DI BAWAH kepemimpinan Umar, kekuasaan Islam berkembang pesat. Islam berhasil menaklukan Mesopotamia, dan sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara, dan Armenia.
Umar juga banyak melakukan reformasi administrasi dan kebijakan publik. Ia juga yang memerintahkan adanya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam.
Ia memerintahkan renovasi Masjidil haram dan Masjid Nabawi pada tahun 638 M. Meski Umar seorang khalifah besar, namun hidupnya tetap sangat sederhana, jauh berbeda dengan gaya hidup khalifah lain di zamannya.
BACA JUGA: Umar bin Khattab Membeli Dosa dari Seorang Nenek
Pada tanggal 4 Dzulhijah tahun 23 H/644 M, terjadi peristiwa yang memilukan dan tragis yang tidak akan terlupakan sepanjang sejarah. Umar bin Khathab datang ke Masjid untuk mengimami shalat Subuh. Baru saja hendak takbir, seseorang menikamnya dengan belati berkali-kali. Umar seketika itu juga roboh bermandikan darah. Ia ditikam oleh seorang budak bernama Abu Lulu’ah (Fairuz).
Kecintaan Umar terhadap Rasulullah membuatnya meminta izin kepada Aisyah ra.
“Bolehkan aku dikuburkan di samping kuburnya Rasulullah dan Abu Bakar?”
Aisyah menangis dan berkata, “Sesunguhnya aku telah memesan tempat itu, karena Rasulullah adalah suamiku dan Abu Bakar adalah ayahku, tapi aku memberikannya kepadamu wahai Umar.
BACA JUGA: Lima Pesan Khalifah Umar bin Abdul Aziz bagi para Hakim
Pada 25 Dzulhijah, Umar bin Khathab wafat. Mendung duka menyelimuti hati kaum Muslimin. Seorang Amir yang adil serta sang pahlawan besar telah tiada. Tercapailah keinginan Umar untuk bersanding dengan Rasulullah dan Abu Bakar. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: Al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015