Oleh: H. Zulhamdi M. Saad, Lc
اَلحَمْدُ للهِ الَّذِيْ فَضَّلَ أَوْقَاتِ رَمَضَانَ عَلىَ غَيْرِهِ مِنَ اْلأَزْمَانِ وَأَنْزَلَ فِيْهِ اْلقُرْآنَ هُدًى وَبَيِّنَاتٍ مِنَ اْلهُدَى وَاْلفُرْقَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ يَخُصُّ رَمَضَانَ بِمَا لَمْ يَخُصَّ بِهِ غَيْرَهُ مِنْ صَلاَةٍ وَتِلاَوَةٍ وَصَدَقَةٍ وَبِرٍ وَإِحْسَانٍ، اللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّاهِرِين وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيرْاً إِلىَ يَوْمِ الّدِيْنِ. أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عَبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.قَالَتَعَالَى:يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ. آل عمران: ١٠٢
Kaum Muslimin jamaah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah
Pada bulan Ramadhan ini, marilah kita lebih meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah, saat arus dan nuansa ibadah begitu kuat memenuhi hari-hari kita, ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk berupaya menjadikan bulan ini menjadi bulan ketakwaan untuk diri kita dan keluarga, dengan berusaha seoptimal mungkin meningkatkan amaliyah ibadah di bulan Ramadhan, dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah Swt. Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang bertakwa setelah Ramadhan berakhir. Amiin ya rabbal ‘alamiin.
Perputaran hari bergerak begitu cepat, bahkan terasa lebih cepat daripada kilat, hari-hari di mana kita memiliki kesempatan untuk mengisinya dengan ketaatan kepada Allah. Ramadhan telah berlalu beberapa hari, sedang jiwa masih belum merasakan siraman kesejukan dari nuansa Ramadhan yang penuh dengan ampunan dan rahmat Allah. Mungkinkah ada yang salah dengan niat puasa kita?
Pertanyaan yang mungkin membuat kita terkaget, bagaimana mungkin niat puasa ini salah, sedangkan telah diniatkan sejak hari pertama untuk berpuasa karena mengharapkan keridhaan Allah semata?
Kaum Muslimin sidang sholat Jum’at yang berbahagia
Marilah kita coba renungi dan fahami apa yang diinginkan oleh Rasulullah Saw tercinta dari sabdanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَامَ رَمضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»(رواه البخاري و مسلم)
“Barangsiapa puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan dengan mengharap pahala, dosa-dosa sebelumnya akan diampuni”.(HR. Bukhari Muslim)
Inilah titik awal yang diberikan oleh Rasulullah kepada kita, beliau telah meletakkan dasar yang paling penting, yang menjadi kaedah untuk setiap amalan yang dilakukan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى»(متفق عليه)
“Setiap amalan itu dengan niatnya, dan setiap yang didapati orang muslim sesuai dengan apa yang diniatkan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas merupakan titik tolak dalam kehidupan seorang muslim, baik saat ia melakukan pekerjaan duniawi atau amalan akhirat, ia lakukan tanpa memandang keuntungan, penampilan atau kedudukan, tidak mengharapkan pujian orang, juga tidak takut celaan, tetapi yang ia inginkan hanyalah balasan kebaikan dari Allah dan surga-Nya. Oleh sebab itulah niat menjadi lebih penting dari sebuah amalan.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Bulan dengan segala kebaikan di dalamnya masih bersama kita, namun hari-hari itu akan cepat berakhir, sesal kemudian tiada berguna lagi. Bulan ampunan dan rahmat itu masih dapat diraih. Apakah kita isi dengan taubat saat orang terlelap setelah tarawih? Apakah hanya puas dengan sholat tarawih saja kemudian kita merasa cukup untuk tidak melakukan Qiyamullail? Apakah cukup dengan makan sahur saja, namun waktu sahur yang begitu mahal tidak kita gunakan untuk memperbanyak istighfar dan memohon ampunan kepada Allah. Ataukah cukup puas dengan berpuasa, namun enggan membaca Al-Quran, sedang bulan puasa adalah bulan diturunkannya Al-Quran? Bahkan Rasulullah telah memberikan teladan dengan banyak membaca dan mengkhatamkan Al-Quran pada bulan Ramadhan.
Banyak umat muslim yang bertanya, kenapa setelah masuk bulan Ramadhan, dan setelah keluarnya dari Ramadhan, kondisi kami biasa-biasa saja, iman kami sama dengan sebelumnya. Firman Allah Swt dalam ayat 183 surat Al-Baqarah tersebut ternyata tidak terbukti.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ. البقرة: ١٨٣
“Hai orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Banyak juga yang bertanya, kenapa hati ini tidak bisa khusyu’? Kenapa mata ini tidak bisa menangis, padahal sungguh kami telah menahan lapardan dahaga, menahan nafsu syahwat selama berpuasa?
Rasulullah sudah pernah mewanti-wanti umatnya dengan sabda beliau:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ»(رواه أحمد)
“Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan haus.” (HR. Ahmad)
Inilah kesempatan kita untuk kembali melihat dan merenungi secara mendalam niat puasa kita, sebelum puasa ini semakin meninggalkan kita.
Hadirin sidang sholat Jum’at yang berbahagia
Lalu niat puasa yang seperti apa yang dapat memberikan perubahan dalam diri setelah melaksanakan Ramadhan?
Mayoritas dari kita hanya terfokus pada puasa dari sudut pengertian berpuasa yaitu menjauhkan diri dari makanan, minuman dan berhubungan seksual sejak fajar sampai petang. Jika hanya dengan pengertian seperti ini, maka bagaimana mungkin kualitas ketakwaan akan meningkat?.
Maka niat puasa yang perlu ditanamkan di dalam hati adalah:
Pertama:Berniat untuk berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan dari Allah. Dengan penuh keimanan maksudnya adalah meyakini bahwa ibadah puasa adalah wajib dilaksanakan dengan dasar iman. Adapun maksud dari ihtisaban adalah pengharapan pahala dan ampunan dari Allah. Niat berpuasa selama bulan Ramadhan untuk mencapai derajat takwa, niat berpuasa selama bulan Ramadhan agar Allah memberi rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka. Berharap agar Allah mencegah kita jatuh ke dalam dosa Allah. Niatkan setelah selesai melaksanakan puasa Ramadhan agar Allah menjadikan kitamanusia yang lain dari sebelum Ramadhan yang penuh dengan kebaikan dan amal sholeh.
Kedua: Dengan menjaga lisan dan seluruh anggota tubuh dari yang yang mengurangi nilai pahala puasa dan yang membatalkannya, seperti dusta dan membicarakan kekurangan dan kejelekan orang lain.
Di antara para ulama, seperti Imam Al-Ghozali, Sufyan Atsauri, Mujahid dan Ibnu Abi Dunya dan lain-lain mengatakan bahwa: “Perbuatan dusta dan ghibah adalah termasuk hal yang merusak ibadah puasa dan membatalkannya”.
Maka semua ungkapan dan ucapan yang membawa kepada dosa dan menyakiti orang dapat membatalkan nilai ibadah puasa. Tidak akan membiarkan telinga mendengarkan sesuatu yang membuat Allah murka. Baik itu lagu-lagu yang mengundang syahwat, ataupun membicarakan dan mendengar hal-hal yang tidak senonoh. Karena selama Ramadhan sebaik-baik lagu yang disenandungkan dan didengar adalah Al-Quran.
Bagaimana mungkin jika selama Ramadhan tetap asyik dengan lagu-lagu yang melalaikan, akan mampu menahan lisan dan telinganya dari syahwat di luar Ramadhan. Maka mengucapkan dan mendengarkan sesuatu yang membawa kemurkaan Allah adalah membuat pahala tidak bernilai apa-apa.
Sidang sholat Jum’at yang dimuliakan Allah
Ketiga: yang tidak kalah penting adalah tidak akan melepaskan pandangan mata kepada hal yang haram, baik pagi maupun malam, karena dengan melihat hal-hal yang yang dapat menimbulkan syahwat akan mengalihkan perhatian hati dari mengingat Allah Yang Maha Kuasa. Rasulullah Sawbersabda:
عَنْ ابنِ عُمَرَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « اَلنَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ ، فَمَنْ تَرَكَهَا خَوْفًا مِنَ اللهِ أَتاَهُ اللهُ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فيِ قَلْبِهِ» (رواه الطبراني)
“Pandangan itu merupakan panah beracun dari anak panah Iblis, barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan kemanisan iman di hatinya”.(HR. Thabrani)
Maka bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk meraih limpahan manisnya iman dari Allah Swt.
Keempat:Berniat puasa dengan menjadikan setiap langkah kita adalah untuk memenuhi kebutuhan saudara sesama muslim. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ ابنِ عُمَرَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِْيهِ الْمُسْلِمِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى تَتَهَيّأَ لَهُ أثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزِلُّ اْلأَقْدَامُ »(حديث حسن رواه الطبراني و ابن أبي الدنيا)
“Barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya muslim dalam memenuhi keperluan saudaranya sehingga hajatnya terpenuhi, maka Allah akan memantapkan langkah kakinya pada hari kiamat.”(Hadits Hasan Riwayat Imam Thabrani dan Ibnu Abi Dunya)
Langkah kebaikan dapat juga berupa berziarah kepada saudara kita ketika bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadist Rasulullah menceritakan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «زَارَ رَجُلٌ أَخًا لَهُ فِيْ قَرْيَةٍ ، فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ مَلَكًا عَلىَ مَدْرَجَتِهِ ، فَقَالَ: أَينَ تُرِيْدُ؟ قَالَ:أَخًا لِيْ فِيْ هَذِهِ اْلقَرْيَةِ ، فَقَالَ: هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرَبُهَا؟ قَالَ: لاَ إِلاَّ أَنّيِ أَحِبُّهُ فِي اللهِ. قَالَ : فَإِنّيِ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكَ أَنَّ اللهَ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ».(رواه مسلم)
“Seseorang menziarahi saudaranya disebuah desa, Maka Allah mengutus malaikat untuk menemui dan menanyakan maksud tujuannya. Malaikat berkata: “Mau kemana engkau?” Orang itu menjawab: “Aku ingin menziarahi saudaraku di desa ini”. Malaikat kembali bertanya: “Apakah karena ia punya sesuatu padamu yang akan engkau ambil.” Ia menjawab: “Tidak, akan tetapi aku datang kepadanya karena aku mencintainya karena Allah”. Kemudian malaikat berkata: “Sesungguhnya aku adalah malaikat yang diutus untuk menyampaikan kepadamu bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu.” (HR. Muslim).
Di antara langkah kebaikan lainnya yang diniatkan ketika puasa adalah langkah menuju masjid untuk sholat berjamaah. Rasulullah Sawbersabda:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِى الصَّلاَةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِى يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ اْلإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِىْ يُصَلِّيْهَا ثُمَّ يَنَامُ » (رواه البخاري و مسلم)
“Pahala yang paling besar dalam sholat adalah siapa yang langkahnya lebih jauh. Dan orang yang menunggu waktu sholat, kemudian sholat bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang sholat kemudian dia tidur. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadirin jamaah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah
Kelima:Niatkan saat berpuasa adalah dengan menjadikan tangan kita tangan yang diatas. Namun yang banyak terjadi di bulan Ramadhan adalah semakin banyak dan bertambahnya tangan-tangan yang di bawah, meminta-minta dengan memanfaatkan moment Ramadhan saat orang menjadi dermawan. Rasulullah memuji orang-orang yang bekerja dengan tangannya sendiri, bukanlah dengan mengharapkan belas kasihan orang lain, sebagaimana sabdanya:
عَنْ ابنِ عُمَرَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «أَطْيَبُ الْكَسْبِ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ» (رواه الطبراني)
“Sebaik-baik pekerjaan seseorang adalah yang bekerja dengan tangannya sendiri.”(HR. Ahmad, Thabrani dan Al-Hakim)
Keenam: Tidak membiarkan nafsu perut menguasai diri ketika berbuka puasa dari makanan yang berlebihan, meskipun makanan itu halal dan diperbolehkan. Umar pernah mengatakan: “Waspadalah terhadap kerakusan dalam makanan dan minuman, sesungguhnya ia akan merusak tubuh, mewariskan penyakit, menyebabkan malas untuk sholat. Hendaklah kalian pertengahan saja, karena itu baik untuk tubuh, dan terhindar dari pemborosan. Sesungguhnya seseorang tidak akan binasa kecuali memperturuti syahwatnya di atas agamanya”.
Ketujuh: Berhenti total dari melakukan perbuatan dosa, apakah telinga ataupun mata. Dosa yang diperbuat oleh lidah ataupun tangan. Baik kaki maupun perut. Berhenti dari keinginan-keinginan nafsu pada malam hari sebagaimana ia mampu menahan dirinya di siang hari.
Jabir berkata, “Apabila engkau berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatan dan lidah dari kebohongan dan dosa. Berhentilah dari menyakiti tetangga. Hendaklah engkau saat berpuasa dalam kondisiyang tenang. Jangan engkau samakan dirimu saat puasa dan tidak berpuasa sama saja.”
Itulah di antara hal-hal yang perlu dijaga saat meniatkan puasa. Semoga dengan cara ini mampu membuat puasa Ramadhan tahun ini berbeda dari sebelumnya. Dan Allah menguatkan azam kita yang kuat untuk menjadikan Ramadhan tahun ini sebagai titik perubahan. Amiin ya rabbal ‘alamin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاَتِ وَاّلذِكْرِ الْحَكِيْمِ أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
[]
SUMBER: IKADI