Oleh: Abu Abdail Bari
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَعْطَى عِبَادَهُ الأَسْمَاعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ. وَأَسْدَى عَلَيْهِمْ أَصْنَافَ النِّعَمِ وَسَيُحَاسِبُهُمْ عَلَيْهَا وَعَنْهَا يُسْأَلُوْنَ. فَمَنِ اسْتَعَانَ بِهَا عَلَى طَاعَةِ الْمُنْعِمِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ. وَمَنْ صَرَفَهَا فِي مَعَاصِيْهِ، فَأُولَئِكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. أَلاَ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ خُتِمَتْ بِهِ الأَنْبِيَاءُ وَالْمُرْسَلُوْنَ. وَبِهَدْيِهِ وَسِيْرَتِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِى الأَقْوَالِ وَالأَفْعَالِ وَالْحَرَكَةِ وَالسُّكُوْنِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِئَايٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَا ءَاتَوْا وَقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبَّهِمْ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ. (سورة المؤمنون: ٥٧-٦١)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اُطْلُبُوا الْجَنَّةَ جُهْدَكُمْ، وَاهْرُبُوْا مِنَ النَّارِ جُهْدَكُمْ، فَإِنَّ الْجَنَّةَ لَا يَنَامُ طَالِبُهَا، وَإِنَّ النَّارَ لَا يَنَامُ هَارِبُهَا، وَإِنَّ الآخِرَةَ الْيَوْمَ مَحْفُوْفَةٌ بِالْمَكَارِهِ، وَإِنَّ الدُّنْيَا مَحْفُوْفَةٌ بِاللَّذَّاتِ وَالشَّهَوَاتِ. فَلَا تُلْهِيَنَّكُمْ عَنِ الآخِرَةِ.
صدق الله العظيم وصدق رسوله الكريم.
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla. Dzat Maha Agung lagi Maha Sempurna, Pencipta dan Pemelihara alam raya. Dialah Yang Maha Kuasa Mengatur segala yang ada. Tidak satupun makhluk yang bergerak, maupun peristiwa yang berlaku, melainkan atas idzin dan pengetahuan-Nya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahcurahkan atas Baginda Nabi akhir zaman, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Putra padang pasir yang mengubah wajah dunia. Membimbing umat manusia dengan wahyu dan akhlak mulia. Keteladanan yang tiada duanya. “Wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim”, dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung, demikian pujian Sang Pencipta kepada makhluk termulia yang pernah diciptakan-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Dalam kesempatan mulia ini, al-faqir ila ‘afwi Rabbihi berwasiat kepada diri al-faqir dan kaum muslimin semua untuk bersama-sama kita taqarrub ilallah, mendekatkan diri kepada Allah, memelihara iman dan taqwa di tengah cabaran dan godaan tipu daya dunia yang semakin merajalela. Kita semua berharap semoga Allah Azza wa Jalla memberikan kita kekuatan untuk istiqomah di jalan-Nya, mampu menghadapi segala tantangan, sabar dalam menghadapi ujian, dan mampu pula bersyukur atas segala nikmat karunia yang Dia berikan.
Hendaknya kita menjadi orang-orang yang senantiasa bersegera dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal shalih. Karena tiada sedikitpun kita mengetahui akhir hayat kita. Tiada sedikitpun kita memiliki pengetahuan bilakah kematian itu datangnya, sedangkan kematian itu adalah sesuatu yang haq adanya.
Dalam muqaddimah tadi, khatib telah membacakan beberapa ayat dalam surat al-Mukminun, surat yang ke-23 ayat 57-61. Ayat-ayat tersebut berbunyi:
إِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِئَايٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَا ءَاتَوْا وَقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبَّهِمْ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ. (سورة المؤمنون: ٥٧-٦١)
Artinya: “Sesungguhnya orang –orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab) Tuhan mereka [57], dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka [58], dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun) [59], dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka [60], mereka itu bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya [61].” (QS. Al-Mukminun [23]: 57-61)
Ayat –ayat di atas menjelaskan kepada kita semua bagaimana karakteristik orang-orang yang bersegera untuk meraih kebaikan di jalan Allah. Sikap mereka untuk memanfaatkan waktu hidup sebaik-baiknya dalam beribadah kepada Allah, dilandasi keimanan yang teguh dan takut akan beratnya adzab neraka Jahannam. Mereka melakukan segala kebaikan semampu yang mereka kerjakan. Akan tetapi ada terselip rasa khawatir apakah amalan-amalan tersebut diterima oleh Allah SWT.
Mengenai ayat 60 surat al-Mukminun, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Aisyah, bahwasanya Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:
يَا رَسُولَ اللهِ، “اَلَّذِيْنَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ” هُوَ الَّذِيْ يَسْرِقُ وَيَزْنِى وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ، وَهُوَ يَخَافُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ: لَا، يَا بِنْتَ الصِّدِّيْقِ! وَلَكِنَّهُ الَّذِيْ يُصَلِّى وَيَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُ وَهُوَ يَخَافُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ.
Artinya: Ya Rasulallah, “alladziina yu`tuuna maa aatau wa quluubuhum wajilah” apakah itu orang yang mencuri, berzina, dan minum khamar, dan dia takut kepada Allah? Rasulullah SAW menjawab, “Tidak demikian, hai puteri ash-Shiddiq. Akan tetapi dia adalah orang yang mendirikan shalat, berpuasa, dan bersedekah seraya takut kepada Allah.”
Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
لَا، يَا ابْنَتَ الصِّدِّيْقِ! وَلَكِنَّهُمُ الَّذِيْنَ يُصَلُّوْنَ وَيَصُوْمُوْنَ وَيَتَصَدَّقُوْنَ، وَهُمْ يَخَافُوْنَ أَلاَّ يُقْبَلَ مِنْهُمْ.
Artinya: “Tidak, wahai puteri ash-Shiddiq! Akan tetapi mereka itu adalah orang-orang yang mengerjakan shalat, berpuasa dan bersedekah, seraya takut amal-amal mereka tidak diterima.”
Dari penjelasan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah tersebut kita mendapatkan setidaknya dua pelajaran penting:
Pertama, bahwa tidaklah mungkin kekufuran dan kedurhakaan bersatu dalam diri seorang hamba, bersanding dengan keimanan dan ketundukan kepada Allah. Selamanya, tidak akan bertemu baik dan buruk dalam satu ketika. Sekalipun kedua sifat tadi adalah potensial adanya di dalam diri manusia akan tetapi tidak mungkin keduanya muncul bersamaan. Ketika seseorang takut kepada Allah, sadar akan pengawasan Allah, maka tidak ada keberanian sedikitpun dalam dirinya untuk berbuat maksiat.
Jika ia berbuat suatu dosa, maka sesungguhnya pada saat itu iman di hatinya tengah memudar. Ia merasa tidak diawasi oleh Allah, bahkan untuk sejenak melupakan-Nya. Jadi, tidak ada kamusnya, bahwa seseorang itu beriman kepada Allah, takut dan tunduk kepada Allah, sedangkan dia berzina, minum khamar dan mencuri (atau korupsi). Oleh karena itu Rasulullah SAW menolak pertanyaan Aisyah radhiyallahu ‘anha dan mengoreksinya.
Jawaban beliau adalah bahwa orang yang takut kepada Allah adalah justru orang yang selalu mengerjakan shalat, berpuasa dan bersedekah. Ibadah-ibadah itu, mendidik jiwanya menjadi lembut dan gentar di hadapan kemahakuasaan Allah, namun tegas dan teguh pendirian dalam menghadapi kemungkaran. Senada dengan hadits diatas, adalah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari Muhammad bin Mutsanna, dari Ishaq bin Yusuf, dari Fudhail bin Ghazwan, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:
لاَ يَزْنِى الْعَبْدُ حِيْنَ يَزْنِى وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ حِيْنَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَشْرَبُ حِيْنَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَقْتُلُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ.
“Tidaklah seorang hamba yang berzina, dia berzina dalam keadaan beriman; tidaklah pula yang mencuri, dia mencuri dalam keadaan beriman; tidaklah pula yang meminum khamar, dia meminumnya dalam keadaan beriman; dan tidaklah pula dia membunuh dan dia beriman.”
قَالَ عِكْرِمَةُ: قُلْتُ لابْنِ عَبَّاسٍ: كَيْفَ يُنْزَعُ الإِيْمَانُ؟ قَالَ هٰكَذَا – وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ أَخْرَجَهَا – فَإِنْ تَابَ عَادَ إِلَيْهِ هٰكَذَا – وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ. (رواه البخاري: ٦٨٠٩)
Ikrimah berkata: Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, “Bagaimanakah iman itu terlepas?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Begini (iman dilepaskan dari seseorang) – dia mengaitkan diantara jari-jarinya kemudian mengeluarkannya dari kaitan. Maka apabila dia bertobat, maka iman itu akan kembali kepadanya seperti ini – Ibnu ‘Abbas mengaitkan lagi jari-jemarinya.”
Adalah pemandangan yang tidak lucu dan menipu, jika sekarang kita melihat ada aktivis kemanusiaan yang membela homoseksualitas dan pernikahan beda agama, seraya mengaku dirinya muslim/muslimah. Mengaku berijtihad dan memperjuangkan Islam, mengaku sebagai muslim yang baik sambil menyuarakan kemungkaran, mempromosikan dan mendukung perbuatan-perbuatan yang dilarang bahkan dilaknat dalam Islam. Itulah mereka, menyembunyikan kebenaran dan mencampurnya dengan kebatilan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2]: 42,
وَلَا تَلبِسُوا الْحَقَّ بِالبَاطِلِ وَتَكتُمُوا الحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya: Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Uniknya, karakter para perusak agama ini, entah sadar atau tidak, justru mereka menganggap bahwa perbuatan mereka ini adalah baik dan membawa kemaslahatan bagi peradaban umat manusia. Ingatlah kita kepada firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 11-12 yang berbunyi:
وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوْا فِى الأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ. أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لا يَشْعُرُوْنَ (البقرة: ١١-١٢)
Artinya: Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.
Hal-hal semacam ini, muncul karena kerancuan dalam mempelajari dan memahami ilmu. Dalam mempelajari agama, tolok ukur yang digunakan adalah relativisme Barat yang senantiasa memandang bahwa kebenaran itu belum final. Tidak ada kebenaran mutlak, atau dengan kata lain, kebenaran itu relatif. Sehingga segala sesuatu direlatifkan, termasuk kebenaran agama. Oleh karena itu, mereka senantiasa mencari-cari alasan untuk membenarkan perilaku homoseksual, membenarkan pernikahan beda agama, dan mentolerir penistaan agama dengan dalih kebebasan berpendapat.
Upaya pembenaran itu dilakukan dengan menafsirkan ulang ayat-ayat al-Quran yang menurut mereka tidak relevan lagi dengan kehidupan zaman sekarang. Mereka ingin meniru Barat-Kristen yang telah lebih dulu merubah penafsiran Bibel agar sesuai dengan tuntutan zaman dan kepentingan mereka. Mereka menutup diri dari kenyataan bahwa Islam berbeda dengan agama lain. Islam hadir dalam keadaannya yang sudah sempurna. Rahmatan lil Alamin, untuk menjadikan manusia khilafah di muka bumi dan menuntun manusia kepada penyembahan total kepada Allah.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Lalu, pelajaran yang kedua dari hadits di atas adalah, bahwa dalam ibadah itu di samping harus dilandasi oleh niat yang tulus ikhlas karena Allah dan mengikuti cara-cara Rasulullah SAW, juga harus disertai dengan perasaan khauf yaitu takut. Al-Khauf disini adalah perasaan takut bahwa amal ibadah yang kita kerjakan tidak diterima oleh Allah SWT, sehingga dengan demikian kita menjadi bersungguh-sungguh untuk melaksanakan ibadah tersebut.
Takut jikalau nanti kita berdiri di hadapan pengadilan Allah, amal-amal kita tiada mencukupi untuk menebus dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Takut seandainya kematian datang menjemput sedangkan diri kita masih bergelimang dengan dosa. Perasaan takut seperti itulah yang mengendalikan seorang hamba sehingga terhindar dari niatan untuk melanggar perintah-perintah Allah dan sehingga memotivasi dirinya untuk berbuat yang terbaik bagi dipersembahkan kepada-Nya.
Takut kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Bahrur Ra`iq fiz Zuhdi war Raqa`iq adalah suatu perasaan yang mampu menahan anggota tubuh seorang hamba dari perbuatan maksiat dan mengikatnya dengan ketaatan. Sementara ketakutan yang berlebihan akan menjerumuskan pelakunya kepada keputusasaan. Sedangkan sikap berputus asa dari rahmat Allah adalah perbuatan tercela. Ia adalah perbuatan kaum kafirin sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 87:
وَلاَ تَيْئَسُوْا مِنْ رَوْحِ اللهِصلى لا يَيْئَسُوْا مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرِيْنَ.
Artinya: “…dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan orang-orang yang kafir.”
Akhirnya, marilah kita renungkan sabda Rasulullah SAW yang mengajak kita untuk berusaha keras dan tiada mengenal lelah mengejar pahala akhirat seraya menghindari beratnya adzab neraka. Beliau SAW bersabda:
اُطْلُبُوا الْجَنَّةَ جُهْدَكُمْ، وَاهْرُبُوْا مِنَ النَّارِ جُهْدَكُمْ، فَإِنَّ الْجَنَّةَ لَا يَنَامُ طَالِبُهَا، وَإِنَّ النَّارَ لَا يَنَامُ هَارِبُهَا، وَإِنَّ الآخِرَةَ الْيَوْمَ مَحْفُوْفَةٌ بِالْمَكَارِهِ، وَإِنَّ الدُّنْيَا مَحْفُوْفَةٌ بِاللَّذَّاتِ وَالشَّهَوَاتِ. فَلَا تُلْهِيَنَّكُمْ عَنِ الآخِرَةِ.
Artinya: “Tuntutlah surga semampu kalian dan hindarlah dari neraka semampu kalian. Karena sesungguhnya, tidak akan tidur orang yang menuntut surga, dan tidak akan tidur orang yang menghindari neraka. Dan sesungguhnya akhirat kini, ditutupi oleh hal-hal yang dibenci, sedangkan dunia ditutupi dengan kelezatan dan syahwat. Maka janganlah sampai dunia itu melalaikan kamu dari akhirat.
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. (سورة آل عمران: ١٣٣)
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم، ونفعنى وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل منى ومنكم تلاوته، إنه هو السميع العليم. وأستغفروا الله العظيم لى ولكم، ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الرَّبِّ الْعَظِيْمِ، اَلرَّءُوْفُ الرَّحِيْمِ، ذِى الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ، وَالْإِحْسَانِ الْعَمِيْمِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اَلْمَلِكُ الْكَرِيْمُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ قَالَ اللهُ فِيْهِ: “وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ”. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِى هَدْيِهِمُ الْقَوِيْمِ.
(أَمَّا بَعْدُ) : فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى، فَإِنَّ اللهَ أَعَدَّ الْجَنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ. وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ. أُولَئِكَ جَزَآؤُهُمْ مَّغْفِرَةٌ مِّنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِيْنَ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا. فَقَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ: أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ بَقِيَةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. يَا قَاضيَ الْحَاجَات. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا، رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحِ الرَّاعِيَ وَالرَّعِيَّةَ، وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا هٰذِهِ وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ رَخِيَّةً مَحْمِيَّةً مِنْ كُلِّ فِتْنَةٍ وَمَرَضٍ وَبَلِيَّةٍ. وَاجْعَلْنَا مِنْ سُعَدَاءِ الدَّارَيْنِ فِى عَافِيَةٍ وَسَلاَمَةٍ. يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْعِزَّةِ وَالرَّحْمَةِ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ. وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ. وَوَفِّقْهُمْ بِمَا فِيْهِ صَلَاحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِى إِنْدُوْنِيْسِيَا، وَفِلِسِطِيْنَ، وَأَفْغَانِسْتَان، وَسُوْرِيَا، وَفِى كُلِّ مَكَانٍ. وَادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْمِحَنَ وَالْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً، وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Pengampun. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa guru-guru kami, dosa para pemimpin kami, dosa saudara-saudara kami. Ampunilah dosa kedua orangtua kami, dan sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kami masih kecil.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Perkasa. Karuniakanlah kemenangan kepada para mujahidin di seluruh belahan bumi ini yang tengah berjuang menegakkan kalimah-Mu dan meruntuhkan tirani kezhaliman. Karuniakanlah kepada mereka keteguhan dan kesabaran menghadapi segala cabaran. Sesungguhnya Engkau Maha Pemurah dan sangat menyayangi orang-orang yang berjuang di jalan-Mu.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar. Angkatlah penderitaan saudara-saudara kami di Palestina, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Pattani, Kashmir dan di belahan bumi manapun. Teguhkan kesabaran dan iman mereka, dan berikan pertolongan-Mu. Sesungguhnya tiada daya dan kekuatan, melainkan hanyalah daya dan kekuatan-Mu jua.
Ya Allah, Engkau yang Maha Kuasa. Hindarkanlah daripada kami dan kaum muslimin di mana pun, segala marabahaya dan bencana, segala fitnah dan malapetaka. Karuniakan kepada kami kesabaran dan teguhkan kaki-kaki kami dalam menapaki jalan petunjuk-Mu.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Gagah. Binasakanlah musuh-musuh agama-Mu yang senantiasa mengumandangkan permusuhan dan kebencian terhadap kebenaran-Mu. Hinakanlah orang-orang Yahudi dan Syiah Rafidhah, dan ungkapkanlah makar-makar mereka untuk membungkam dan memadamkan cahaya kebenaran-Mu. Goyahkan tekad mereka, gentarkan hati mereka, goncangkan kedudukan mereka, dan pecahkan persatuan mereka, agar tidak ada lagi kesombongan, kezhaliman dan kebiadaban mereka terhadap kami.
Ya Allah, Engkau yang Maha Melindungi. Lindungilah kami dari kezhaliman penguasa-penguasa yang zhalim. Lindungilah kami dari kemunafikan orang-orang munafik, dan lindungi kami dari kedengkian para pendengki. Lindungilah kami dari fitnah dunia yang melenakan dan menjauhkan kami dari beribadah kepada-Mu. Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Lembut dan Kasih. Lindungilah putra-putri generasi muda kami dari keburukan liberalisme, sekulerisme, dan isme-isme sesat lainnya yang disusupkan dalam pelajaran-pelajaran mereka di sekolah. Tumbuhkanlah semangat mereka dalam menuntut ilmu secara benar. Karuniakanlah kepada guru-guru mereka di sekolah keikhlasan, ketabahan dan kesabaran. Istiqomah dalam meyakini kebenaran sehingga tidak menggadaikan aqidah dan akhlak anak-anak didik mereka dengan imbalan materi yang tidak seberapa. Lindungilah pula putra-putri generasi muda kami dari buruknya pergaulan bebas, dan kesilauan melihat gemerlapnya dunia.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Pemurah. Karuniakanlah kepada kami kehidupan yang baik. Jangan biarkan berlalu hari-hari kehidupan kami, melainkan Engkau bimbing kami dengan hidayah-Mu. Berikanlah keberkahan dalam segala apa yang Engkau karuniakan kepada kami dan wafatkanlah kami dalam husnul khotimah.
رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
عباد الله…
إن الله يأمر بالعدل والإحسان، وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي. يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزذكم ولذكر الله أكبر. أقم الصلاة…
[]