SEBAGAI seorang istri, dalam berumah tangga, posisinya berada di belakang suami. Itu menandakan bahwa ialah dijadikan sebagai makmum dalam keluarga. Seorang istri wajib taat kepada suami sebagaimana seorang makmum menaati imamnya. Maka apa yang diperintahkan oleh imam harus diikuti oleh makmum.
Inilah yang kita kenal sebagai taat pada suami. Namun apakah hal ini sudah benar-benar para istri lakukan? Jika ya, apakah hal lain yang menjadi kewajiban istri sudah dipenuhi?
Mengutip buku Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim karya Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, seorang istri memiliki kewajiban untuk tetap berada dalam di dalam rumahnya. Kalau pun ia ingin keluar rumah, maka harus dengan sepengatahuan suami. Dengan kata lain, ia harus meminta izin terlebih dahulu terhadap suaminya.
Selain itu, salah satu bentuk istri yang taat kepada suami adalah mewajibkan dirinya untuk menahan pandangan dan merendahkan suaranya. Dia pun wajib menjaga tangannya dari kejahatan dan menjaga mulutnya dari perkataan kotor yang bisa melukai kedua orang tua suaminya atau sanak keluarganya.
BACA JUGA: Doa Mustajab dari Suami Terbaik untuk Sang Istri Tercinta
Keutamaan Taat kepada Suami
Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut:
Firman Allah SWT, “Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu,” (QS. Al-Ahzab: 33).
Firman Allah SWT, “Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya,” (QS. Al-Ahzab: 32).
Firman Allah SWT, “Allah tidak menyukai ucapan buruk,” (QS. An-Nisa’: 148).
Firman Allah SWT, “Katakanlah kepada wanita-wanita beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya , kecuali yang (biasa) nampak daripadanya’,” (QS. An-Nur: 31).
Rasulullah ﷺ bersabda, “Wanita (istri) terbaik jika engkau melihat kepadanya, ia menyenangkanmu. Jika engkau menyuruhnya, ia taat kepadamu. Jika engkau pergi darinya, ia menjagamu dengan menjaga dirinya dan menjaga hartamu,” (Diriwayatkan Muslim dan Ahmad).
Rasulullah ﷺ bersabda, “Kalian jangan melarang wanita-wanita hamba-hamba Allah untuk pergi ke masjid-masjid Allah. Jika istri salah seorang dari kalian meminta izin kepada kalian untuk pergi ke masjid, engkau jangan melarangnya,” (Diriwayatkan Muslim, Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Perlu kita pahami bahwa taat kepada suami itu bukan dalam hal maksiat. Karena hal ini dilarang. Taat kepada suami diwajibkan dalam hal-hal yang tidak larangan syariat di dalamnya.
Keutamaan Taat kepada Suami
Dalam HR Ahmad, Nabi SAW pernah bersabda, “Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa pada Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: ‘Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau’.”
Mengutip Republika, istri yang taat kepada suami bisa memengaruhi kelanggengan dan keharmonisan sebuah hubungan keluarga. Islam pun memuji istri yang taat kepada suami. Istri yang taat dianggap sebagai wanita terbaik.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.”
Keutamaan Taat kepada Suami
BACA JUGA: Anda Suami, Pernah Ga Sih Bilang Cinta sama Istri?
Rasulullah SAW pernah bersabda tentang sifat wanita penghuni surga. Dia berkata, “Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, dia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha’.”
Namun ketaatan yang harus dilakukan seorang istri kepada suami adalah hal-hal yang ma’ruf dan baik dalam hal agama. Ajakan untuk kebaikan seperti shalat, berpuasa, menggunakan pakaian syari, dan menghadiri majelis ilmu.
Kewajiban istri untuk menaati suaminya bukan sebuah ketaatan tanpa batasan. Dalam HR Al-Bukhari disebutkan, “Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat maksiat akan tetapi ketaatan adalah pada hal-hal yang baik.” Ketaatan istri ini harus dibarengi oleh sikap suami yang suka berkonsultasi dan meminta masukan dari istrinya, komunikasi seperti ini bisa memperkuat ikatan dalam keluarga. []