ABU Bakar As-Siddiq menghabiskan masa kecilnya, seperti anak-anak Arab lainnya pada waktu itu, di antara orang-orang Badui. Pada tahun-tahun awalnya, ia bermain dengan anak sapi dan kambing unta, dan kecintaannya pada unta membuatnya mendapat julukan “Abu Bakar”, yang berarti ‘ayah dari anak unta.’
Pada tahun 591 M pada usia 18 tahun, Abu Bakar As-Siddiq terjun dalam perdagangan dan mengadopsi profesi pedagang kain, yang merupakan bisnis keluarganya. Ia memulai usahanya dengan modal empat puluh ribu dirham.
Di tahun-tahun mendatang Abu Bakar As-Siddiq bepergian secara ekstensif dengan karavan (kereta unta, serangkaian unta yang membawa penumpang dari satu tempat ke tempat lain).
BACA JUGA: Bukti Iman Abu Bakar As-siddiq
Perjalanan bisnis membawanya ke Yaman, Suriah, dan banyak negara lain di Timur Tengah saat ini. Bisnisnya berkembang pesat dan meskipun ayahnya masih hidup, Abu Bakar As-Siddiq kemudian dikenal sebagai kepala sukunya karena banyak kualitasnya seperti pengetahuan tentang sejarah suku Arab (pengetahuan silsilah), politik, perdagangan atau bisnis, kebaikannya dan banyak lainnya.
Abu Bakar As-Siddiq sangat berbudi luhur. Bahkan sebelum Islam, dia mengharamkan minuman keras untuk dirinya sendiri.
Suatu ketika seseorang bertanya kepadanya: “Apakah kamu pernah minum minuman yang memabukkan?”
Abu Bakar As-Siddiq menjawab: “Aku berlindung kepada Allah, aku tidak pernah melakukannya.”
Orang itu bertanya lagi: “Mengapa?”
Abu Bakar As-Siddiq menjawab: “Aku menjaga kehormatan aku dan menjaga martabatku.”
Abu Bakar As-Siddiq tidak pernah bersujud kepada berhala. Suatu ketika ia bertemu dengan Nabi Muhammad,
Abu Bakar As-Siddiq berkata: “Aku tidak pernah bersujud kepada berhala. Saat aku mendekati usia dewasa, ayahku membawaku ke kamar berhala (Ka’bah).”
Ayahnya berkata: “Ini adalah dewa-dewa agung sesembahanmu.”
Setelah mengatakan ini, ayahku pergi untuk menghadiri beberapa bisnis lain. Aku maju ke depan berhala dan berkata: “Aku lapar, bisakah egnkau memberiku makan?”
Berhala itu tentu saja tidak menjawab.
Abu Bakar As-Siddiq berkata: “Aku membutuhkan pakaian yang indah; berikan kepadaku.”
Berhala itu tetap tidak menjawab.
Abu Bakar As-Siddiq melemparkan batu ke arah berhala itu, dan berhala itu terjengkang ke tanah.
Setelah itu, Abu Bakar As-Siddiq tidak pernah pergi ke kamar berhala di Ka’bah untuk berdoa kepada berhala.
Bahkan sebelum masuk Islam, Abu Bakar As-Siddiq sudah memegang nilai-nilai luhur, etika tinggi, dan perilaku yang baik dalam masyarakat jahiliyah. Dia terkenal di antara orang-orang di Mekah sebagai pemimpin atas yang lain dalam moralitas dan nilai-nilai. Dengan demikian, dia tidak pernah dibuang atau dikritik karena kekurangan di antara suku Quraisy.
Penerimaan Abu Bakar As-Siddiq terhadap Islam
Abu Bakar As-Siddiq langsung menerima Islam setelah lama mencari agama yang benar. Faktanya, Abu Bakar As-Siddiq adalah orang pertama yang menanggapi dan percaya kepada Nabi Muhammad.
Penerimaan langsungnya untuk Islam adalah konsekuensi dari persahabatan yang teguh dengan Nabi Muhammad. Abu Bakar As-Siddiq mengenal Nabi sebagai orang yang jujur, jujur, dan mulia, bahwa dia tidak pernah durhaka kepada manusia, lalu bagaimana dia akan durhaka kepada Allah?
BACA JUGA: Kenapa Khalifah Abu Bakar Dijuluki As-Siddiq?
Ketika Abu Bakar As-Siddiq memeluk Islam, Nabi sangat gembira, karena Abu Bakar adalah sumber kemenangan bagi Islam, karena kedekatannya dengan suku Quraisy dan akhlaknya yang mulia yang ditinggikan Allah.
https://www.youtube.com/watch?v=dnxidngvdYE
Bahkan, Abu Bakar As-Siddiq selalu meragukan keabsahan penyembahan berhala dan memiliki semangat yang sangat kecil untuk menyembah berhala. Jadi ketika dia menerima Islam, dia melakukan yang terbaik untuk menarik orang lain ke dalamnya.
Segera Utsman bin Affan (RA), Abdul-Rahman bin Auf (RA), Talhah bin Ubaydillah (RA), Saad bin Abi Waqqas (RA), Al-Zubair bin Al-Awwam (RA) dan Abu Ubaydah bin AI-Jarrah ( RA) semua berbondong-bondong untuk bergabung dengan Muhammad.
Rasulullah pernah bersabda: ”Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang langsung menerima Islam, tanpa curiga.” []
SUMBER: SOUTHMETROIC