Oleh: Fatimah Azzahra, S.Pd
Guru di SMP Homeschooling Group Pendidik Generasi Cemerlang, Bandung
zahraluvtheearth@gmail.com
“ISLAM yang no.1, olahraga bukan no.1”
Inilah salah satu kalimat yang sering diucapkan oleh sang petarung UFC, Khabib. Khabib Nurmagomedov, namanya mencuat setelah ahad (7/10/2018) kemarin melakukan pertandingan melawan McGregor. Connor McGregor dikenal sebagai pribadi yang rasis, keras, bebas, alcoholic. Ia memancing emosi Khabib dari mulai pra-tanding.
McGregor mengatakan tim Khabib teroris, memaksa minum beer. Semuanya ditanggapi santun oleh Khabib. Sampai akhirnya, setelah selesai pertandingan, dengan kemenangan di pihak Khabib, tim McGregor melontarkan hinaan pada agama, negara, dan orangtua Khabib. Khabib berang, ia meloncat dari ring pertandingan, baku hantam pun tak bisa dielakkan. Bukan masalah pribadi, tapi ini demi kehormatan agama.
BACA JUGA: Khabib Suka Berbekam, Ternyata Ini Manfaat Bekam
Dunia pun ikut murka. Banyak yang mencela sikap pengecut McGregor. Menghina bukan bagian dari olahraga yang ditarungkan. Kenapa pula kerap ia lakukan?
Lain Khabib, lain pula Miftahul Jannah. Atlet Asian Para Games ini didiskualifikasi dari arena pertandingan karena mempertahankan hijabnya. Kerudung yang menutupi rambutnya diminta untuk dilepas sebagai syarat pertandingan. Namun, Miftah tetap mempertahankan kewajibannya menutup aurat. Walau latihan selama beberapa bulan ke belakang tak membawanya ke dalam arena pertandingan yang dinantikan. Ia akui sempat menangis, tapi tak menyesali pilihannya.
Netizen Indonesia pun berbangga pada Miftah. Salut padanya yang kuat memegang teguh perintah Allah. Walau harus kehilangan kesempatan mengharumkan nama bangsa. Tak apalah, lebih penting penilaian Allah dari pada manusia. Luar biasa! Sampai akhirnya, Allah kirimkan hadiah dengan perantara makhluk-Nya. Berangkat umroh. Masya allah. Sungguh tak akan rugi manusia yang berniaga dengan Allah.
Islam No. 1
Sebagaimana yang diucapkan oleh Khabib, islamlah yang no.1. Olahraga, dan kepentingan dunia lainnya bukan no.1. Pemahaman ini lahir karena kesadaran bahwa dunia dan isinya tak akan bisa dibawa ketika ajal tiba. Yang menjadi bekal kita dalam mengarungi kehidupan setelah kematian adalah amal yang sesuai dengan tuntunan agama.
BACA JUGA: Rela Kehilangan Medali karena Pertahankan Hijab, Miftahul Jannah Dihadiahi Umroh
Sungguh, fenomena Khabib dan MIftah kembali mengingatkan kita akan prioritas yang harus kita pegang. Khabib yang tetap kalem saat dihina pribadinya. Tapi, tak ridho ketika agamanya yang dihina. Miftah pun mengaku lega telah mengalahkan ego dirinya. Lebih memilih didiskualifikasi daripada melepaskan ketaatan pada Ilahi rabbi.
Imanlah yang menguatkan Khabib dan Miftah, juga para sahabat dan sahabiyah di masa Nabi. Kesadaran bahwa kehidupan dunia tak akan abadi. Pasti kembali kepada Ilahi rabbi.
Jangan sampai menyesal saat ajal menjemput. Karena ajal tak menunggu taubat kita.
Wallahu’alam bish shawab. []