Oleh: Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, MA
Sekjen IKADI, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
RAMADHAN hadir sebagai solusi bagi orang-orang beriman. Tabiat jiwa manusia cenderung melemah. Keimanan pun fluktuatif, terkadang naik dan turun. Pada saat manusia sangat membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah (spiritual) untuk menghadapi berbagai problematika hidup yang sulit dan berat, Ramadhan hadir ke tengah-tengah kehidupan mereka.
Dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan bantuan dan sekaligus hiburan kepada umat Islam dalam menghadapi kondisi berat, sehingga dapat keluar dari permasalahan yang berat dan sulit tersebut. Ini berarti Ramadhan adalah nikmat dan karunia Ilahi.
Tujuh Kiat Meraih Sukses Ramadhan:
1. Berbahagia dengan hadirnya Ramadhan, karena termasuk ia termasuk karunia dan nikmat Allah Ta’ala. Allah berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
”Katakanlah,’Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).
BACA JUGA: 4 Target yang Harus Tercapai di Bulan Ramadhan
Karena itu, kita men tarhib Ramadhan. Kata tarhib berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban yang berarti melapangkan dada dan menyambutnya dengan mesra dan gembira. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah mentarhib Ramadhan dua bulan sebelumnya, yaitu sejak bulan Rajab.
2. Menyiapkan diri dengan baik, mulai dari: 1) Persiapan hati; dengan meningkatkan intensitas dan kualitas ibadah. 2) Persiapan akal; dengan mendalami Fiqhu’s Shiyam (pengetahuan seputar aturan-aturan syariat seputar puasa) sehingga dapat melaksanakan puasa dengan baik dan benar. 3) Persiapan fisik; sebab fisik yang lemah tidak bisa menunaikan ibadah puasa dengan sempurna.
Allah Ta’ala berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS. Al-Baqarah: 197).
3. Merencanakan peningkatan prestasi ibadah dibarengi dengan tekad kuat untuk menjadikan Ramadhan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Baik perencanaan yang bersifat global maupun perencanaan bersifat rinci, baik secara kuantitas maupun kualitas. Seperti dengan menyusun Daftar Menu Ibadah berisi tarawih yang utuh, tilawah Al Qur’an sampai khatam, ifthar shaim (memberi buka puasa), peningkatan kuantitas zakat dan sedekah dan lain-lain. Ayat 18 dari Surat Al Hasyr menegaskan pentingnya planning (perencanaan) dalam hidup seorang mukmin karena dapat menghantarkan kepada derajat takwa.
4. Melaksanakan ibadah puasa dan amaliyah-amaliyah Ramadhan lainnya dengan hati yang ikhlas; semata-mata didasari atas panggilan iman dan memperhatikan segala adab serta sunnah-sunnahnya. Sebab, diterimanya suatu ibadah hanya dengan dua syarat itu.
5. Mujahadah (bersungguh-sungguh) menjadikan Ramadhan sebagai Syahru’t Taubah (Bulan Taubat), Syahrut Tarbiyah dan Syahrud Da’wah (Bulan Pendidikan dan Da’wah) serta Syahrul Jihad (Bulan Jihad/Perjuangan). Ketika kita bersungguh-sungguh, maka Allah akan membukakan kepada kita berbagai jalan kemudahan, termasuk kemudahan dalam meraih sukses Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang bermujahadah (bersungguh-sungguh/berjiha) untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS Al ‘Ankabut [29]: 69).
BACA JUGA: Memperbanyak Puasa di Bulan Rajab
6. Berpuasa seperti puasanya orang yang akan meninggalkan dunia. Dalam hadits shahih Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tips shalat yg khusyu’ dengan sabdanya,
إذا قمت في صلاتك فصلِّ صلاة مودع ..
“Apabila kamu hendak shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang akan pamitan ..” (HR Ahmad, no. 23498, Ibnu Majah, no. 4171, dan di shahih kan oleh Syekh Albani dalam “As Silsilah Ash Shahihah”, no. 401).
Dalam konteks Ramadhan, pesan itu seakan menjadi صُوْمُوا كَصِيامِ مُوَدِّعٍ , “Berpuasalah seperti puasanya orang yang akan meninggalkan dunia”. Kita semua pasti akan meninggalkan dunia yang fana ini, tanpa pernah bisa kita prediksi dan kematian tidak pernah akan permisi. Menghadirkan perasaan jangan-jangan Ramadhan kali ini adalah yang terakhir –kemungkinan itu bisa terjadi- dapat memacu dan memicu kita untuk dapat mengoptimalkan pertemuan kita dengan Ramadhan dengan peningkatan beragam amaliah Ramadhan, baik secara kuantitas maupun kualitas.
7. Memohon taufiq (kesuksesan) kepada dalam do’a. Sebab, Allah-lah Pemilik Kesusksesan. Dan Ramadhan juga dikenal sebagai Syahru’d Du’aa’ (Bulan Do’a). Sehingga ditengah-tengah pembahasan tentang puasa, Allah ta’ala juga menyisipkan satu ayat tentang do’a, yaitu ayat 186 dari QS Al Baqarah [2].
رمضان مبارك تقبل الله منا ومنكم وكل عام وأنتم بخير
[]