SUJIWO Tejo, selaku salah satu budayawan Indonesia mengemukakan hal menarik. Ia berkata, “Menghina Tuhan tak perlu dengan umpatan dan membakar kitabNya. Khawatir besok kamu tak bisa makan saja itu sudah menghina Tuhan.” Akibat ujaran tersebut, terinspirasi untuk mengubah komposisi kalimatnya menjadi, “Menghina Allah tak perlu dengan umpatan dan membakar kitabNya. Khawatir kamu tak bisa mendapatkan jodoh itu sudah menghina Allah.”
Apabila khawatir tidak mendapatkan jodoh, lalu sibuk mencari pacar. Saat ada yang menasihatinya bahwa pacaran itu mendekatkan diri pada zina malah diumpat (dilecehkan-misalnya, menyebutnya kuno) berarti hatinya terlalu sempit untuk menyakini jodoh itu sudah dijamin Allah. Bila memang telah merasa mampu menikah, silakan lakukan dengan cara yang baik. Cari informasi mengenai sosok yang diyakini baik untuk dijadikan pendamping hidup melalui orang-orang terdekatnya. Saat sudah yakin, datangi ke dua orang tuanya. Sampaikan niat ingin menikahinya, bukan sekadar memacarinya hingga tahunan kemudian bosan dan berujung meninggalkan.
Bukankah dalam Qur’an Surah an-Nahl (16: 72) Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Allah menjadikan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”
Dengan demikian, jangan sampai merasa untuk mendapatkan jodoh harus ditempuh dengan cara bermaksiat terlebih dahulu melalui pacaran. Percayalah, kalau sudah membiasakan diri bermaksiat maka akan memiliki kecenderungan untuk melakukan perzinaan. Akibatnya, cukup mengerikan, seperti ditegaskan Allah dalam Qur’an Surah An-Nur (24: 3), “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik.”
Jadi, perbaiki akhlak dan tindak apabila berharap jodoh terbaik. Sesungguhnya, ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Qur’an Surah An Nur, 24: 26)
Percayalah, bila pribadimu baik. Pekerjaanmu mapan, ilmu agamamu memadai. Sulit menolak tawaran menikah yang dirimu ajukan. Perempuan itu cerdas, mereka akan mengutamakan lelaki yang bisa menjamin masa depannya serta anak-anak yang akan dilahirkannya kelak. Bagaimana pun, lelaki yang berpengalaman pacaran jauh lebih rendah nilainya dibandingkan lelaki yang besar dalam penghasilan. Lelaki yang mahir umbar rayuan, jauh lebih rendah nilainya dari lelaki yang berani menyatakan sanggup menyegerakan pernikahan. Lelaki yang bermodal bensin eceran, jauh lebih rendah nilainya dari lelaki yang sudah memiliki rumah sebagai tempat mengasuh dan membesarkan anak-anak dalam eratnya jalinan cinta kasih bersama istri tercinta melalui ikatan perkawinan.
Oleh sebab itu, jangan khawatir tidak mendapatkan jodoh. Fokuslah menata masa depan, buatlah perempuan merasa beruntung sebab saat datang dirimu bukan sekadar bermodal pas-pasan, apalagi sekadar ajakan untuk pacaran. Kalau cinta sudah menyatu dalam alir darah, bulatkan tekad untuk bersegera menikah. Jangan bermain-main dengan perasaan, sebab kalau terluka hunjamannya akan begitu sukar disembuhkan. Mari lantangkan bismillah, semoga niat baik membangun rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah dipermudah. Aamiin… aamiin… aamiin yaa Allah. []
Arief Siddiq Razaan, 25 April 2016