MENGHAFAL Alquran mempunyai keutamaan di dunia dan di akhirat. Keutamaan di dunia di antaranya adalah nikmat Rabbani yang datang dari Allah, yang menjanjikan kebaikan, keberkahan dan kenikmatan dan ilmu bagi penghafalnya. Dan para penghafal Alquran mendapatkan Tasyrif Nabawi (penghargaan khusus dari Nabi). Dan seorang yang menghafal Alquran orang-orang terhormat yang merupakan keluarga Allah yang ada di atas bumi.
Di akhirat kelak, selain akan mendapatkan syafaat, para penghafal Alquran juga mendapat kehormatan berupa Tajul Karomah (mahkota kemuliaan) bagi dirinya dan kedua orang tuanya.
Dibanding dengan tradisi tahfizh Alquran di negara-negara Timur Tengah, tradisi menghafal Alquran di Indonesia untuk saat ini mempunyai beberapa perbedaan dan tantangan tersendiri, antara lain:
BACA JUGA: Seorang Muslim yang Khatam Alquran di Bulan Ramadhan
1. Dipandang sebagai ilmu khusus yang berdiri sendiri dan tidak diorientasikan sebagai dasar ilmu yang harus dilengkapi oleh ilmu-ilmu bantu yang lain.
2. Dilaksanakan di pesantren dan khusus untuk menghafal Alquran. Santri secara full-time berada di pesantren dan khusus menghafal Alquran.
3. Usia santri yang menghafal Alquran sudah menginjak usia remaja, antara 12 – 18 tahun
4. Saat menghafal Alquran tidak dibarengi dengan belajar ilmu lain baik secara formal maupun informal.
5. Setelah selesai (khatam) menghafal Alquran jarang yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Kondisi zaman yang kian menyulitkan seseorang untuk dapat mengingat hafalannya. Seperti gangguan akibat wanita, maraknya media yang menyiarkan kemaksiatan, atau karena faktor makanan.
Dengan beberapa ciri tersebut, para huffazh Alquran di Indonesia biasanya disiapkan untuk upacara sema’an, menjadi kyai dan ustadz di pesantren tahfizh Alquran atau menjadi peserta, pelatih atau hakim Musabaqah Hifzhil-Qur’an baik di tingkat kabupaten, propinsi, nasional maupun internasional. Jarang kita dengar para huffazh al-Qur’an di Indonesia menjadi ulama besar sebagai pimpinan Majelis Ulama atau Syuriyah, atau menjadi imam di masjid-masjid besar.
Bulan Ramadhan adalah bulan Alquran, maka dari itu hendaknya seorang Muslim memberikan porsi perhatian yang lebih terhadap Alquran di bulan ini. Suasana dan peluang waktu untuk menghafal Alquran di bulan suci Ramadhan, tentu akan berbeda bila dibandingkan dengan bulan-bulan lainya. Di bulan suci Ramadhan, semangat untuk beramal akan semakin meningkat, terutama dalam membaca Alquran dan shalat malam selain yang paling inti yaitu berpuasa di siang harinya.
Salah satu keutamaan menghafal Alquran di bulan suci ini adalah bisa menguatkan ingatan karena malam di bulan Ramadhan senantiasa diisi dengan shalat sunnah, seperti Tarawih.
BACA JUGA: Inilah Dalil Perintah Puasa dalam Alquran dan Hadis
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa untuk memperkuat ingatan hafalan Alquran adalah dengan shalat Qiyamullail.
Diriwayatkan dari sebuah hadits yang diterima dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata: “ Sewaktu kami bersama Rasulullah SAW di suatu majlis tiba-tiba datang Ali bin Abi Thalib lalu berkata kepada Rasulullah:” hafalan Alquran telah hilang dari ingatanku”. Bagaimana supaya hafalanku jadi kuat? Kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya:” Hai bapak Hasan! Maukah aku ajarkan/beritahukan kepadamu satu amalan/do’a yang dapat bermanfaat bagimu dan bagi orang yang engkau ajarkan dan akan selalu ingat/ selalu menetap dihatimu apa yang engkau pelajari/hafal? lalu sayyidina Ali menjawab:” Ya. Mau ya Rasul”. Beliau berkata:” Apabila datang malam jum’at maka bangunlah pada sepertiga malam kalau sanggup karena pada waktu tersebut merupakan maqom ijabah doa sebagaimana yang dikatakan Nabi Ya’kub kepada anaknya;” Tuhanmu akan mengampuni dosamu.” Wallahu’alam bisshawab. []