AMERIKA–Krematorium di kota New York, Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk memperpanjang waktu kerja mereka alias lembur untuk membakar mayat korban Covid-19 hingga malam. Pasalnya, mayoritas penduduk kota New York memilih untuk mengkremasi korban Covid-19.
New York menjadi negara bagian AS yang terdampak pandemi virus Corona. Puluhan ribu orang telah terinfeksi virus Corona dan membunuh sekitar 1.400 orang. Namun sayangnya, kota yang paling padat penduduknya di AS ini hanya memiliki empat krematorium: satu di Bronx dan di Brooklyn serta dua di Queens. Direktur di dua lokasi itu mengatakan beban kerja harian mereka telah melonjak dari sekitar 10 mayat menjadi 15 atau lebih.
BACA JUGA: Apa Fatwa Dewan Fiqih Amerika Utara terkait Pemakaman Jenazah Pasien COVID-19?
Seorang direktur krematorium mengaku bahwa telepon di kantornya menjadi lebih sering berdering dan lebih sibuk daripada dekade sebelumnya.
“Tidak ada yang bisa membayangkan ini terjadi,” kata J.P. Di Troia, presiden Fresh Pond Crematory di Queens, menyebut pandemi di antara peristiwa paling menghancurkan dalam 52 tahun bisnisnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (3/4/2020).
Sementara itu menurut presiden pemakaman Rich Moylan krematorium Green-Wood Cemetery di Brooklyn mengambil antara 15 dan 20 mayat sehari. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari biasanya.
BACA JUGA: Terancam Wabah Corona, Pengungsi Suriah: AS, Cina dan Italia saja Kewalahan, Kami Bisa Apa?
Seperti Di Troia, Moylan berjuang untuk mengingat masa dalam 48 tahun hidupnya di Green-Wood ketika dia telah melihat begitu banyak kematian karena satu sebab.
“Perbandingan terdekat adalah 11 September,” katanya, merujuk pada serangan kelompok teroris al-Qaeda di New York pada 2001 lalu. []
SUMBER: SINDO