SURIAH–Pandemi Covid-19 membuat warga Suriah yang tinggal di kamp pengungsian memilih tidur di reruntuhan rumah mereka. Seperti diketahui, negara yang dilanda konflik perang itu disebut memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi terhadap penyebaran Covid-19, karena banyak kamp pengungsian yang kelebihan kapasitas, dan pelayanan kesehatan yang belum memadai.
Warga yang tinggal di kamp memutuskan untuk kembali ke bekas rumah mereka yang tinggal reruntuhan. Demikian laporan yang dikutip dari Asharq Al-awsat, Kamis (16/4/2020).
“Kami takut akan virus corona yang mungkin menyebar karena kamp yang terlalu padat. Jadi, seperti yang lain kami memutuskan untuk pulang,” kata seorang warga yang tinggal di wilayah barat laut Suriah, Hassan Khraiby.
BACA JUGA:Â Terancam Wabah Corona, Pengungsi Suriah: AS, Cina dan Italia saja Kewalahan, Kami Bisa Apa?
Kendati belum ada kasus Covid-19 yang dilaporkan di wilayah barat laut Suriah, namun organisasi bantuan internasional mengaku khawatir jika wabah terjadi di wilayah tersebut.
Mereka memperingatkan bahwa virus dapat menyebar dengan cepat di kamp-kamp pengungsian yang terlampau padat. Menurut mereka untuk menjaga kebersihan dan melakukan social distancing merupakan hal yang hampir mustahil disana.
Khraiby dan keluarganya adalah salah satu di antara hampir satu juta orang yang kehilangan tempat tinggal mereka, karena serangan pemerintah terhadap pemberontak pada Desember silam yang disebut sebagai serangan terbesar dalam perang selama sembilan tahun di negara tersebut.
BACA JUGA:Â Heroik dan Mengharukan, Inilah Kisah Dokter Wanita dari Bawah Tanah Suriah
Sekarang, dalam gencatan senjata yang disepakati akibat adanya virus corona, warga mulai kembali ke wilayah Ariha untuk tinggal.
Khariby mengatakan bahwa dia dan keluarganya menghabiskan satu bulan di sebuah kamp di dekat perbatasan Turki sebelum menyewa tempat tinggal yang biayanya mahal. Mereka memutuskan untuk pulang ketika gencatan senjata disepakati. Namun, warga tidak yakin gencatan senjata yang berlaku mulai 6 Maret itu akan bertahan lama.
Salah satu penduduk, Rami Abu Raed, juga percaya rezim akan memulai kembali operasi militernya. Ayah tiga anak itu kembali ke Ariha pada minggu lalu karena takut anak-anaknya akan tertular virus corona di kamp wilayah utara.
“Utara sekarang menjadi sangat ramai. Aku takut pada anak-anakku, jadi aku memutuskan untuk kembali ke Ariha,” katanya.
Sejauh ini Suriah mengonfirmasi 29 kasus positif Covid-19 dengan dua korban meninggal. []
SUMBER: ASHARQ AL AWSAT