TERKADANG kita tidak memikirkan perkataan yang terlontar dari mulut kita terhadap orang lain, baik itu menyakitkan ataupun tidak. Padahal, ada banyak keutamaan menjaga lisan kita ini.
Mungkin tidak sedikit orang yang menganggap perkataanya itu biasa saja, sedangkan orang lain yang mendengarnya merasa sakit hati.
Abu Hurairah RA diceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT, dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir,hendaknya ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam.”
BACA JUGA: 2 Ciri Lisan Pendosa
Uqbah bin Amir menceritakan, “saya bertanya kepada Rasulullah “Apakah keselamatan itu?” Beliau menjawab,” Jagalah lisanmu, perluaslah rumahmu, dan menangislah akan dosa-dosamu.”
Diam adalah pondasi keselamatan dan merupakan penyesalan terhadap berbagai celaan. Oleh karena itu kewajiban diam di tetapkan oleh syara’, perintah dan larangan. Sedangkan diam pada saat-saat tertentu adalah sifat pemimpin, sebagaimana ungkapan bahwa berbicara pada tempatnya termasuk perilaku yang baik.
Abu Ali Ad Daqqaq berkata, “Barangsiapa yang mendiamkan kebenaran,maka ia ibarat syetan yang bisu.”
Sikap diam sambil memperhatikan merupakan bagian dari perilaku orang-orang yang baik. Allah swt berfirman :
“Apabila dibacakan Al-Quran maka hendaklah di dengarkan dan diperhatikan agar kamu sebagian mendapatkan rahmat,” (Q.S Al A’Raaf : 204)
Diam terbagi menjadi dua, yaitu diam secara lahir dan diam secara bathin. Orang yang bertawakal hatinya selalu diam dengan meninggalkan berbagai tuntutan ekonomi.
Sedangkan orang yang berma’rifat hatinya akan selalu diam dengan mempertemukan ketetapan hukum melalui sikap yang baik. Oleh karena itu perbuatan yang baik adalah yang dapat dipercaya, sedangkan ketetapan yang baik adalah hal yang dapat diterima.
BACA JUGA: 8 Bahaya Lisan
Dzunun Almisri pernah ditanya oleh seseorang, “Siapakah yang mampu menjaga diri?”
“Orang yang betul-betul menjaga mulutnya,” jawabnya.
Menurut suatu riwayat, Abu Bakar Ashshidiq meletakkan batu kecil didalam mulut beliau agar bicaranya dapat diminimalkan.
Sebgian ahli hikmah telah berkata “Manusia diciptakan Allah swt dengan mempunyai satu mulut, dua mata dan dua telinga agar dia dapat mendengar dan melihat lebih banyak dari apa yang dia katakan”. []
SUMBER: LENTERA HATI