NAMA aslinya adalah Abdullah bin Ustman (Abi Quhafah) bin Amir dari Bani Taim. Ia lahir di kota Makkah dan wafat di kota Madinah. Ash-shiddiq adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia adalah sahabat pertama yang membenarkan peristiwa isra’ mi’rajnya Rasulullah tanpa ragu sedikitpun disaat penduduk Makkah tidak mempercayai Rasulullah melakukan perjalanan tersebut. Ya, pria ini adalah Abu Bakar.
“Apakah kamu mempercayai Sahabatmu? Ia mengaku telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis tadi malam”, kata kaum musyrikin di suatu pagi.
Abu Bakar balik bertanya, ”Apa benar Muhammad mengatakan hal tersebut?”
“Benar”, jawab mereka.
Lalu Abu Bakar mengatakan, “Kalau begitu apa yang dikatakannya itu pasti benar. Dan jika ia mengatakan lebih dari itu maka aku akan membenarkannya pula.”
“Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S Az-zumar:33)
Sungguh sangat banyak kisah kemuliaan mengenai Abu Bakar radhiallahu anhu. Mulai dari keberanian beliau membela kebenaran, kedermawanannya, suka memerdekakan budak, memuliakan tamu dan sebagainya. Sebelum masuk Islam, beliau sudah memiliki akhlak mulia tersebut.
BACA JUGA: 15 Nasihat Mutiara dari Abu Bakar Ash-Shiddiq
Salah satu keistimewaan Abu Bakar adalah ketika jawaban beliau sama persis dengan jawaban Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Hal ini terjadi ketika peristiwa Hudaibiyah, dimana munculnya kekecewaan para sahabat yang batal menunaikan umrah pada tahun tersebut. Diantaranya Umar bin Khattab. Beliau bertanya,
“Bukankah engkau benar-benar Nabi Allah?”. Rasulullah menjawab, ”Ya.”
Umar berkata, ”Bukankah kita diatas kebenaran sedangkan musuh kita diatas kebatilan?”. Rasulullah menjawab, “Ya.”
Umar bertanya lagi, “Kalau begitu, mengapa kita menghinakan diri dalam agama kami?”
Rasulullah pun menjawab, ”Sesungguhnya saya adalah utusan Allah dan saya tidak akan bermaksiat kepada-Nya dan Dialah yang akan menolongku.”
Umar pun bertanya lagi, ”Bukankah engkau berkata bahwa kita akan datang ke Baitullah dan melakukan thawaf di sekelilingnya?”
Rasulullah menjawab, ”Ya, tapi apakah saya mengabarkan kepadamu bahwa kita akan datang ke Baitullah tahun ini?”
Maka Umar menjawab, ”Tidak.”
Lalu Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya engkau akan datang melakukan thawaf di sekelilingnya.”
Umar pun pergi mencari Abu Bakar. Umar bertemu dengannya dan bertanya kepadanya, ”Wahai Abu Bakar, bukankah beliau itu benar-benar Rasulullah?”
Abu Bakar menjawab, ”Ya.”
Umar berkata, ”Bukankah kita di atas kebenaran sedangkan musuh kita di atas kebatilan?”
Abu Bakar menjawab, “Ya, benar.”
Umar bertanya lagi, “Kalau begitu, mengapa kita menghinakan diri dalam agama kita?”
Abu Bakar pun menjawab, ”Sesungguhnya beliau adalah utusan Allah dan beliau tidak akan bermaksiat kepada-Nya dan Dialah yang akan menolongnya. Berpegangteguhlah kepadanya dan jangan menyalahinya. Sesungguhnya beliau berada dalam kebenaran.”
Umar pun bertanya lagi, ”Bukankah beliau berkata bahwa kita akan datang ke Baitullah dan melakukan thawaf di sekelilingnya?”
Abu Bakar menjawab, ”Ya, tapi apakah beliau mengabarkan kepadamu bahwa kita akan datang ke Baitullah tahun ini?”
BACA JUGA: Enam Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Keistimewaannya
Maka Umar menjawab, ”Tidak.”
Lalu Abu Bakar berkata, ”Sesungguhnya engkau akan datang melakukan thawaf di sekelilingnya.”
MasyaAllah, Abu Bakar begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana sampai jawaban beliau sama dengan jawaban Nabi Muhammad tanpa ada kesepakatan sebelumnya atau isyarat dari siapapun.
Maka, apakah kita sudah mencintai Allah dan Rasul-Nya seperti yang dilakukan Abu Bakar Ash-shiddiq ataupun sahabat Rasulullah lainnya? []
Sumber: Shahih Bukhari dalam kitab Asy Syuruth, bab Asy Syuruth fil Jihad. Fariq Gasim Anuz dalam buku Abu Bakar Ash-Shiddiq, Kepemimpinan dan Kelembutan Akhlak Pembela Nabi