KHALIFAH Umar bin Abdul Aziz begitu memperhatikan masalah siapa saja yang akan ditunjuknya sebagai gubernur di daerah. Khalifah Umar paham betul bahwa meskipun khalifah adalah pemutus kebijakan-kebijakan politik, tapi ia tidak bisa meralisasikan kebijakan itu dengan baik jika para gubernur di daerah tidak memiliki visi yang sama dengan pusat.
Dan jika kita menyimak kabar tentang pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, maka akan mendapati syarat-syarat tertentu yang ia rumuskan bagi siapapun orang yang dipilihnya. Dan di antara syarat-syarat yang penting adalah: takwa, amanah dan agamanya bagus.
BACA JUGA: Khalifah Umar bin Abdul Aziz: Apakah Kau Menyuruhku Berzina dengan Mereka?
Ketika Umar bin Abdul Aziz menurunkan Khalid bin Rayyan –yang menjabat sebagai kepala pengawal pada masa Walid bin Sulaiman- maka Umar bin Abdul Aziz melihat wajah-wajah para pengawal. Kemudian ia memanggil ‘Amr bin Muhajir al-Anshari dan berkata: “Demi Allah, kamu pasti tahu bahwa di antara kita tidak ada hubungan kerabat kecuali saudara seislam. Tapi aku mendengarmu banyak membaca al-Qur’an, dan kamu sering melakukan shalat di tempat yang kamu mengira tak ada orang yang melihatmu, tapi aku melihatmu dan ternyata shalatmu sangat bagus. Maka ambillah pedang ini karena aku telah menjadikanmu sebagai pemimpin pengawalku.”
Kemudian Umar bin Abdul Aziz juga menulis surat kepada para pegawainya di daerah: “Janganlah sekali-kali kalian menunjuk orang untuk membantu pekerjaan kita selain para ahli Qur’an. Karena jika tidak ada kebaikan pada para ahli Qur’an maka selain para ahli Qur’an lebih mungkin untuk tidak memiliki kebaikan.”
Ini adalah sudut pandang yang sangat unik yang dipakai oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam menilai para pegawainya. Dan ini sangat tepat. Karena jika para ahli Qur’an saja tidak memiliki kebaikan, lalu bagaimana ihwal mereka yang jauh dari al-Qur’an?
Dalam urusan ini, memang kehati-hatian Umar bin Abdul Aziz sangatlah tinggi. Karena dengan mengangkat seseorang menjadi kepala daerah maupun pegawai di bidang lain, berarti Umar telah mengamanahkan urusan ummat kepada mereka.
Dan urusan ummat berupa jabatan ini bukanlah urusan sepele yang bisa diperjualbelikan dengan uang. Karena amanah ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat, bukan hanya oleh orang yang dipilih, tapi juga bagi diri Umar yang menunjuk.
Karena itulah jika Umar bin Abdul Aziz meragukan kualitas agama seseorang, apakah baik atau sebaliknya, maka ia tidak berani mengangkatnya sebagai pegawainya sampai kualitas agama orang tersebut jelas di mata Umar.
Hal ini bisa kita simak pada saat Bilal bin Abi Burdah menghampirinya dan mengucapkan selamat padanya atas dibai’atnya dirinya menjadi khalifah. Bilal bin Abi Burdah berkata:
“Wahai Amirul Mukminin, barangsiapa yang dimuliakan oleh jabatan khalifah ini maka sesungguhnya engkau telah memuliakannya. Dan barangsiapa yang dihiasi oleh jabatan ini maka engkau telah menghiasinya.” Kemudian Bilal membacakan beberapa bait syair dan memuji-muji Umar bin Abdul Aziz, maka ia pun membalas pujian itu dengan ucapan terima kasih padanya.
Setelah itu, Umar melihat Bilal senantiasa berada di masjid. Ia selalu membaca al-Qur’an siang dan malam. Umar bin Abdul Aziz berniat hendak mengangkatnya sebagai gubernur di Iraq, tapi ia masih ragu.
Lalu ia menyuruh seseorang untuk menguji kualitas agamanya. Umar berkata kepada orang suruhannya: “Ketahuilah, dia ini orang yang memiliki keutamaan. Maka lihatlah apakah dia ini adalah orang yang terpercaya.”
Orang itu mendatangi Bilal dan bertanya, “Seandainya aku mengangkatmu sebagai gubernur di Irak, maka apa yang akan kamu berikan padaku?”
Bilal menjawab bahwa dirinya akan memberikan harta yang banyak. Ketika hal itu disampaikan kepada Umar bin Abdul Aziz, maka ia mengurungkan niatnya untuk mengangkat Bilal bin Abi Burdah sebagai gubernur di Irak.
Orientasi kepemimpinan itu bukanlah semata-mata mengumpulkan kekayaan yang banyak, tapi sebuah kondisi masyarakat yang makmur dengan tatanan yang aman. Orang-orang yang memiliki orientasi duniawiyah seperti ini tidak masuk dalam daftar orang-orang yang akan ditunjuk Umar sebagai pegawainya.
Andaikata Bilal ketika ditanya menyampaikan bahwa dirinya akan memberikan tatanan masyarakat Iraq yang islami, menghidupkan majelis-majelis ilmu, dan bersikap adil dalam memimpin, mungkin Umar bin Abdul Aziz akan memilihnya sebagai gubernur di sana.
BACA JUGA: Sibuk Rapikan Rambut, Umar bin Abdul Aziz Terlambat Shalat
Jadi Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga sangat memerhatikan orientasi kepemimpinan orang-orang yang akan dipilih sebagai pegawai di masanya.
Karena sikap kehati-hatian inilah sehingga ketika kita menyimak para gubernur Umar bin Abdul Aziz dan para pegawainya maka kita akan mendapatkan bahwa mereka semua adalah para ulama’ dan para pecinta kebaikan. Karena itu sebagian besar para ulama’ menyatakan dengan terang-terangan bahwa semua orang yang dipilih Umar bin Abdul Aziz sebagai gubernur maupun pegawai adalah orang-orang tsiqoh (terpercaya).
Konsep politik Umar bin Abdul Aziz ini memiliki pengaruh besar terhadap keamanan dan ketentraman rakyat di daerah-daerah kekuasaan. Karena masyarakat rela dipimpin oleh orang-orang pilihan Umar bin Abdul Aziz.
Mereka juga memuji para pegawai Umar yang tidak lain adalah orang-orang yang memang memiliki kualitas agama yang bagus. Mereka bergaul dengan rakyat dengan kasih sayang dan keadilan, tidak dengan kekerasan dan kezaliman.
Sebagaimana tidak ada di antara mereka orang yang fanatik yang memuliakan sebagian kelompok dan merendahkan sebagian yang lain.
Pernah terjadi sebuah peristiwa yang merupakan salah satu bukti bahwa orang-orang pilihan Umar bin Abdul Aziz, baik di daerah maupun di pusat mendapatkan penerimaan yang baik dari rakyat.
Ismail bin Abi Muhajir adalah gubernur di Afrika pada masa Umar bin Abdul Aziz. Kepribadiannya yang baik membuat rakyat mengaguminya. Ditambah lagi dengan keilmuan agamanya yang mendalam. Namun ia diturunkan dari jabatan itu pada masa Yazid bin Abdul Malik.
Yazid yang menjadi khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz ini menggantinya dengan Yazid bin Abi Muslim sebagai gubernur di Afrika.
Ternyata gubernur baru ini tidak seperti gubernur yang lama. Ia kejam, keras, gaya kepemimpinannya seperti Hajjaj bin Yusuf. Maka rakyat Afrika pun sepakat untuk membunuh gubernur baru mereka. Pada akhirnya pun terbunuh. Kemudian mereka menulis surat yang ditujukan kepada Khalifah Yazid bin Abdul Malik di Syam. Di antara isi surat itu adalah:
“Sesungguhnya kami tak bermaksud untuk tidak mentaatimu, tapi Yazid bin Abi Muslim adalah kematian bagi kami, yang mana Allah SWT dan umat Islam tidak meridhainya. Maka kami pun membunuhnya dan mengembalikannya padamu.”
Setelah membaca surat tersebut, Yazid bin Abdul Malik membalasnya dan menjelaskan bahwa dirinya juga tidak ridha atas apa yang telah diperbuat oleh gubernurnya. Kemudian memutuskan untuk menggantinya dengan Muhammad bin Yazid al-Anshari. []
Referensi: Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia/Karya: Herfi Ghulam Faizi, Lc/Penerbit: Cahaya Siroh