COX’S BAZAR—Pemerintah Bangladesh mengirimkan pasukan ke kamp-kamp pengungsi Rohingya di Kota Cox’s Bazar, sebelum memulangkan etnis muslim Myanmar itu ke negara asalnya. Kedatangan tiba-tiba personil militer itu membuat para pengungsi ketakutan dan panik.
Pemerintah Bangladesh sendiri mengklaim bahwa 2.200 lebih pengungsi Rohingnya tersebut akan pulang secara sukarela mulai 15 November. Klaim tersebut kemudian dianggap berbagai lembaga kemanusiaan dunia hanya klaim sepihak, karena para pengungsi menampakan ketakutan yang sangat.
BACA JUGA: Meski Dikecam PBB, Myanmar Siap Sambut Muslim Rohingya
Pengungsi yang berbicara secara anonim kepada Guardian mengungkapkan, banyak keluarga Rohingya yang bersembunyi akibat kadatangan militer Bangladesh.
Qatar, pengungsi berusia 29 tahun mengungkapkan, bahwa para pengungsi yang dipulangkan secara paksa itu bahkan tidak ada dalam daftar. “Banyak keluarga, bahkan mereka yang tidak termasuk dalam daftar yang disetujui untuk dikembalikan ke Myanmar, memilih untuk bersembunyi.”
“Tentara berada di setiap sudut di Kamp Jamtoli dan Hakimpara, mereka duduk dan memeriksa kami. Mereka tidak membiarkan kami beraktivitas di kamp,” lanjut Qatar
“Kami bahkan sangat takut untuk keluar rumah atau makan sekalipun. Beberapa pengungsi meninggalkan blok kami pada tengah malam dengan menggunakan jalan rahasia menuju kamp-kamp lain, terutama Kutupalong, di mana tidak ada banyak informasi soal pemulangan.”
Jani, seorang pengungsi lainnya berusia 30 mengatakan, keamanan di kamp ditingkatkan dua kali lipat dalam dua hari terakhir.
“Ketika matahari terbenam, tim keamanan datang ke setiap pintu masuk kamp dan mereka tidak pergi sampai pagi. Orang-orang melarikan diri dan menghabiskan hari-harinya di hutan atau kamp-kamp lain,” katanya.
Sementara itu, Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet pada Selasa mendesak pemerintah Bangladesh untuk menghentikan rencana pemulangan tersebut. Dia mengatakan pemulangan tersebut akan mempertaruhkan nyawa para pengungsi, bahkan melanggar hukum internasional.
Rohingya, yang digambarkan PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, menjadi etnis yang paling trauma karena puluhan saudara dan kerabatnya dibunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.
BACA JUGA: Ogah Dipulangkan ke Myanmar, Puluhan Pengungsi Rohingya Kabur
Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan Myanmar, demikian menurut laporan Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA).
Lebih dari 34 ribu Rohingya dibakar hidup-hidup, sementara lebih dari 114 ribu lainnya dipukuli, kata laporan OIDA, yang berjudul “Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira.”
Sekitar 18 ribu wanita dan gadis Rohingya diperkosa oleh Tentara dan Polisi Myanmar dan lebih dari 115 ribu rumah Rohingya dibakar dan 113 ribu lainnya dirusak.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya, sebagian besar anak-anak dan perempuan, melarikan diri dari Myanmar. Mereka menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap etnis Muslim minoritas pada Agustus 2017 lalu.
PBB telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal, dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan negara Myanmar. Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. []
SUMBER: ANADOLU