KHALID bin Sa’id merupakan shabat yang berasal dari suku Bani Umayyah. Bapaknya adalah sa’id bin al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams. Ia termasuk penguasa Quraisy yang terkemuka. Khalid terkenal tampan dan manis sehingga orang senang melihatnya. Khalid masuk Islam setelah dua saudaranya masuk Islam, yaitu Aban dan Utsman.
Ketika Khalid menjadi Muslim, bapaknya menyiksa dan memukulinya. Ia tidak diberi makan dan minum selama beberapa hari berturut-turut. siksaan yang dialami Khalid tidak mengubah pendiriannya. Hal itu malah lebih memperkokoh akidahnya.
BACA JUGA: Dalam Shalat, Semua Rukun Islam Ada Padanya
Rasulullah mengangkat Khalid sebagai gubernur di Yaman. Kelak dia baru kembali lagi ke Madinah setelah Rasulullah meninggal dunia. Abu Bakar mengangkatnya menjadi gubernur lagi, tetapi dia menolak. “Kami, anak-anak Uhaiha, tidak akan menerima perintah kecuali dari Rasulullah.”
Khalid bin Sa’id masuk Islam karena mimpi. Suatu saat, ketika berada di Makkah, dia bermimpi. Dalam mimpinya itu, dia melihat kegelapan meliputi seluruh Makkah. Begitu gelap gulitanya sehingga orang tidak bisa melihat telapak tangannya sendiri. Tiba-tiba keluar cahaya. Cahaya itu naik ke langit, menyinari Baitullah dan seluruh Makkah.
Akhirnya, semua tempat terang benderang. Cahaya itu menyebar sampai ke Najd dan Yatsrib (Madinah). Cahaya itu begitu terang. sampai Khalid bisa melihat kurma yang belum matang pada pohon-pohonnya.
Khalid terbangun. Dia lalu mengisahkan mimpinya itu kepada saudaranya, ‘Amr bin Sa’id. ‘Amr dipandang sebagai orang pintar di antara keluarga Khalid. ‘Amr berkata, “Hai saudaraku, hal ini pasti berkaitan dengan Bani Abdul Muththalib.”
Kemudian Khalid datang menemui Rasulullah dan menceritakan mimpinya. Nabi berkata, “Ya Khalid, demi Allah, akulah cahaya itu dan akulah utusan Allah.”
Rasulullah kemudian mengajarinya ajaran Islam, dan Khalid pun masuk Islam pada waktu itu juga.
“Kamu ikuti Muhammad. padahal kamu tahu dia sudah bertentangan dengan kaumnya. Dia sudah mengejek orang-orang tua sebelumnya,” bapaknya membentaknya.
Khalid menjawab, “Betul. Demi Allah, aku sudah mengikuti apa yang dibawanya.” Maka, marahlah ayah Khalid.
BACA JUGA: Benci Seperti Apa yang Diperbolehkan dalam Islam?
Kembali dia memaki-maki dan memukulinya sambil berkata. “Berangkatlah kamu, hai orang sialan! Pergilah sekehendak kamu. Aku tidak akan memberimu makan sama sekali.”
Khalid berkata kepada bapaknya, “Demi Allah, sesungguhnya Allah yang nanti akan memberiku rezeki di mana pun aku hidup.” Berangkatlah Khalid menemui Rasulullah.
Khalid sering menghadiri majelis Rasul. Hidup bersama Rasul, dan memisahkan diri dari bapaknya. Dia tinggal di lembah-lembah Makkah, sampai sahabat Rasulullah kemudian menjemputnya untuk membawanya ke negeri Habasyah pada peristiwa Hijrah yang kedua menuju Habsyi. []
Sumber: The Road to Muhammad/ Penulis: Jalaludin Rakhmat/ Penerbit: Mizan/ 2009