DIRIWAYATKAN dari salah seorang sahabat bahwasanya ia berkata, “Barangsiapa yang tidak sanggup mengerjakan delapan hal, maka hendaknya ia mengerjakan delapan hal yang lain, agar mendapat keutamaan delapan hal yang pertama, yaitu:
1. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan shalat malam sedangkan ia ketiduran, maka hendaknya ia tidak berbuat maksiat pada siang harinya.
2. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan puasa sunnah sedangkan ia tidak puasa, maka hendaknya ia menjaga lisannya.
3. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan ulama, maka ia harus berpikir.
4. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan orang yang berjuang dan berperang sedangkan ia duduk di rumahnya, maka hendaknya ia berjuang melawan setan.
BACA JUGA: Menciptakan Perdamaian dengan Musyawarah
5. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan shadaqah sedangkan ia tidak mampu, maka hendaknya ia mengajarkan ilmu yang pernah ia dengar kepada orang lain.
6. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan haji sedangkan ia tidak mampu, maka hendaknya ia senantiasa shalat Jum’at.
7. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan orang-orang yang tekun beibadah, maka hendaknya ia mendamaikan orang yang sedang bertengkar dan tidak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka.
8. Barangsiapa yang menginginkan keutamaan wali abdal, maka hendaknya ia meletakkan tangan di dadanya dan ridha kepada kawannya apa yang ia ridha kepada dirinya sendiri.”
Dari Ali bin Al Husain RA, di mana ia berkata, “Apabila Allah Ta’ala mengumpulkan orang-orang yang dahulu dan akhir, maka ada seruan yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang mempunyai keutamaan?’ \
Kemudian beberapa orang bangkit menuju ke surga, lalu para malaikat menyambut mereka seraya bertanya, ‘Hendak kemana kamu sekalian?’ Mereka menjawab, ‘Kami hendak ke surga.’ Malaikat bertanya, ‘Sebelum dihisab?’ Mereka menjawab, ‘Ya, sebelum dihisab.’
Malaikat bertanya, ‘Siapakah kamu?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah orang-orang yang mempunyai keutamaan.’ Malaikat bertanya, ‘Apakah keutamaanmu sewaktu di dunia?’ Mereka menjawab, ‘Apabila kami dibodoh-bodohkan orang, kami sabar dan apabila kami diperlakukan jahat, kami memaafkan.’
Malaikat berkata, ‘Masuklah ke dalam surga, betapa baiknya pahala orang-orang yang beramal.’ Kemudian ada seruan yang berseru, ‘Dimanakah orang-orang yang sabar?’ Lantas beberapa orang bangkit menuju ke surga, lalu para malaikat menyambut mereka seraya bertanya, ‘Hendak kemana kamu sekalian?’
Mereka menjawab, ‘Kami hendak ke surga.’ Malaikat bertanya, , ‘Sebelum dihisab?’ Mereka menjawab, ‘Ya, sebelum dihisab.’ Malaikat bertanya, ‘Siapakah kamu?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah orang-orang yang sabar.’ Malaikat bertanya, ‘Apakah kesabaranmu itu?’ Mereka menjawab, ‘Kami sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan kami sabar dalam menjauhi maksiat kepada Allah.’
Malaikat berkata, ‘Masuklah ke dalam surga, betapa baiknya pahala orang-orang yang beramal.’ Kemudian ada seruan yang berseru, ‘Dimanakah tetangga-tetangga Allah?’ Lantas beberapa orang bangkit menuju ke surga, lalu para malaikat menyambut mereka seraya bertanya, ‘Hendak kemana kamu sekalian?’
Mereka menjawab, ‘Kami hendak ke surga.’ Malaikat bertanya, ‘Sebelum dihisab?’ Mereka menjawab, ‘Ya, sebelum dihisab.’ Malaikat bertanya, ‘Siapakah kamu?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah tetangga-tetangga Allah sewaktu di dunia.’
Malaikat bertanya, ‘Bagaimanakah ketetanggaanmu itu?’ Mereka menjawab, ‘Kami saling mecintai karena Allah dan kami saling berkorban karena Allah.’ Malaikat berkata, ‘Masuklah ke dalam surga, betapa baiknya pahala orang-orang yang beramal.’
BACA JUGA: Damaikanlah Dua Orang Mukmin Yang Berselisih
Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhya nanti pada hari kiamat Allah Ta’ala berfirman, ‘Di manakah orang-orang yang dahulu saling mencintai karena Aku? Maka demi kemuliaan dan keagungan-Ku, pada hari ini Aku menaungi mereka dengan naungan-Ku pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku’.”
Dari Abu Umamah RA, bahwasanya ia berkata, ‘Berjalanlah satu mil dan tengoklah orang yang sedang sakit; berjalanlah dua mil dan kunjungilah saudara karena Allah, dan berjalanlah tiga mil dan damaikanlah dua orang yang bersengketa.”
Dari Anas RA, bahwasanya ia berkata, “Barangsiapa yang mendamaikan dua orang yang bersengketa, maka Allah memberikan pahala kepadanya satu kata sepadan dengan memerdekakan satu budak.”
Abu Bakr Al Warraq berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus nabi-Nya AS untuk mengajak makhluk kepada Allah Ta’ala dan menuntut mereka untuk mempekerjakan empat hal, yaitu: hati, lisan, anggota tubuh dan akhlak, dan masing-masing dari keempat hal itu harus melaksanakan dua pekerjaan.
Adapun hati, maka dituntut untuk mengagungkan Allah dan sayang kepada makhluk-Nya. Adapun lisan, maka dituntut untuk terus menerus dzikir kepada Allah dan ramah kepada sesama makhluk. Adapun anggota tubuh, maka dituntut untuk ibadah kepada Allah dan memberikan pertolongan kepada kaum muslimin.
Adapun akhlak, maka dituntut ridha dengan ketentuan Allah Ta’ala dan bergaul secara baik dengan sesama makhluk serta sabar menanggung gangguan mereka.”
Sahl bin Abu Shalih meriwayatkan dari Atha bin Yazid dari Tamim Ad Dari RA dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Ingatlah bahwa sesungguhnya agama itu adalah nasehat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali.
Para sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasul Allah, bagi siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya, serta para pemimpin dan segenap kaum mukminin.”
Al Faqih menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan nasehat bagi Allah adalah beriman kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan Allah, mengamalkan segala yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, serta mengajak dan mnujukkan manusia untuk kembali kepada-Nya.
Nasehat bagi rasul-Nya adalah mengamalkan sunnahnya dan mengajak manusia untuk mengikuti sunnahnya. Nasehat bagi kitab Allah adalah dengan beriman kepadanya, membaca dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya, serta mengajak manusa untuk berbuat seperti itu.
Nasehat bagi pemimpin-pemimpin kaum mukiminin adalah janganlah kamu menyerang mereka dan ajaklah mereka untuk bertindak adil, serta mengajak manusia untuk berbuat seperti itu.
Sedangkan nasehat bagi segenap kaum mukminin adalah mencintai mereka sebagaimana mencintai diri sendiri, berbuat baik kepada mereka, tidak mendiamkan mereka dan mengajak mereka untuk senantiasa melakukan kebaikan.
BACA JUGA: Berdamai dengan Takdir
Ali bin Abu Thalib berkata, “Sesunggunya di antara sesuatu yang menyebabkan pengampunan adalah menggembirakan saudaramu yang muslim.”
Ma’mar meriwayatkan dari Az Zuhri dari Humaid dari ibunya dari Ummu Kaltsum bin Uqbah dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Tidak termasuk orang yang berbohong orang yang mendamaikan di antara orang (yang bertengkar), di mana ia mengatakan yang baik-baik atau menambahi yang baik-baik.
Adapun mendamaikan di antara orang (yang bertengkar) itu adalah salah satu cabang dari cabang-cabang ilmu kenabian, sedangkan menceraikan sesama manusia adalah salah satu cabang dari cabang-cabang ilmu sihir.”
Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Orang yang paling besar pahalanya di sisi Allah Ta’ala nanti pada hari kiamat adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesama manusia sewaktu di dunia, dan orang-orang yang nanti pada hari kiamat dekat dengan Allah adalah orang-orang yang mendamaikan di antara orang (yang bertengkar).” Wallahu a’lam. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin 2/Karya: Abu Laits As Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang