DUKUNGAN kepada KH. Ma’ruf Amin terus berdatangan setelah dirinya diperlakukan tidak baik oleh terdakwa penista agama Basuki Tjahaya Purnama. Saat itu, Kiai Ma’ruf bersaksi dan diperiksa selama 7 jam.
Dalam persidangan itu, Kiai Ma’ruf dituding melakukan kesaksian bohong oleh pihak terdakwa. Bahkan terdakwa mengaitkan persoalan di luar perkara yang tengah disidangkan. Terdakwa juga akan melaporkan balik Kiai Ma’ruf soal kesaksiannya itu.
Aksi yang ditunjukan terdakwa membuat semua pihak termasuk warga NU memberi dukungan kepada Ketua MUI ini. Kenapa dukungan kepada Kiai Ma’ruf ini terus berdatangan dan siapa sebenarnya Kiai Ma’ruf?
Ma’ruf disebut sebagai ulama fikih yang disegani. Sebelum jadi Ketua Umum, di MUI Ma’ruf pernah menjadi Ketua Komisi Fatwa yang bertanggung jawab soal penerbitan fatwa MUI.
Ma’ruf yang pernah belajar di Pondok Pesantren Tebuireng ini disebut cicit dari Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani, ulama besar asal Banten yang pernah menjadi Imam Masjidil haram.
Dalam catatan Wikipedia, Syaikh Nawawi adalah ulama yang hidup tahun 1730 hingga 1813. Para ulama Indonesia menyebut Syaikh Nawawi sebagai Bapak Kitab Kuning Indonesia. Ratusan buku pernah dia tulis semasa hidup.
Selain orang nomor satu di MUI, Ma’ruf juga menduduki jabatan tertinggi di Nahdlatul Ulama, organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia. Jabatannya adalah Rais Am atau Ketua Umum dalam arti sebenarnya.
Sementara Ketua Tanfidziyah atau Ketua Umum PBNU yang selama ini lebih dikenal, lebih pada ketua pelaksana. Jabatan ini membuat Ma’ruf menjadi ulama yang paling dihormati di kalangan nahdliyin, sebutan untuk pengikut NU.
Katib Syuriah PBNU Asrorun Niam Sholeh menyebut Ma’ruf sebagai “Top of the top pimpinan Ulama Indonesia dan panutan mayoritas umat Islam Indonesia”.
Sumber: CNN