DALAM Shahih Muslim terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya. Maka dikatakan: ‘Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.’”
BACA JUGA: Muslim, Ini 5 Cara Ciptakan Perdamaian
Sesungguhnya, terhalangnya seseorang dari kebaikan ini (yaitu diangkatnya amal -pent), benar-benar merupakan kerugian yang nyata. Dan termasuk perkara yang mengherankan dari seorang muslim, dimana dia mengedepankan hawa nafsunya di atas keridhaan Rabb-nya.
Allah SWT menghendaki seorang hamba mencintai orang-orang beriman, dan jangan sampai terdapat permusuhan diantaranya dengan seorangpun dari kaum muslimin. Kalau seandainya terjadi, Allah SWT memerintahkannya untuk memaafkan dan mengampuni. Jika dia melakukannya, maka Allah SWT menjanjikan untuknya pahala yang besar.
Akan tetapi, sungguh mengherankan hamba ini, dimana dia melanggar perintah Rabb-nya, dan mentaati setan; maka dia mengharamkan bagi dirinya kebaikan yang banyak.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya apabila terjadi permusuhan diantara kedua orang, maka akan terhalang bagi mereka mendapatkan ampunan, sampai mereka berdamai.
Jika salah seorang dari mereka berusaha berdamai, dan yang lainnya menolaknya, maka orang yang menolak tersebutlah yang akan tertutup baginya ampunan, disebabkan karena penolakannya dan ketidak taatannya kepada Allah SWT.
Wajib bagimu wahai saudaraku, untuk sungguh-sungguh dalam berusaha untuk berdamai, dan meminta pertolongan kepada orang-orang yang baik (untuk mendamaikan kalian)
Mendamaikan hubungan antara dua orang muslim yang saling bermusuhan adalah salah satu di antara amal dan akhlak yang mulia. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menunjukkan keutamaan amal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (QS. An-Nisa’: 128)
Allah Ta’ala berfirman,
“Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS. Al-Anfaal: 1)
Allah Ta’ala berfirman,
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujuraat: 10)
Di ayat yang lain, Allah Ta’ala bahkan memerintahkan hal ini. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang, hendaklah kamu damaikan antara keduanya.” (QS. Al-Hujuraat: 9)
Bentuk “al-ishlaah” (mendamaikan) hubungan antar manusia adalah jika ada sikap permusuhan dan kebencian antara dua orang, maka ada seseorang yang mendamaikan dan memperbaiki hubungan di antara mereka berdua.
Sehingga hilanglah rasa kebencian dan permusuhan di antara dua orang tersebut. Semakin dekat hubungan kekeluargaan antara dua orang yang bermusuhan, maka perdamaian di antara keduanya tentu akan lebih ditekankan.
Dengan kata lain, jika putusnya hubungan di antara dua orang yang bermusuhan itu lebih besar bahayanya, maka mendamaikan di antara keduanya menjadi semakin ditekankan. Jadi, jika seorang ayah dan anak itu berseteru, tentu mendamaikan di antara keduanya lebih afdhal dibandingkan jika yang berseteru adalah dua orang teman biasa. Hal ini karena putusnya jalinan silaturahmi antara seorang ayah dan anak tentu perkara yang lebih besar bahayanya.
Mendamaikan dan berusaha menjadi penengah antara dua orang yang berselisih adalah salah satu amal yang mulia. Allah Ta’ala berfirman,
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa’: 114)
Yang dimaksud dengan “najwa” dalam ayat di atas adalah perkataan yang tersembunyi antara seseorang dengan saudara atau sahabatnya (semacam bisikan).
Maka dalam ayat di atas, mayoritas najwa itu tidak ada kebaikan di dalamnya, kecuali pada ajakan untuk memberi sedekah, berbuat kebaikan (ma’ruf), dan mengadakan perdamaian di antara manusia.
BACA JUGA: 6 Cara Hadapi Orang Marah Secara Damai
Kemudian Allah Ta’ala sebutkan pahala yang besar dari amal tersebut, yaitu,
“Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’: 114)
Oleh karena itu, jika kita melihat ada di antara saudara sesama muslim yang berselisih, bermusuhan, atau berseteru, berusahalah dengan sekuat tenaga untuk mendamaikan di antara keduanya. Meskipun ketika dalam prosesnya, kita mungkin mengeluarkan sejumlah harta (uang) yang kita miliki. []
SUMBER: MUSLIM