AZAN adalah pertanda awal masuk waktu shalat. Azan juga menjadi pertanda seorang pria muslim untuk shalat berjamaah di masjid. Oleh karena itu, setelah dikumandangkan azan, hendaknya kita menghentikan sejenak segala aktivitas, dan bersegera pergi ke masjid.
Harus kita pahami, sebaik-baiknya shalat yaitu shalat yang dilaksanakan di awal waktu. Bila kita sudah mulai disiplin dalam shalat, maka kita akan terbiasa melakukan disiplin dalam kegiatan lainnya.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa shalat berjamaah tepat waktu memiliki keutamaan yang tinggi. Apalagi jika setiap shalat berjamaah selalu mendapatkan takbir pertama atau takbiratul ihram.
BACA JUGA: 12 Hal yang Harus Diperhatikan di dalam Shalat
Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ
“Barangsiapa salat berjamaah selama empat puluh hari dengan mendapatkan takbir pertama (takbiratul ihram) ikhlas karena Allah, akan dicatat baginya terbebas dari dua hal, yaitu terbebas dari api neraka dan terbebas dari sifat munafik.” (HR. Tirmidzi no. 241, dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani)
Hadits di atas menjelaskan betapa besarnya pahala selalu menjaga takbiratul ihram dengan senantiasa membersamai imam dalam shalat berjamaah.
Poin hadits di atas bukan bermaksud bahwa seseorang membersamai takbiratul ihram bersama imam selama empat puluh hari, setelah itu berhenti.
Akan tetapi, yang dimaksud adalah jika hal itu bisa dilakukan selama empat puluh hari, maka seseorang akan merasakan manis dan nikmatnya ibadah, hilanglah beban ketika beribadah, sehingga dia akhirnya bisa istikamah dan konsisten dalam kondisi seperti itu seterusnya. Tentunya dengan hidayah dan taufik dari Allah Ta’ala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Dalam masa empat puluh hari, seseorang berpindah dari satu kondisi ke kondisi yang lainnya. Sebagaimana terdapat dalam sebuah hadis di Ash-Shahihain, dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Penciptaan salah seorang di antara kalian dikumpulkan di perut ibunya selama empat puluh hari. Kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula (empat puluh hari, pent.). Lalu menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh ke dalamnya.” (Jaamiul Masaail, 6: 134)
Membersamai imam dalam takbiratul ihram adalah sunah yang ditekankan. Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ
Maksudnya, dia benar-benar ikhlas dari dalam hatinya, bukan karena riya ataupun karena sum’ah (ingin dilihat atau didengar oleh orang lain).
التَّكْبِيرَةَ الأُولَى
Maksudnya, takbiratul ihram bersama imam.
بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ
Maksudnya, dia terbebas dan selamat dari api neraka.
وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ
Maksudnya, di dunia dia akan terbebas dari beramal sebagaimana amal orang-orang munafik. Juga terbebas dari azab sebagaimana azab yang ditimpakan kepada orang-orang munafik ketika di akhirat.
Para ulama salaf terdahulu sangat memperhatikan takbiratul ihram bersama imam ini dan menempatkannya dalam kedudukan yang tinggi dan mulia.
Waki’ bin Al-Jarrah rahimahullah berkata,
كان الأعمش قريبا من سبعين سنة لم تفته التكبيرة الأولى ، واختلفت إليه قريبا من ستين ، فما رأيته يقضي ركعة
“Dulu Al-A’masy rahimahullah hampir selama tujuh puluh tahun tidak pernah terluput takbir pertama (dalam salat jama’ah). Aku sering mondar-mandir ke tempat beliau sekitar enam puluh tahun. Dan aku tidak pernah melihatnya terluput satu rakaat sekali pun.” (Hilyatul Auliya’, 5: 49)
Ghassaan Al-Ghulabi rahimahullah berkata, “Anak laki-laki saudaraku, Bisyr bin Manshur, mengabarkan kepadaku, dia berkata, ‘Aku tidak pernah melihat pamanku tertinggal dari takbiratul ihram (bersama imam).’” (Siyar A’laam An-Nubalaa’, 8: 360)
BACA JUGA: Ini Keutamaan dan Tata Cara Shalat Sunnah Wudhu
Muhammad bin Sama’ah rahimahullah berkata, “Aku tinggal selama empat puluh tahun, dan aku tidak pernah tertinggal dari takbiratul ihram bersama imam. Kecuali pada satu hari ketika ibuku meninggal dunia, maka aku tertinggal satu salat jamaah.” (Tarikh Baghdad, 3: 298, Siyar A’laam An-Nubalaa’, 10: 646)
Abu Daud rahimahullah berkata,
كَانَ إِبْرَاهِيمُ الصَّائِغُ رَجُلًا صَالِحًا، قَتَلَهُ أَبُو مُسْلِمٍ بِعَرَنْدَسَ، قَالَ: وَكَانَ إِذَا رَفَعَ الْمِطْرَقَةَ فَسَمِعَ النِّدَاءَ سَيَّبَهَا
“Ibrahim Ash-Shaigh adalah orang saleh. Dia dibunuh oleh Abu Muslim di ‘Arandas. ‘Atho` berkata, “Apabila dia mengangkat palu kemudian mendengar suara azan, maka ia meninggalkannya (untuk segera pergi ke masjid, pent.).” (Sunan Abu Dawud no. 3254)
Ibrahim At-Taimi rahimahullah berkata, “Jika Engkau melihat ada seseorang yang meremehkan takbiratul ihram bersama imam, maka bersihkanlah tanganmu darinya (jauhilah dia, pent.).” (Tarikh Baghdad, 4: 215, Siyar A’laam An-Nubalaa’, 5: 62). Wallahu a’lam. []
SUMBER: MUSLIM.OR.ID