MENJAGA shalat Subuh berjamaah adalah tanda keberuntungan dan kebahagiaan seseorang di hari itu karena shalat Subuh adalah pembuka aktivitas di pagi hari. Dan menyia-nyiakan shalat Subuh tersebut berarti telah menyia-nyiakan keberkahan di hari tersebut.
Renungkanlah sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ ثَلَاثَ عُقَدٍ إِذَا نَامَ، بِكُلِّ عُقْدَةٍ يَضْرِبُ عَلَيْكَ لَيْلًا طَوِيلًا، فَإِذَا اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، وَإِذَا تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عَنْهُ عُقْدَتَانِ، فَإِذَا صَلَّى انْحَلَّتِ الْعُقَدُ، فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
BACA JUGA: Akibat Shalat Subuh Kesiangan
“Setan akan mengikat tengkuk salah seorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga ikatan. Dengan setiap ikatan, dia akan membisikkan padamu bahwa malam masih panjang. Jika dia terbangun lalu berzikir kepada Allah, lepaslah satu ikatan.
Jika dia berwudhu, maka lepaslah dua ikatan. Jika dia melanjutkan dengan shalat, maka lepaslah seluruh ikatan itu. Sehingga pada pagi harinya, dia mulai dengan penuh semangat dan jiwanya pun sehat. Namun jika tidak, dia akan memasuki waktu pagi dengan jiwa yang sakit dan penuh dengan kemalasan.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)
Begitu mengerikan dampak bagi orang-orang yang meninggalkan shalat Subuh. Jiwa mereka rusak (sakit), hari-hari mereka dipenuhi dengan rasa malas.
Sementara itu, orang-orang yang menjaga shalat Subuh berjamaah mendapatkan tanda keberuntungan, kebaikan, kebahagiaan, dan keberkahan pada hari tersebut.
Imam Malik rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Syihab, dari Abu Bakr bin Sulaiman bin Abi Hatsmah, beliau menceritakan,
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَقَدَ سُلَيْمَانَ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ. وَأَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ غَدَا إِلَى السُّوقِ. وَمَسْكَنُ سُلَيْمَانَ بَيْنَ الْمَسْجِدِ وَالسُّوقِ. فَمَرَّ عَلَى الشِّفَاءِ ، أُمِّ سُلَيْمَانَ.
“Sesungguhnya Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu tidak menjumpai Sulaiman bin Abi Hatsmah dalam shalat Subuh. Dan Umar di waktu pagi berangkat ke pasar (setelah shalat Subuh). Sedangkan rumah Sulaiman itu ada di antara pasar dan masjid nabawi. Umar berpapasan dengan Asy-Syifa’ binti ‘Abdullah, ibu dari Sulaiman.
Kemudian Umar berkata kepadanya,
لَمْ أَرَ سُلَيْمَانَ فِي الصُّبْحِ.
“Aku tidak melihat Sulaiman shalat Subuh?”
Asy-Syifa’ menjawab,
إِنَّهُ بَاتَ يُصَلِّي، فَغَلَبَتْهَ عَيْنَاهُ.
“Dia shalat semalaman, dia pun mengantuk berat.” (Maksudnya, Sulaiman terlambat shalat Subuh karena dia shalat malam, kemudian dia pun mengantuk dan tertidur, sehingga terlambat shalat Subuh.)
Umar bin Khaththab kemudian berkata,
لأَنْ أَشْهَدَ صَلاَةَ الصُّبْحِ فِي الْجَمَاعَةِ ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَقُومَ لَيْلَةً.
“Aku menghadiri shalat Subuh secara berjamaah itu lebih aku sukai daripada shalat malam semalam suntuk.” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ no. 432, dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Al-Misykaat, 1: 338)
Perkataan Umar bin Al-Khaththab ini mengandung nasihat yang agung. Perhatian Umar bin Khaththab terhadap sahabatnya yang tidak shalat Subuh berjamaah tersebut mengandung nasihat, sekaligus peringatan.
BACA JUGA: Baca Quran di Waktu Subuh, Ini Manfaatnya
Apa yang disampaikan Umar itu juga menunjukkan kedudukan shalat wajib tersebut yang agung dan mulia, dibandingkan shalat sunnah. Diriwayatkan dari sahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Siapa saja yang shalat isya’ secara berjamaah, seakan-akan dia shalat malam selama setengah malam. Dan siapa saja yang shalat Subuh berjamaah, seakan-akan dia shalat malam selama semalam suntuk.” (HR. Muslim no. 656). Wallahu a’lam. []
SUMBER: MUSLIM.OR.ID