Gambaran Ijma’ Sukuti:
– Sebagian mujtahid pada suatu masa, mengeluarkan pendapat dalam satu persoalan, kemudian
– Mujtahid lainnya, di masa tersebut juga, diam terhadap penyampaian pendapat ini, tanpa ada pengingkaran, setelah mereka mengetahui dan menelaah pendapat tersebut.
Apakah ijma’ sukuti ini dianggap sebagai ijma’ atau tidak? Ada 5 pendapat ulama tentang hal ini.
1. Ijma’ Sukuti bukan termasuk ijma’, juga bukan hujjah. Ini adalah pendapat Asy-Syafi’i, ‘Isa bin Aban, Al-Baqillani, dan kalangan Malikiyyah.
BACA JUGA: Tingkatan Ulama
2. Ijma’ Sukuti merupakan ijma’ dan hujjah yang qath’i. Ini adalah pendapat mayoritas Hanafiyyah dan Imam Ahmad.
3. Ijma’ Sukuti dianggap sebagai ijma’ setelah berlalunya masa mereka (ketika ahli ijtihad di masa tersebut telah meninggal semua). Hal ini karena berterusannya mereka dalam diam terhadap persoalan ini, hingga kematian mereka, memperkecil peluang kemungkinan mereka tidak setuju terhadap pendapat tersebut. Ini adalah pendapat Abu ‘Ali Al-Jubbaiy.
4. Ijma’ Sukuti bukan ijma, namun ia hujjah. Ini adalah pendapat Abu Hasyim bin Abi ‘Ali.
BACA JUGA: Belajar dari Sang Ulama Umat yang Hanif
Pendapat yang mirip dengan pendapat yang keempat ini adalah pendapat Al-Amidi, bahwa ijma’ sukuti adalah ijma’ yang zhanni dan ia bisa dijadikan hujjah. Pendapat ini didukung oleh Ibn Al-Hajib dalam Mukhtashar-nya, dan Al-Karkhi dari kalangan Hanafiyyah.
5. Ijma’ Sukuti bukan ijma’, juga bukan hujjah, jika yang mengeluarkan pendapat adalah seorang penguasa. Namun, jika yang menyampaikan pendapatnya bukan penguasa, maka ia ijma’ dan hujjah. Ini adalah pendapat Ibnu Abi Hurairah. []
Sumber: Ushul Al-Fiqh Al-Islami, karya Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, cet. Dar Al-Fikr, Damaskus, Juz 1, Hlm. 526-527.
Facebook: Muhammad Abduh Negara