TAK ada permintaan tambahan sesuatu bagi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam kecuali ilmu.
Allah ‘Aza wa Jalla berfirman:
“Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha: 114).
At-Tirmidzi dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ
‘Ya Allah, buatlah aku bermanfa’at dengan (ilmu) yang Engkau ajarkan kepadaku (dengan mengamalkannya), ajarkanlah padaku apa yang bermanfa’at bagiku, berilah aku ilmu yang bermanfa’at bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku, segala puji bagi Allah dalam segala kondisi, dan aku berlindung kepada Allah dari kondisi para penghuni neraka’.”
Allah angkat derajat seseorang dengan ilmu
Allah ‘Aza wa Jalla berfirman:
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Yaitu, Allah ‘Aza wa Jalla mengangkat orang-orang yang berilmu di antara kaum Mukminin beberapa derajat karena mereka menyatukan ilmu dan amal.
Ilmu setara dengan jihad
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ
Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.(QS. Attaubah:122)
Tidak semua diperintahkan ke Medan perang, melainkan sebagian menuntut dan mengajarkan ilmu
BACA JUGA: 6 Syarat Mendapatkan Ilmu
Ilmu membuat seseorang bertambah takut kepada Allah Ta’ala
Ibnu Abbas menafsirkan, “Di antara makhluk-Ku yang takut kepada-Ku, hanyalah siapa yang mengetahui keperkasaan, kemuliaan, dan kekuasaan-Ku.”
Ibnu Mas’ud berkata, “Ilmu itu bukanlah banyaknya hadits (yang dikuasai), tetapi ilmu adalah banyaknya rasa takut.”
Hasan Al-Bashri berkata, “Orang berilmu adalah orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih meski tidak terlihat di mata, menyukai apa yang Allah sukai, dan menahan diri dari apa yang Allah murkai.”
Setelah itu ia membaca: “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.” (QS. Fathir: 28).
Tanda Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang dikehendaki Allah (menjadi) baik, niscaya Dia memberikan pemahaman (ilmu) agama kepadanya’.” [Muttafaqun ‘alaih].
Al-Hafizh berkata, “Konteks hadits; siapa yang tidak mendalami agama, yaitu tidak mempelajari kaidah-kaidah Islam atau kaidah untuk mengetahui masalah-masalah furu’, ia terhalang dari kebaikan.”
Ilmu bisa menjadi senjata menyelesaikan permasalah
Bagaimana bisa lulus ujian sedang kita tidak punya senjata menghadapinya?*
Ilmu merupakan senjata seseorang dalam menyelesaikan segala permasalahan, menimbang halal haram atau solusi dari berbagai problematika. Semakin seseorang berilmu maka semakin mudah ia menyikapi persoalan hidup.
وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا
Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”(QS Alkahfi: 68)
Ilmu memberi manfaat kepada manusia
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya aku diutus, laksana hujan yang menyiram bumi, di antaranya ada (tanah) yang baik (subur) yang menerima air, sehingga menumbuhkan tetumbuhan dan rerumputan yang banyak; ada (juga) tanah tandus yang menahan air, sehingga dengannya Allah memberi manfa’at untuk manusia, mereka meminumnya, memberi minum (hewan ternak) dan bercocok tanam; dan (ada juga) yang hanya berupa tanah lapang yang tidak menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Itulah (tanah yang subur) perumpamaan orang yang mendalami agama Allah, dan apa yang dengannya Allah mengutusku bermanfa’at baginya, sehingga ia belajar dan mengajarkan (ilmu nya) dan itulah (tanah tandus) perumpamaan orang yang tidak memperdulikannya, dan tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya Dia mengutusku’.” [Muttafaqun ‘alaih].
3 kelompok dalam menerima ilmu
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatukan dua kelompok manusia terpuji ini, karena sama-sama memberi manfa’at bagi orang lain, dan beliau memisahkan kelompok ketiga yang tercela, karena tidak memberi manfa’at.
Mengajarkan ilmu lebih baik dari unta merah(simbol kekayaan)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ali radhiyallahu ‘anhu, “Demi Allah, ketika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui (usaha)mu, maka itu lebih baik bagimu daripada unta merah.” [Muttafaqun ‘alaih].
Jalan pintas menuju surga
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalan menuju surga untuknya.” [HR. Muslim].
Menuntut Ilmu dikatakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam sebagai jalan pintas menuju surga. Banyak amalan yang mengantarkan ke surga. Tapi menuntut ilmu jalan pintasnya. Karena pada fitrahnya manusia jika punya keinginan ingin meraih dengan cepat dalam tempo sesingkat singkatnya.
Mengapa ilmu bisa menjadi jalan pintas menuju surga? Karena begitu besar keutamaannya. Bukankah ilmu menentukan salah dan benarnya (kualitas) suatu amalan, dan dapat menambah banyaknya (kuantitas) amalan. Karena cerdas dalam beramal tentu dengan ilmu.
Mengajarkan ilmu mendapatkan pahala yang serupa dengan yang mengikuti
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa mengajak menuju petunjuk, ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka.” [HR. Muslim].
Termasuk amal jariyah yang tidak terputus
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalannya, kecuali dari tiga hal; sedekah jariyah (yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfa’at, dan anak yang shalih yang mendo’akannya’.” [HR. Muslim].
Bentuk taqarub (mendekat) kepada Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dunia itu terlaknat, semua isinya terlaknat kecuali zikir kepada Allah dan apa pun yang mendekatinya, orang berilmu atau orang yang belajar’.” [HR. At-Tirmidzi]
Termasuk amalan fii Sabilillah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang pergi untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga kembali’.” [HR. At-Tirmidzi]
Keutamaan orang berilmu dengan yang tidak, seperti keutamaan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dengan orang yang paling rendah diantara umatnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian.” Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, Allah, para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi, bahkan semut dilubangnya, dan bahkan ikan pun mendo’akan orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia.” [HR. At-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits hasan”].
Semua makhluk mendokan dan memohon ampunkan untuknya
Allah mudahkan menuju surga
Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga” mempunyai dua makna.
1. Allah akan memudahkan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i dan mengamalkan konsekuensinya.
2. Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati “shirath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya.
Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah memudahkan jalan menuju syurga untuknya. Sungguh, para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka untuk penuntut ilmu karena senang dengan apa yang ia lakukan. Sungguh, orang berilmu itu dimintakan ampun oleh siapa pun yang berada di langit dan siapa pun yang berada di bumi, bahkan ikan-ikan di air. Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Ulama itu pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambil (ilmu), ia mengambil bagian yang banyak’.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi].
Ulama Pewaris Nabi
Sabda beliau, “Ulama itu pewaris para nabi,” yaitu dalam hal ilmu, amal, dan kesempurnaan. Ini hanya berlaku bagi orang yang jernih ilmu dan amalnya, terhindar dari kecenderungan terhadap syahwat-syahwat tercela.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mendokan ahli ilmu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Semoga Allah membahagiakan orang yang mendengarkan sesuatu dari kami, lalu ia sampaikan seperti yang ia dengar, karena mungkin orang yang diberitahu lebih memahami daripada orang yang mendengar’.” [HR. At-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”].
Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam (nadhdharallahu imra’an) artinya semoga Allah membahagiakannya.
Makna asal nadhdharah adalah air muka yang baik dan bersinar, dan yang dimaksud adalah akhlak dan kedudukan yang baik. Demikian yang dijelaskan dalam An-Nihayah.
Sebagian orang mengatakan, “Aku melihat keceriaan di wajah para ahli hadits.” Sebagai isyarat bahwa do’a mereka dikabulkan.
Hadits ini menunjukkan keutamaan orang yang menghafal lafal-lafal sunnah dengan baik.
Asy-Syafi’i dan lainnya meriwayatkan, “Semoga Allah membahagiakan orang yang mendengarkan perkataanku lalu ia hafal dan jaga, karena mungkin saja orang yang menghafal suatu pemahaman bukan orang yang mendalam pemahamannya, dan mungkin saja orang yang menghafal suatu pemahaman menyampaikan pemahaman pada orang yang lebih paham darinya.”
Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sungguh, Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari manusia, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama, hingga ketika tidak tersisa seorang alim pun, orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Mereka ditanya lantas mereka memberikan jawaban tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan’.” [Muttafaqun ‘alaih].
Mutiara Ulama tentang ilmu
Hasan berkata, “Siapa menuntut ilmu demi menginginkan apa yang ada di sisi Allah, maka ilmu itu lebih baik baginya daripada dunia yang disinari matahari (seisinya).”
Imam Asy-Syafi’i berkata, “Al-‘ilmu nurun, wa nurullahi la yuhda lil ‘ashi”. Artinya ilmu itu cahahaya, dan cahaya Allah itu tidak diberikan kepada pemaksiat/pendosa.
“Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat.”
“Menuntut ilmu lebih baik daripada shalat nafilah.”
“lmu tidak bisa diraih dengan bermalas-malasan”.
Konsekuensi menyembunyikan ilmu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa ditanya tentang suatu ilmu lalu menyembunyikannya, maka pada hari Kiamat diikat dengan tali kekang dari api’.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
BACA JUGA: 5 Penyebab Ilmu Tidak Berkah
Hadits ini menunjukkan ancaman keras bagi orang yang menyembunyikan ilmu syar’i demi tujuan dunia.
Allah ‘Aza wa Jalla berfirman: “Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab, dan menjualnya dengan harga murah, mereka hanya menelan api nerakan ke dalam perutnya, dan Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih.”
(QS. Al-Baqarah: 174).
Konsekuensi berilmu bukan karena Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa mempelajari suatu ilmu yang (seharusnya) untuk mencari wajah Allah ‘Aza wa Jalla, (tetapi) ia mempelajarinya hanya demi mendapatkan harta benda dunia, ia tidak mendapatkan aroma surga pada hari Kiamat’.” [HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih].
Hadits ini menunjukkan peringatan keras terhadap siapa pun yang mempelajari ilmu-ilmu agama dengan maksud untuk mencari dunia.
Allah ‘Aza wa Jalla berfirman: “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16). []