TENTANG keutamaan jujur, Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda,
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Jujur atau benar (Shiddiq) merupakan diantara salah satu sifat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Pembahasan jujur itu bukan sekadar hal ucapan atau hubungan sesama saja melainkan yang paling penting adalah yang terkait dengan Allah, Sang Khalik.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya).
Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
Ketika kita merasa dibohongi, tanyakan dulu ke diri apakah kita juga membohongi Allah? Melanggar aturan ya? Bersaksi Allah sebagai pengatur, namun terbukti tidak mau menjalankan perintahNya.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنْ تَصْدُقِ اللَّهَ يَصْدُقْكَ
“Jika engkau jujur kepada Allah, niscaya Allah akan jujur kepadamu.” (HR. An-Nasai no.1927)
Sedangkan bentuk jujur Allah kepada hambaNya adalah dengan membalas amalannya, menepati janjiNya atau mengabulkan doa-doanya.
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.
Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
BACA JUGA: Pedagang yang Jujur dalam Islam
LIMA KEUTAMAAN JUJUR
1. Keutamaan Jujur: Kejujuran adalah pembuka akhlak mulia
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.
2. Keutamaan Jujur: Orang yang jujur berada di surga tertinggi bersama dengan Nabi.
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang salih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 69)
3. Keutamaan Jujur: Allah ridho terhadap orang yang jujur
Allah Ta’ala berfirman,
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. al-Maidah: 119)
4. Keutamaan Jujur: Jujur akan mendatangkan ketenangan
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.”
5. Keutamaan Jujur: Pedagang yang jujur akan bersama Nabi shalallahu alaihi wasallam di surga.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Seorang pedagang Muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang syahid pada hari kiamat (di Surga).”HR Ibnu Majah (no. 2139), al-Hakim (no. 2142)
BENTUK KEJUJURAN
1. Bentuk Kejujuran: Jujur dalam niat dan kehendak (shidqu an-niyyah wa al-`azm)
Amalan itu tergantung pada niatnya. Baik dan buruk sebuah perbuatan sesuai dengan niatnya. Bila suatu amal yang besar bisa hancur karena niat yang melenceng, maka sebaliknya sebuah amal yang tampaknya sepele bisa menjadi sebuah ibadah yang bernilai karena niat yang lurus.
2. Bentuk Kejujuran: Jujur dalam ucapan
Yaitu benar dalam berkata, berakad, berjanji atau sejenisnya. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Bentuk Kejujuran: Jujur dalam perbuatan
Yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur.’”
4. Bentuk Kejujuran: Jujur dalam kedudukan agama
Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya.
BACA JUGA: Sifat yang mulia, Berikut Ayat-ayat Al-Quran tentang Kejujuran
Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 15)
Maka bentuk kejujuran yang terakhir ini disebut juga kejujuran dalam beriman. Atau disebut golongan Ash-shiddiquun.
Yakni orang yang benar-benar merealisasikan iman dari dalam hatinya. Dan mewujudkan iman tidaklah mungkin terjadi kecuali dengan bersikap jujur (ash-shidqu) dan membenarkan (at-tashdiiq) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a’lam bi showab. []