BANYAK orang yang enggan memperlakukan orang tuanya dengan istimewa. Karena mungkin dia tidak mengetahui betapa besar keutamaan berbakti kepada orangtua.
Diantara keutamaan berbakti kepada orang tua adalah,
1. Berbakti kepada orangtua merupakan sifat para Nabi
Allah telah memuji nabi Yahya ‘alaihissalam dengan menyebutkan sifatnya yang berbakti kepada orangtuanya
}وَبَرّاً بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّاراً عَصِيّاً{ (مريم:14)
Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia seorang yang sombong lagi durhaka. (QS. 19:14)
Allah juga menyebutkan sifat nabi Isa alaihissalam yang berkata
}وَبَرّاً بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّاراً شَقِيّاً{ (مريم:32)
Dan aku berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. 19:32)
2. Berbakti kepada orangtua lebih afdhol daripada berjihad fi sabilillah (jika jihad tersebut hukumnya fardhu kifayah).
Dari Abdullah bin ‘Amr ia berkata, “Datang seorang pria kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ia meminta idzin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berjihad, maka Nabipun berkata, “Apakah kedua orangtuamu masih hidup?”, pria itu berkata, “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berjihadlah kepada kedua orangtuamu”(HR Al-Bukhari 3/1094 no 2842 dan Muslim 4/1975 no 2549)
Ibnu Hajar berkata, “Yaitu keluarkanlah kemampuanmu untuk bebakti dan berbuat baik kepada mereka berdua karena hal itu kedudukannya bagimu seperti engkau berjihad memerangi musuh”(Fathul Bari 10/403)
عن عبد الله قال سألت النبي صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى الله قال الصلاة على وقتها قال ثم أي قال ثم بر الوالدين قال ثم أي قال الجهاد في سبيل الله
Dari Abdillah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam amalan apakah yang palin dicintai oleh Allah?”, beliau berkata, “Sholat pada waktunya”, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kemudian apa”, beliau berkata, “Kemudian berbakti kepada kedua orangtua”, Ibnu Mas’ud berkata, “Kemudian apa?”, beliau berkata, “Jihad fi sabilillah”(HR Al-Bukhari 1/197 no 504, Muslim 1/89 no 85)
عن معاوية بن جاهمة السلمي أن جاهمة جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله أردت أن أغزو وقد جئت أستشيرك فقال هل لك من أم قال نعم قال فالزمها فإن الجنة تحت رجليها
Dari Mu’awiyah bin Jahimah As-Sulami bahwasanya Jahimah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku menemuimu untuk meminta pendapatmu”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya”(HR An-Nasai 6/11 no 3104)
3. Berbakti kepada kedua orangtua lebih diutamakan daripada sholat sunnah
Kisah Juraij orang yang ahli ibadah pernah mengabaikan panggilan ibunya dan melanjutkan shalatnya, sehingga dia meninggalkannya, akhirnya Allah mengujinya.
An-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama berkata, ‘Ini merupakan dalil bahwa yang benar baginya ketika itu adalah memenuhi panggilan ibunya, karena saat itu dia sedang shalat sunah, melanjutkannya adalah sunah, tidak wajib, sementara memenuhi panggilan ibunya dan berbakti kepadanya merupakan kewajiban dan durhaka kepadanya adalah haram.” (Shahih Muslim, Syarah An-Nawawi, 16/82)
BACA JUGA: 6 Hal Pengundang Pertolongan Allah kala Menghadapi Badai
4. Berbakti kepada orangtua merupakan sebab dikabulkannya doa
Umar bin Khattab berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah))(Al-Minhaj 16/96)
5. Keridhoan orangtua adalah kunci masuk surga
Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi, no. 1900; Ibnu Majah, no. 3663 dan Ahmad 6:445. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.)
6. Berbakti kepada orangtua memperlapang rizki dan menambah umur
Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
من سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ له في رِزْقِهِ أو يُنْسَأَ له في أَثَرِهِ[5] فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
((Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya atau dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung tali hubungan keluarganya))(HR Al-Bukhari 2/728 no 1961)
Berkata An-Nawawi, “((Dilapangkan rizkinya)), yaitu diluaskan dan diperbanyak rizkinya, dan dikatakan rizkinya diberi barokah (oleh Allah meskipun tidak bertambah)(Al-Minhaj 16/114)
7. Berbakti kepada orangtua merupakan penebus dosa-dosa besar
Dari Ibnu Umar berkata, “Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan dosa yang banyak, apakah ada taubat bagiku?”, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki kedua orangtua?”, ia berkata, “Tidak”, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki bibi (saudara wanita ibu)?”, ia berkata, “Iya”, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Kalo begitu berbaktilah kepada bibimu!”.(HR Al-Hakim (Al-Mustadrok 4/171 no 7261)
8. Berbakti Kepada Orangtua Merupakan Sebab Diangkatnya Kesulitan dan Kesedihan.
Hal ini bisa dilakukan dengan tawasul melalui amalan berbakti kepada orang tua. Sebagaimana pernah terjadi dalam riwayat 3 orang yang terkepung di gua.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal]
9. Berbakti kepada orang tua adalah perintah Allah
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)
Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Ini semua menunjukkan agungnya amalan tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’: 36)
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS. Al An’am: 151)
Selain itu terdapat di QS. Lukman: 13-14 dan QS. Al-ahqaf: 15.
BACA JUGA: 8 Perjalanan Setelah Kematian
10. Berbakti kepada orang tua adalah amalan paling dicintai Allah
Dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan,
“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”
Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
11. Ridho Allah tergantung ridho orang tua
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua” (Hadits Riwayat Bukhari)
12. Mendapatkan doa baik orang tua
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua kepada anaknya.” (HR. Ibnu Majah, no. 3862. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.)
Wallahu a’lam. []