JAKARTA–Dalam acara Halaqah Nasional Alim Ulama Majelis Dzikir Hubbul Wathon di Jakarta pada Kamis (13/7/2017), Ketua umum MUI KH Ma’ruf Amin mengatakan bahwa upaya untuk menyatukan bangsa bisa ditempuh dengan dua cara ampuh.
“Majelis dzikir ini menjadi tempat untuk mengupayakan kesatuan bangsa melalui dua hal, pertama melalui dialog-dialog kebangsaan dan kedua dzikir, doa dan istighatsah,” kata KH Ma’ruf Amin di Jakarta, lansir Antara, Kamis (13/7/2017).
“Apa yang kita lakukan itu sebenarnya terlalu sedikit dibanding dengan cita-cita yang ingin kita capai. Rasulullah pun dalam doanya mengatakan, ‘Ya Allah rahmatmu lebih banyak dari yang kami harapkan dibanding upaya kami sendiri’,” ungkapnya.
Karena itu, menurut KH Ma’ruf, para pahlawan yang telah berjuang memerdekakan dan mendirikan negara Indonesia telah tepat mengatakan bahwa kemerdekaan adalah pemberian Allah swt.
“Jadi tepat pendiri republik mengatakan kemerdekaan adalah berkat dan rahmat Allah SWT, mari kita bersama berdoa agar bangsa ini lebih utuh dan bersatu,” tutur KH Ma’ruf.
Dengan dua cara tersebut, Maruf Amin yakin akan tercipta Indonesia yang kondusif, utuh, saling membantu dan saling menyayangi.
“Tapi keutuhan terganggu ketika muncul kelompok-kelompok yang tidak punya atau kurang punya komitmen kebangsaan yang utuh, ketika ada kelompok yang ingin memisahkan diri, kelompok yang mau mengubah negara ini, yaitu kelompok radikalisme baik radikalisme agama maupun radikalisme sekular,” jelas Maruf.
Selanjutnya ada juga kelompok-kelompok intoleran yang kurang memberikan toleransi kepada kelompok lain atau fanatisme kelompok karena menganggap hanya kelompoknya saja yang benar.
“Sedangkan kelompok yang lain sesat dan kafir, ini yang membuat terjadi gangguan-gangguan. karena itu dalam situasi seperti ini tidak boleh kita biarkan lebih jauh, jadi kita harus menyatukan kembali, berusaha bagaimana menyatukan ini melalui pranata-pranata yang kita miliki baik pranata kenegaraan, kemasyarakatan maupun keagamaan,” tegas Maruf.
Halaqah Nasional Alim Ulama yang mengangkat tema “Memperkokoh Landasan Keislaman Nasionalisme Indonesia” dihadiri Presiden Joko Widodo, ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, Kyai Haji Maemum Zubair, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan serta sekitar 700 ulama dari berbagai daerah di Indonesia. []