SUDAH menjadi kebiasaan jika seorang guru menguji santri-santrinya sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh ilmu yang lebih tinggi lagi. Yusuf bin Al-Husain mendengar bahwa Dzu Nun Al-Mishri memiliki pengetahuan paling tinggi dan mulia, yaitu ilmu tentang asma Allah. Karena ingin memperoleh ilmu tersebut, Yusuf bin Al-Husain segera bertolak ke Mesir untuk menjadi murid Dzu Nun.
Setahun berlalu dan Yusuf masih setia mengabdikan dirinya sebagai santri di tempat Dzu Nun tinggal. Namun, ilmu yang ia dambakan tak kunjung diajarkan. la pun memberanikan diri untuk bertanya kepada gurunya, “Wahai Guruku. Aku telah mengabdikan diri untukmu dan kini aku menuntut hakku darimu. Engkau mengetahui asma Allah yang paling agung dan kau telah mengenalku dengan baik. Oleh karena itu, berilah aku jalan untuk memperoleh ilmu tersebut!” pinta Yusuf.
BACA JUGA:Â Sebaik Guru
Dzu Nun hanya terdiam menanggapi permintaan muridnya. Yusuf pun tidak berani mengusik gurunya dengan permohonannya tersebut. Akhirnya, Yusuf memilih untuk bersabar hingga gurunya bersedia menurunkan ilmu tinggi itu kepadanya.
Enam bulan kemudian, sang guru memerintahkan Yusuf untuk mengantar sebuah kotak yang dibalut sapu tangan kepada sahabatnya yang tinggal di Fushthath. Sang guru berpesan agar tidak membuka kotak tersebut karena isinya sangat berharga.
Yusuf pun menyanggupi perintah gurunya. Itu artinya sang guru sudah mulai percaya kepadanya. Dengan perbekalan yang telah dipersiapkan, Yusuf pergi menuju ke Kota Fushthath untuk menyerahkan kotak tersebut kepada sahabat gurunya.
Di tengah perjalanan, godaan pun muncul. la sangat penasaran dengan isi kotak itu. Sebenarnya barang berharga apa yang akan guru berikan kepada sahabatnya. Yusuf memerhatikan kotak di tangannya. Kemudian ia bolak balik, guncangkan kotaknya, dan perhatikan ukurannya sambil mengira-ngira isi di dalamnya.
Rasa penasaran makin membendung di benaknya. Akalnya tidak bisa menebak isi kotak tersebut sehingga ia menjadi pusing karenanya. la berpikir untuk melanggar perintah guru dan membuka kotak tersebut.
Toh, dengan mudah ia bisa membungkusnya kembali sehingga tidak ada orang yang tahu bahwa kotak itu pernah dibuka sebelumnya. Rasa penasaran itu membuat ia lalai dengan amanahnya. Dibukalah sapu tangan pembungkus kotak tersebut dengan hati-hati.
Kotak pun dibuka, seekor tikus kecil meloncat keluar dari kotak. Betapa terkejutnya Yusuf ketika ia mengetahui bahwa barang berharga yang dibawanya hanyalah seekor tikus. la merasa dipermainkan oleh sang guru karena memerintahnya agar melakukan perjalanan jauh hanya untuk menyampaikan seekor tikus. Yusuf pun pulang dengan membawa kekecewaan dan kemarahan yang besar kepada gurunya.
Ketika Dzu Nun melihat kepulangan muridnya dengan raut muka kesal dan marah, ia sudah bisa mengetahui apa yang terjadi. Dibiarkannya si murid mengungkapkan kekesalannya.
BACA JUGA:Â Belajar Ilmu Birrul Walidain dari Seorang Anak Murid
Setelah itu, Dzu Nun berkata, “Hai Yusuf. Aku hanya ingin menguji kesabaran dan kesungguhanmu. Baru seekor tikus saja yang aku amanatkan, kau sudah berani mengkhianatiku. Bagaimana jadinya kalau aku mengamanatkan asma Allah yang paling agung? Pergilah dan jangan menemuiku lagi!”
Yusuf tersentak kaget. Mengapa ia tidak menyadari dari awal bahwa yang terjadi adalah kesalahannya, yaitu melanggar amanah. llmu Allah itu pun amanah yang harus dilaksanakan.
“Benar kata sang guru, aku memang belum pantas untuk mendapatkan ilmu itu sebelum aku bisa menjaga amanah dengan baik,” gumam Yusuf. []
SUMBER: CERITAINSPIRASIMUSLIM