Oleh: Irah Wati Murni, S.Pd
SAAT maraknya berita Khabib Nurmagomedov baik dari artikel ataupun video di berbagai media sosial, rasanya namanya sudah tidak asing ditelinga ini. Seperti diketahui, Khabib ialah seorang pegulat muslim pertama yang berhasil memenangkan UFC.
Nama Khabib semakin terkenal disusul dengan aksi heroiknya selesai memenangkan pertandingan UFC. Pasalnya, Khabib melakukan aksi melompat pagar octagon tempat pertarungan, menyerang team McGregor yang selalu menghinanya. Ia membela ghiroh agamanya yang selalu dihina.
Nama depannya “Khabib” mengingatkan dengan dua orang sahabat Rasulullah Saw., yang memiliki nama yang mirip dengan pegulat muslim itu. Siapakah mereka?
BACA JUGA: 5 Fakta tentang Sosok Khabib Nurmagomedov
Akhirnya kubaca lagi buku “Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah” Bab Sabar dalam Menghadapi Cobaan tepatnya di halaman 120. Dalam Bab tersebut dikisahkan beberapa sahabat Rasulullah yang memiliki kesabaran yang sebenarnya. Setelah dipastikan, ternyata namanya hampir mirip yakni Khabab dan Khubaib. Lantas, siapakah mereka?
Dilansir Republika mengutip kisah dalam buku Shuwar min Hayatish Shahabah/101 Kisah Sahabat Nabi, Khabbab memiliki nama lengkap Khabbab bin Arats. Beliau adalah seorang pandai besi yang ahli membuat alat-alat senjata, terutama pedang. Senjata dan pedang buatannya dijualnya kepada penduduk Makkah dan dikirimnya ke pasar-pasar.
Sejak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Khabbab pun mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya. Ia mendapat kedudukan itu di antara orang-orang yang walau pun miskin dan tak berdaya, tetapi berani dan tegak menghadapi kesombongan, kesewenangan dan kegilaan kaum Quraisy. Terlebih ketika umat islam saat itu belum memiliki kekuatan.
Sya’bi berkata, “Khabbab menunjukkan ketabahannya, hingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya, hingga terbakarlah dagingnya.”
Pasalnya Kafir Quraisy telah merubah semua besi yang terdapat di rumah Khabbab yang dijadikannya sebagai bahan baku untuk membuat pedang, menjadi belenggu dan rantai besi. Lalu mereka masukkan ke dalam api hingga menyala dan merah membara, kemudian mereka lilitkan ke tubuh, pada kedua tangan dan kedua kaki Khabbab.
Apakah kita masih ingat dengan kisah Umar bin Khattab yang sangat marah setelah mengetahui adiknya Fatimah binti Khattab dan suaminya masuk islam? Ya, Umar mengetahui hal tersebut saat seorang sahabat mengajari Al Qur’an kepada Fatimah dan suaminya di rumah mereka. Sahabat tersebut adalah Khabbab bin Arats.
Sedangkan Khubaib memiliki nama lengkap Khubaib bin Adi. Beliau merupakan salah satu dari 10 sahabat yang diutus Rasulullah Saw., untuk mendakwahkan islam kepada Kabilah Udal dan Qarah pada tahun ke-3 hijriyah. Namun di suatu tempat, di antara Usfan dan Makkah, kelompok kecil ini diintai oleh sekitar 100 pemanah dari Bani Lihyan. Dari 10 utusan itu menyisakan 3 orang saja, sementara 7 sahabat lainnya telah syahid.
Ketiga sahabat tersebut ialah Khubaib bin Adi, Zaid bin Datsinah dan seorang sahabat. Orang-orang musyrik itu kemudian menangkap dan mengikat ketiganya. Namun sahabat yang tidak diketahui namanya itu kemudian memberontak sambil berteriak, “Ini adalah pengkhianatan pertama!” serunya sambil berusaha melawan. Ia pun syahid.
Akhirnya Khubaib dan Zaid dijual untuk dijadikan budak. Khabib dijual kepada Keluarga Al-Harits yang memiliki dendam padanya.
Keluarga Harits menakut-nakuti Khubaib, bahwa saudara sekaligus sahabatnya, Zaid yang juga dibeli keluarga Makkah lainnya, telah dieksekusi. Ia telah dibunuh dengan cara ditusuk tombak dari lubang dubur hingga tembus ke dadanya.
Namun hal itu tidak membuat Khubaib takut, justru semakin meningkatkan kesabaran dan keimanannya. Akhirnya keluarga Al-Harits pun putus asa. Mereka memutuskan untuk segera mengeksekusi tawanan yang tegar itu.
Sebelum eksekusi dijalankan, Khubaib memohon agar diperbolehkan melakukan shalat terlebih dahulu. Maka Khubaib mendirikan shalat sunnah dua rakaat. Setelah shalat, Khubaib menoleh kepada para algojo yang mengawasinya sambil berkata, “Seandainya bukan karena dikira takut mati, maka aku akan menambah jumlah rakaat shalatku.”
Inilah shalat sunnah pertama yang dilakukan seorang Muslim ketika akan menghadapi kematian untuk digantung. Setelah itu, Khubaib pun disalib pada sebuah tiang salib.
Akhirnya kita dapat mengambil pelajaran dari ketiga nama di atas yakni Khabbab, Khubaib dan Khabib:
BACA JUGA: Khabib dan Miftah; Teladan Prioritas
Dari Khabbab, kita belajar bagaimana pengorbanan dan ketegaran seorang muslim untuk mempertahankan akidah keimanannya, meski harus melewati dengan berbagai cobaan dan siksaan. Karena tauhid beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala ialah yang utama.
Dari Khubaib, kita belajar tentang sebuah kepasrahan hamba kepada Sang Khalik. Beliau tidak pernah melupakan Allah sedikitpun, meski saat akan menghadapi kematian. Beliau menggantungkan seluruh hidupnya hanya kepada Allah saja. Itulah ketegaran dan kesabaran seorang muslim yang sebenarnya.
Dari Khabib, kita belajar tentang sebuah ghirah untuk membela agama islam saat ada yang menghina, apalagi melecehkan agama.
Semoga kita bisa menjadi seorang muslim yang mulia seperti Khabbab, Khubaib ataupun Khabib. Waallahu’alam. []