KHADIJAH binti Khuwailid adalah karunia besar yang Allah limpahkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ia memiliki peran penting dalam membantu beliau untuk menyampaikan risalah. Ikut dalam menemani perjalanan yang disertai beban keletihan dan kegetiran kala itu.
Ia juga membantu dakwah Rasulullah dengan harta dan jiwanya. Jika dibandingkan dengan istri-istri para Nabi terdahulu, ada yang mengkhianati risalah dan bahkan membantu orang-orang musyrik dalam memerangi Allah dan Rasul-Nya.
BACA JUGA: Saudah Binti Zamah, Istri yang Dinikahi Rasul setelah Khadijah
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (Neraka).” (QS. At-Tahrim Ayat 10)
Sungguh jauh berbeda dengan Khadijah, ia adalah wanita yang jujur iman, setia dalam membantu perjuangan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Ia adalah angin sejuk sepoi kesejahteraan dan kebajikan, dahinya selalu basah karena wahyu-wahyu yang diturunkan.
Setelah Islam bertahan di Makkah selama sepuluh tahun yang penuh dengan kejadian-kejadian besar. Kala itu juga Rasulullah dirundung musibah karena wafatnya sang isteri, Khadijah. Yang kemudian disusul dengan wafatnya paman beliau, Abu Thalib.
BACA JUGA: Sebaik-baik Wanita, Khadijah binti Khuwailid
Khadijah yang setia menemani Rasulullah sebelum menerima risalah, ia menghormati perenungan, pengucilan diri, dan segala sifat-sifat mulia beliau. Setelah beliau menerima risalah, ia juga setia menanggung tipu daya musuh-musuh, derita pengepungan, dan segala beban berat dakwah. Ia meninggal dunia kala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berusia enam puluh lima tahun. Beliau pun senantiasa mengingatnya di sepanjang hidup. []
Sumber: Ummul Qura, Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Karya Syaikh Mahmud Al-Mishri., hal 83, 84.