SHALAY Isyraq adalah ibadah sunah yang bisa dikerjakan ketika awal matahari terbit. Dalam bahasa Arab, Isyraq artinya terbit atau terbuka.
Waktu pelaksanaan shalat Isyraq tidak diatur secara spesifik di hadis-hadis Nabi Muhammad, tetapi para ulama menetapkan bahwa shalat Isyraq didirikan ketika matahari berjarak satu tombak setelah terbitnya. Namun jangan sampai melanggar waktu terlarang shalat.
Ketika masuk waktu syuruq berdasarkan jadwalnya, maka kita tidak langsung shalat sunnah Isyraq, karena waktu tersebut adalah waktu diharamkan untuk shalat, akan tetapi menunggu kira-kira 15 menit.
BACA JUGA: Keutamaan Rutin Shalat Dhuha
Waktu isyraq merupakan awal waktu dhuha; sehingga orang yang melaksanakan shalat isyraq berarti ia telah melaksanakan shalat dhuha.
Dari Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, bahwa Ibnu Abbas tidak shalat Dhuha. Dia bercerita, lalu aku membawanya menemui Ummu Hani’ dan kukatakan :
“Beritahukan kepadanya apa yang telah engkau beritahukan kepadaku.”
Lalu Ummu Hani berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk ke rumahku untuk menemuiku pada hari pembebasan kota Mekkah, lalu beliau minta dibawakan air, lalu beliau menuangkan ke dalam mangkuk besar, lalu minta dibawakan selembar kain, kemudian beliau memasangnya sebagai tabir antara diriku dan beliau.
Selanjutnya, beliau mandi dan setelah itu beliau menyiramkan ke sudut rumah. Baru kemudian beliau mengerjakan shalat delapan rakaat, yang saat itu adalah waktu Dhuha, berdiri, ruku, sujud, dan duduknya adalah sama, yang saling berdekatan sebagian dengan sebagian yang lainnya.”
Kemudian Ibnu Abbas keluar seraya berkata: “Aku pernah membaca di antara dua papan, aku tidak pernah mengenal shalat Dhuha kecuali sekarang…
“Artinya: Untuk bertasbih bersamanya (Dawud) di waktu petang dan pagi,” [Shaad : 18].
Dan aku pernah bertanya: “Mana shalat Isyraq?”
Dan setelah itu dia berkata: “Itulah shalat Isyraq.” [Hasan Lighairihi; Diriwayatkan oleh Ath-Thabari di dalam Tafsirnya dan Al-Hakim]
Jabir bin Samurah rådhiyallåhu ‘anhu menyifati petunjuk nabi shållallåhu ‘alayhi wa sallam, ia mengatakan: “Beliau tidak berdiri dari tempat shalatnya—dimana beliau melakukan shalat shubuh—hingga matahari terbit. Jika matahari telah terbit, (maka) beliau berdiri (untuk shalat sunnah isyraq).” [HR. Muslim]
BACA JUGA: Bagaimana Cara Melaksanakan Shalat Dhuha?
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama’ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta’ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka’at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan ‘umrah, sempurna, sempurna, sempurna.”
(HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At-Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar 1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy).
‘Aisyah radhiyallåhu ‘anha berkata: “…(Mereka duduk) hingga waktu yang dilarang untuk shalat telah berlalu, (kemudian) mereka mendirikan shalat,” (AR. Bukhåriy no. 1522; dinukil dari applikasi hadits 9 imam, lidwa pusaka). []