Oleh: Ust. M.A. Sholihun
اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّار، الْعَزِيْزِ الْغَفَّار، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارِ، تَذْكِرَةً لِأُوْلـىِ الْقُلُوْبِ وَاْلأَبْصَار، وَتَبْصِرَةً لِذَوِى اْلأَلْبَابِ وَاْلإِعْتِبَار.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ذُو الْـمَجْدِ وَالْجَبَّار، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، مِنْ أَنْبِيَائِهِ الْـمُخْتَار، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى حَبِيْبِهِ وَصَفِيِّهِ مُحَمَّدٍ ابْنِ عَبْدِ اللهِ ذِي الْفَضْلِ عَلَى سَائِرِ الْبَشَر، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اْلأَطْهَار، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلـَى يَوْمِ الْـمَحْشَر.
فَيَا عِبَادَ الله، أُوْصِىكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالـى: ((وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا الله))
وَكَمَا قَالَ رَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ))
أَمَّا بَعد :
Hadirin Rahimakumullah…
Salah satu akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam adalah al-‘Iffah (menjaga kehormatan diri). Jika seorang muslim menghiasi dirinya dengan akhlak ini maka dia dicintai oleh Allah dan juga manusia.
Sederhananya, bahwa al-‘Iffah adalah sikap yang dapat menjaga seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa, baik yang dilakukan oleh tangan, lisan atau kemaluannya. Termasuk didalamnya, meninggalkan hal-hal yang dibolehkan untuknya, namun karena untuk melindungi diri dari hal-hal yang tidak pantas, atau berlebih-lebihan.
Baginda Rasulullah SAW sangat menganjurkan sikap al-‘Iffah,karena dengan sikap ini seorang Muslim dapat menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya.
Sikap al-‘Iffah ini sangat penting bagi seorangmuslim, sehingga Allah SWT menyebutkannya berulang-ulang di berbagai tempat dalam Al-Qur’an, yang berkaitan dengan kehidupan seorang Muslim:
Di antaranya; Menikah, dengan tujuan untuk menjaga kemaluan dan perbutan yang haram. Allah SAWT berfirman dalam surat An-Nur, ayat 33:
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
“Dan hendaklah menjaga kesuciannya, yaitu orang – orang yang tidak (belum) mampu menikah, hingga Allah memberikan kecukupan (memampukan) mereka dari karunia-Nya.”
Hadirin Rahimakumullah…
Yang dimaksudkan dengan kata wal yasta‘fif pada ayat tersebut, adalah berusaha menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Pada ayat itu, Allah memerintahkan kepada seorang Muslim yang tidak dapat menikah, sebab adanya halangan, agar menjaga diri dan kehormatannya. Sering kali masalah yang dihadapi oleh seseorang untuk melaksanakan pernikahan adalah biaya. Oleh sebab itu Allah SWT berjanji akan memberikan kecukupan kepada orang yang menjaga kehormatan dirinya (dengan tidak melakukan perbuatan maksiat) dengan menganugerahkannya rizki yang dapat digunakan untuk melaksanakan pernikahan, atau dengan mendapatkan wanita yang berkenan dengan mahar yang ringan.
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga orang yang berhak mendapat pertolongan Allah SWT; Orang yang berjihad di jalan Allah, orang menikah dengan niat menjaga kehormatan diri dan hamba sahaya yang ingin membebaskan dirinya dari majikannya.”(HR. At-Tirmidzi dan Ahmad, Hasan)
Ada sebagian orang yang beranggapan, bahwa perintah menjaga kehormatan dan kemuliaan diri hanya ditujukan kepada orang yang tidak mempunyai biaya menikah. Sebenarnya tidaklah demikian. Al-Isti‘faf (berusaha menjaga kehormatan diri) juga ditujukan kepada setiap Muslim dan Muslimah, dengan menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.
Allah SWT berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ !وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada orang – orang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang mereka perbuat. Dan katakana pula kepada wanita wanita yang beriman, agar mereka menjaga pandangan dan memelihara kemaluannya …” (QS. An-Nur: 30 dan 31)
Menjaga kehormatan dan kemuliaan diri dalah sifat orang beriman, yang beretika dan beradab. Dan itu juga akhlak agung yang dapat menghindarkan seorang muslim jauh keburukan dan kemaksiatan.
Termasuk dalam hal ini adalah, tidak berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Karena bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan keji dan hina.
Syekh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata, “Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, baik wanita itu masih muda ataupun sudah tua. Baik lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih muda atau kakek tua.Sebab, berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan godaan bagi kedua pihak.”
‘Aisyah ra berkata tentang Rasulullah SAW:
“Tangan Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).” (HR. Al-Bukhari)
“Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan memakai alas/penghalang (misalnya memakai kaos tangan atau kain) ataupun tanpa penghalang. Sebab, dalil dalam masalah ini sifatnya umum dan semua ini untuk menutup jalan yang mengantarkan kepada keburukan.” (Majmu’ al-Fatawa, 1/185)
Selain itu, tidak khalwat (berduaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Rasulullah SAW telah memperingatkan dalam nasehatnya yang agung:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ
“Tidak boleh sama sekali seorang lelaki bersendirian dengan seorang wanita kecuali bila bersama wanita itu bersama mahramnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadirin rahimakumullah …
Iffah yang berikutnya adalah memakan harta dengan cara yang halal dan tidak meminta minta. Allah SWT berfirman:
“(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang – orang fakir yang terhalang usahanya (dalam mencari penghidupan) karena jihad di jalan Allah, sehingga ia tidak dapat berusaha di bumi. Orang yang tidak mengetahui menyangka bahwa mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia).” (QS. Al Baqarah: 273)
Abu Sa’id al-Khudri mengabarkan, orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasullah SAW. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta kepada Rasulullah SAW melainkan beliau berikan hingga habislah apa yang ada pada beliau. Rasulullah SAW pun bersabda kepada mereka ketika itu:
“Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta, Allah SWT akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah SWT akan menjadikannya sabar. Siapa yang merasa cukup dengan Allah SWT dari meminta kepada selain-Nya, Allah SWT akan memberikan kecukupan kepadanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Imam An-Nawawi mengatakan: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta), qana’ah (merasa cukup) dan bersabar atas kesempitan hidup dan kesulitan (hal yang tidak disukai) lainnya di dunia.” (Syarah Shahih Muslim).
Islam melarang umatnya menjadi peminta-minta, baik sebagai diri atau bangsa. Karena hal itu akan merusak kehormatan diri dan bangsa. Cukup kan diri dengan karunia Allah SWT, maka Allah SWT akan mencukupkan dengan rizki-Nya.
Hadirin Rahimakumullah…
Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam melaksanakan sifat al-‘Iffah. Beliau selalu menjaga diri, menjaga tangan dan lisannya dari perbuatan-perbuatan yang tidak pantas. Dalam masalah menjaga kehormatan dan kemuliaan diri, beliau berada pada tingkat tertinggi di antara semua manusia. Karenanya beliau menjadi panutan utama dalam masalah perilaku dan akhlak mulia seperti adil, amanah, menerima ketetapan Allah, berani dan sifat lainnya.
Sifat ‘Iffah yang dimiliki Rasulullah sangat lengkap dan sempurna. Beliau selalu menghindarkan diri daripada perbuatan-perbuatan tercela karena Allah SWT telah melindunginya dari perbutan tersebut sejak beliau masih kecil lagi. Beliau tidak pernah mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan tercela, sehingga selama hidupnya tangan beliau tidak pernah menyentuh seorang wanita selain isteri, mahram atau hamba sahaya beliau.
Dalam Tarikh Ath-Thabari diceritakan: “Saya tidak pernah mempunyai keinginan untuk melakukan tindakan-tindakan yang biasa dilakukan oleh orang-orang Jahiliyyah kecuali dua kali, dan semua itu tidak jadi saya lakukan, kerana Allah menghalangiku dari melakukan keinginan tersebut. Setelah itu, saya sama sekali tidak pernah mempunyai keinginan jahat sehingga dianugerahkan kepada saya sebuah risalah oleh Allah SWT.”
(Dua kejadian itu adalah) pada suatu malam saya berkata kepada seorang Quraisy yang bersama menggembalakan kambing denganku di (bukit-bukit) Makkah, ‘Saya harap kamu mau memperhatikan kambingku, sehingga saya masuk kota Makkah, sampai saya mengikat kambing-kambing itu seperti yang biasa dilakukan oleh para pemuda?’ Orang tersebut menyetujuhi permintaanku.Kemudian saya melangkahkan kaki dan sesampainya saya di rumah pertama penduduk Makkah saya mendengar ada suara jamuan walimahan (yang dimeriahkan) dengan gendang dan seruling. Saya bertanya kepada penduduk: ‘Ada apakah ini?’ Mereka menjawab: ‘Fulan bin Fulan berkahwin dengan Fulanah binti Fulan.’ Kemudian saya duduk dan melihat mereka, namun Allah SWT menghilangkan fungsi telingaku, sehingga akhirnya saya tertidur.Ketika saya bangun, matahari sudah mulai nampak. Kemudian saya datang kepada kawanku dan dia bertanya kepadaku: ‘Apa yang kamu lakukan semalam?’ saya menjawab: ‘Saya tidak melakukan apa-apa’, kemudian saya menceritakan semua yang terjadi kepadanya.
Pada waktu malam yang lain, saya mengatakan hal yang sama kepada kawanku itu, dan dia juga menyetujuhinya. Ketika saya memasuki kota Makkah saya mendengar suara seperti apa yang pernah saya dengar dahulu. Lalu saya duduk, namun Allah menghilangkan fungsi telingaku sehingga akhirnya saya tertidur, dan ketika bangun matahari sudah nampak.Saya kembali menemui kawanku dan menceritakan kejadian tersebut kepadanya.Setelah kejadian itu saya tidak pernah mempunyai keinginan jahat sehingga Allah memuliakanku dengan risalah-Nya.”
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ، إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ:
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَر، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَزَجَر، وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه، وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ الْـمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ تَعاَلَى: ((اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا)).
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِيّ، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِين، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيهم بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.
اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. ع
عِبَادَاللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، أَقِيْمُوا الصَّلاَة
[]
SUMBER: IKADI.OR.ID