beliau melihat seseorang yang sedang mengerjakan shalat dan ia memegang-megang jenggotnya, lalu beliau bersabda, “Seandainya hatinya khusyuk, maka anggota tubuhnya pun ikut khusyuk.”
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, bahwasanya apabila waktu shalat datang, persendiannya gemetar dan mukanya berubah, lalu ditanya kenapa demikian, ia menjawab, “Telah datang saat untuk menunaikan amanah yang ditawarkan oleh Allah kepada langit, bumi dan gunung, akan tetapi semuanya enggan untuk menerimanya karena khawatir tidak bisa menunaikannya, namun manusia mau menerimanya. Aku tidak tahu apakah aku bisa menunaikan amanah itu dengan baik atau tidak.”
BACA JUGA: Haruskah Menoleh saat Salam di Akhir Shalat?
Diriwayatkan pula bahwa peristiwa yang serupa terjadi pada diri Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib RA.
Dari Sa’id bin Jubair bahwasanya ia berkata, “Sewaktu kami (saya, Ikrimah, Maimun bin Mahran, Abul ‘Aliyah dan yang lain) bersama-sama dengan Ibnu Abbas RA di dalam masjid di daerah Tha’if, sewaktu mu’adzin mengumandangkan Allahu Akbar, Ibnu Abbas langsung menangis, sehingga sorbannya basah dan matanya merah, lantas Abul ‘Aliyah bertanya kepadanya, “Wahai saudara sepupu Rasulullah, kenapa kamu menangis dan kenapa kelihatan begitu sedih. Biasanya kami tidak pernah menangis bila mendengar adzan, akan tetapi saat ini kami menangis karena melihat tangismu.”
Ibn Abbas berkata, “Seandainya manusia mengerti benar apa yang diucapkan oleh mu’adzin, niscaya mereka tidak akan pernah istirahat dan tidak pernah tidur.”
Ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Beritahukanlah kepada kami apa sebenarnya yang diucapkan oleh mu’adzin itu?”
BACA JUGA: 5 Tips agar Istiqamah Shalat Tahajud
Ibn Abbas berkata, “Apabila mu’adzin mengcapkan Allahu Akbar-Allahu Akbar, maka sebenarnya ia mengucapkan, ‘Wahai orang-orang yang sedang sibuk, sambutlah adzan ini, istirhatkanlah badanmu, dan cepat-cepatlah untuk melakukan kebaikan.’ Apabila mu’adzi mengucapkan Asyhadu allaa ilaaha illallah, maka sebenarnya ia mengucapkan, ‘Saya persaksikan kepada semua makhluk yang berada di langit dan di bumi untuk menjadi saksi bagi saya dihadapan Allah nanti pada hari kiamat bahwasanya saya telah menyeru kamu sekalian.’ Apabila mu’adzin mengucapkan Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah, maka sesungguhnya ia mengucapkan, ‘Nanti pada hari kiamat semua nabi termasuk Nabi Muhammad SAW menjadi saksi bagi saya bahwasanya saya telah memberitahukan kepadamu lima kali sehari semalam.’ Apabila mu’adzin mengucapkan Hayya ‘alashshalaah, maka sebenarnya ia mengucapkan, ‘Sesungguhnya Allah telah menegakkan agama ini untuk kamu, maka tegakkanlah.’ Apabila mu’adzin mengucapkan Hayya ‘alalfalaah, maka sebenarnya ia mengucapkan, ‘Masuklah kamu ke dalam rahmat, dan ambillah bagian petunjukmu.’ Apabila mu’adzin mengucapkan Allahu Akbar-Allahu Akbar, maka sebenarnya ia mengucapkan, ‘Segala pekerjaan haram sebelum melaksanakan shalat.’ Dan apabila mengucapkan La ilaaha illallah, maka sebenarnya ia mengucapkan, ‘Inilah amanah tujuh langit dan tujuh bumi telah diletakkan di lehermu, maka terserah kamu apakah akan melaksanakannya atau akan meninggalkannya’.” []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin 2/Karya: Abu Laits As Samarqandi/Penerbit: PT Karya Putra Semarang