SYEKH Ahmad Khatib Al Minangkabawi adalah ulama asal Indonesia yang menorehkan reputasi di tingkat internasional. Tokoh kelahiran Nagari Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat, ini digelari sebagai ulama perintis ilmu karena sejumlah muridnya, seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari belakangan menjadi pelopor kemajuan Islam di Indonesia.
Kita tahu bahwa Syekh Ahmad Khatib didaulat menjadi imam besar Masjidil Haram pada masanya. Namun sebelum menyandang gelar Syekh dan dipercaya menjadi imam besar Masjidil Haram, ada satu kejadian unik yang dialaminya. Hal ini dikisahkan Buya Hamka berdasarkan kisah dari ayahnya.
BACA JUGA:Â Petugas Wanita di Masjidil Haram telah Mulai Bekerja
Pada suatu Ramadhan, Syarif ‘Awn ar-Rafiq menggelar acara buka puasa bersama yang mengundang para pembesar Makkah, termasuk mertua Ahmad Khatib, Syekh Saleh Al Kurdi.
Usai membatalkan puasa, semua orang hendak menunaikan shalat Maghrib berjamaah. Tuan rumah yang juga guru besar Masjidil Haram itu bertindak sebagai imamnya.
Tanpa sengaja di tengah shalat Syarif ‘Awn ar-Rafiq membacakan suatu ayat Alquran secara keliru. Ahmad Khatib yang ikut berjamaah di bela kangnya spontan membetulkan bacaan itu.
Usai shalat Maghrib, para hadirin merasa was-was lantaran tokoh sekaliber Syarif ar-Rafiq dikoreksi seorang Jawi yang baru beberapa waktu mengajar di al-Haram.
BACA JUGA:Â Persiapan Ramadhan, Masjidil Haram Pasang Pendingin Terbesar di Dunia
Ternyata, sang imam mengakui kekeliruannya dan mengapresiasi koreksi dari Ahmad Khatib. Dia pun memuji kafasihan lidah Ahmad Khatib dalam melafalkan ayat Alquran.
Penghargaan Syarif ‘Awn ar-Rafiq tidak sampai di sana. Beberapa hari setelahnya, atas usulan tokoh tersebut Ahmad Khatib didaulat menjadi imam dan kemudian khatib dari mazhab fiqih Syafii di Masjidil Haram. Sejak saat itu, kala usianya 38 tahun Ahmad Khatib berhak atas julukan syekh. []
SUMBER: REPUBLIKA