Suatu hari di sebuah desa, ada dua orang petani yang tengah risau dengan kondisi ladangnya. Bagaimana tidak, telah lama di desa itu tidak turun hujan.
Keduanya lantas memanjatkan doa kepada Allah Swt dengan penuh harap. Berharap Allah menurunkan hujan agar ladangnya bisa digunakan untuk bercocok tanam.
Doa kedua petani itu sama. Tingkat ketulusannya pun sama. Namun ada perbedaan pada apa yang dilakukan keduanya setelah berdoa.
BACA JUGA:
Haji Mabrur atau Haji Mabur?
Siapa yang Belum Mampu Berhaji, Ingatlah Ini
Petani yang pertama, setelah memanjatkan doa sepenuh jiwa, ia tidak melakukan apa pun. Ia hanya terus berdoa dan berdoa. Mengadukan kondisi ladangnya yang kering tak terkira. Sambil membayangkan kondisi keluarganya apabila kekeringan yang melanda terus terjadi.
Berbeda dengan petani yang kedua. Selain berdoa, ia mempersiapkan ladangnya untuk hujan. Dia mencangkul tanah yang kering, ia mempersiapkan bibit dan pupuk untuk bercocok tanam. Padahal belum ada tanda-tanda akan hujan.
Menurut sobat Islampos, petani mana yang doanya lebih layak untuk Allah kabulkan?
Tulis di kolom komentar ya.. ^.^