Oleh: Ainul Ma’rifah, S.Si
Pengajar Les Private
HARI ini, tulisan dengan tema hijrah mungkin menjadi tulisan yang bisa dikatakan usang jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Fenomena hijrah sudah menjadi hal biasa di kalangan masyarakat di negeri berjuluk “Zamrud Khatulistiwa” ini. Dari kalangan artis hingga masyarakat biasa mengenal fenomena ini.
Bahkan komunitas-komunitas hijrah bermunculan dimana-mana bagai jamur di musim hujan. Namun, meskipun sudah menjadi fenomena yang usang, tidak menjadikan tulisan dengan tema hijrah menjadi membosankan.
Masih banyak sisi yang mengesankan yang bisa diambil hikmahnya. Seperti tentang bagaimana memahami konsep membersamai kawan dalam proses hijrah. Di mana konsep ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan peristiwa sejarah yang dikemas dengan apik dalam buku sirah nabawiyah karangan para ulama salafush sholih terdahulu.
BACA JUGA: Hijrah dan Mundur dari NOAH, Ini Cerita Uki
Jika kita menilik sirah nabawiyah, maka kita akan dapati dua peristiwa besar yang dialami Rasulullah SAW. yang patut kita renungi. Kedua peristiwa ini memiliki kesamaan dari sisi adanya godaan terbesar dari iblis laknatullah yang hadir secara langsung dalam kedua peristiwa ini. Bahkan hanya dua peristiwa ini saja iblis hadir secara langsung, tidak di peristiwa yang lain. Peristiwa yang pertama adalah Perang Badar.
Perang Badar adalah perang besar pertama kali yang dilakukan oleh Kaum Muslimin. Dalam perang ini diriwayatkan dalam sirah nabawiyah jika iblis langsung datang untuk menggagalkan agar Kaum Muslimin mengalami kekalahan. Namun sayang, Allah lebih berpihak kepada Kaum Muslimin sehingga kemenangan berhasil diraih. Pertanyaannya, mengapa iblis sampai datang sendiri untuk menggagalkan? Ibarat sebuah pekerjaan, jika bos sudah turun tangan berarti pekerjaan tersebut tidak main-main.
Perang Badar adalah momentum luar biasa yang dihadapi Kaum Muslimin .Jika dalam perang ini Kaum Muslimin mengalami kemenangan, maka begitu besar pengaruhnya. Wibawa Kaum Muslimin akan semakin naik, dan musuh akan segan karenanya, maka tentu iblis tidak akan tinggal diam dan bahkan akan turun tangan sendiri manghalaunya. Namun sekali lagi Allah berpihak dan memberikan kemenangan kepada Kaum Muslimin.
Itulah Perang Badar, yang memberikan hikmah luar biasa bagi Kaum Muslimin agar senantiasa bersyukur atas kemenangan yang Allah berikan. Peristiwa kedua yang kasusnya hampir sama adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah dan Kaum Muslimin dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa ini juga membuat iblis mau tidak mau hadir secara langsung untuk menggagalkannya.
Mengapa peristiwa hijrah? Hijrah adalah momentum besar, pahalanya luar biasa. Setiap sahabat kala itu mempunyai pengorbanan sendiri-sendiri. Ada yang berkorban bisnisnya, ada yang berkorban hartanya, ada yang berkorban orang-orang yang dicintainya, keluarganya dan sebagainya. Maka dari itu iblis langsung hadir berusaha untuk menghalau peristiwa hijrahnya Kaum Muslimin dari Mekkah ke Madinah. Bahkan orang-orang Kafir menghadiahkan 100 ekor unta bagi siapa saja yang mampu membunuh dan membawa kepala Rasulullah SAW.
Hijrah adalah sungguh peristiwa yang paling mulia. Momentum besar yang dialami oleh Kaum Muslimin. Dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dan Kaum Muslimin dari Mekkah ke Madinah bisa kita ambil kesimpulan bahwa iblis tidak rela dengan adanya peristiwa hijrah. Dia akan berusaha sekuat tenaga menghalangi siapa pun yang akan hirjah. Sama halnya dengan fenomena hijrah hari ini. Fenomena hijrah hari ini adalah sebuah momentum luar biasa dari perubahan Kaum Muslimin menuju sebuah perubahan besar tegaknya kembali peradaban Islam.
Tentu ketika menjadi kemenangan bagi Kaum Muslimin maka sebaliknya akan menjadi kekalahan bagi iblis dan para pengikutnya yaitu orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Mereka tentu tidak akan tinggal diam ketika arus hijrah semakin besar gelombangnya. Mereka akan senantiasa menghalau dan menggunakan segala cara dan tipu daya untuk mengusik fenomena hijrah Kaum Muslimin hari ini.
Sama persis ketika proses hijrahnya Rasulullah SAW dan para sahabat dulu. Jika dulu mereka menghalau proses hijrah dengan iming-iming kekayaan dan sampai pembunuhan, beda halnya dengan hari ini. Kaum munafik menghalau Kaum Muslimin yang hijrah dengan pembuhuhan karakter dan menakut-nakuti dengan isu sampah yang tidak berkelas.
Menuduh artis hijrah terpapar radikal, menuduh aktifis dakwah sebagai gembongnya fundamentalis. Bahkan dengan arus deradikalisasi mereka mengkampayekan dan membuat arus seakan-akan fenomena hijrah adalah hal yang paling menakutkan dan dapat merusak tatanan negara.
BACA JUGA: Dunia Film Membuatnya Tak Bahagia, Aktris Bollywood Ini Memilih Hijrah
Maka, disinilah wajibnya kita membersamai siapa saja yang sedang dalam proses hijrah. Karena musuh-musuh Allah senantiasa tidak pernah tidur untuk menghancurkan dan menghalangi hijrahnya Kaum Muslimin dari keburukan menuju kebaikan yaitu Islam. Allah menjelaskan firmannya dalam al-Qur’an surat al-Fath ayat terakhir yang artinya: “Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang ka-fir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak Menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin). Allah Menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.”
Ayat di atas memberikan gambaran bahwa ketika Allah meridhoi orang-orang yang membersamai Rasulullah SAW. dan memberikan karunia yang besar kepada meraka, maka ketika itu terjadi orang-orang kafir dan orang-orang munafik akan marah dan tidak akan pernah terima.
Maka dari itu, janganlah sekali-kali meninggalkan kawan kita atau siapapun yang sedang masa hijrahnya. Tekun dan sabarlah dalam membersamainya. Kawan kepada kawannya, orang tua kepada anaknya atau sebaliknya, istri kepada suaminya atau sebaliknya. Meraka adalah harta paling barharga yang kita miliki. Allah telah menjelaskan kewajiban tentang adanya keharusan sikap saling berkasih sayang sesama Kaum Muslimn dan sikap keras kepada orang-orang kafir. Wallahua’alam bish showab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.