“JIHAD”, apa yang terbersit dipikiran Anda saat mendengar kata tersebut?
Di negara berbahasa Arab, Jihad, yang kadang-kadang ditulis Jehad adalah nama yang biasa diberikan kepada bayi. Kata tersebut berarti “sebuah perjuangan untuk tujuan mulia”. Dalam ajaran Islam, jihad mengandung makna kebaikan, namun sebaliknya di negara barat. Kata “Jihad” punya konotasi negatif yang seringkali diidentikan dengan kejahatan terorisme.
Nah, bagaimana jika anda bernama Jihad dan tinggal di negara barat?
Kisah anda bisa jadi tak jauh berbeda dengan 3 orang bernama Jihad yang ditayangkan oleh BBC. Mereka adalah seorang dokter dari Chicago, seorang aktor terkenal Suriah dan seorang insinyur muda dari wilayah Palestina yang sedang memulai kehidupan di London, Inggris.
BACA JUGA: Jihad Itu Apa Sih?
Bagaimana kisah mereka? Berikut ini ulasan selengkapnya.
1 Jihad Abdo
Jihad Abdo adalah salah satu aktor terkenal Suriah. Namanya diawasi pemerintah karena mengandung kata ‘Jihad’. Karena itu pula kendaraannya pernah mengalami pengrusakan. dia dipandang mengecam pemerintah Suriah karena liputan LA Times. Abdo diperintahkan untuk memberikan wawancara televisi guna menunjukkan dukungan terhadap Presiden Assad. Dia menolak dan meninggalkan negara itu.
Amerika Serikat adalah tempatnya berlindung, tetapi namanya segera dipermasalahkan.
“Saya lari ke Amerika pada bulan Oktober 2011,” Abdo menjelaskan lewat telefon dari Paris, di sela-sela pembuatan film drama komedi AS-Patriot.
“Saya segera memperkenalkan diri ke orang-orang lain dan menyaksikan … reaksi ini …Terutama di Midwest begitu mereka mendengar nama saya Jihad, hal pertama yang muncul di pikiran mereka adalah gambaran para pengebom bunuh diri, dan jihadis yang menyerang militer di Afghanistan atau Irak,” kata dia.
Abdo, yang acara TV-nya ditonton 50 juta orang, tidak bisa mendapatkan pekerjaan di Los Angeles. Dia gagal diterima melalui 100 audisi dan harus bertahan hidup dengan menjadi pengantar pizza Domino’s. Dia menyadari untuk dapat tetap menjadi aktor, dirinya harus mengganti nama.
“Saya hanya membayangkan seseorang yang mengalami hal yang sebaliknya di negara saya, memiliki nama yang ditakuti. Dia tidak mungkin berhasil di bisnis hiburan,” Kata dia.
Jihad Abdo juga sempat mengganti namnaya demi kelangsungan karier dan keselamatan hidupnya di negara barat tersebut.
“Dan seperti yang dikatakan Shakespeare 400 tahun lalu, ‘Apa yang terkandung dalam sebuah nama?’ Saya katakan -‘Ubah’. Saya menyukai nama saya, tetapi saya juga ingin bertahan hidup. Saya memandang diri saya sendiri sebagai seseorang yang terbuka, demikian juga istri saya. Dengan kerendahan hati, kami tidak memperhatikan nama ini ataupun nama itu. Kami lebih mementingkan misi kami di dunia, etika kami dan keberhasilan kami,” ujarnya.
Dia mempertimbangkan nama Jude, tetapi akhirnya memutuskan nama Jay, sederhana, aman dan nama Amerika.
“karena mereka memandang Jay orang yang menyenangkan-seperti Jay Leno-orang merasa nyaman. Bisa dikatakan ini tidak menciptakan ‘kepekaan’,” lanjutnya.
Keluarganya menganggap ini lucu, katanya, “Tetapi mereka sama sekali memahami karena hal yang sama juga terjadi pada nama Osama beberapa tahun lalu. Serupa dengan yang terjadi di Rusia terkait nama Koba setelah Stalin meninggal. Demikian juga dengan Adolf di Jerman. Saya tidak ingin menghadapi berbagai masalah karena nama saya, ketika hati saya sama sekali berbeda – dan juga perasaan saya.” kata Abdo.
Abdo, 55 tahun, masih menggunakan nama aslinya di Suriah dan bagian lain Timur Tengah. Sebagian dari teman-temannya di AS pun menolak perubahan itu.
“Mereka mengatakan, ‘Apa saya bisa tetap memanggil kamu Jihad? Karena saya tidak menyukai kesalahpahaman apapun di luar Amerika,” papar Abdo.
2 Jihad Shoshara
‘Jika anak umur delapan tahun bisa menyebutkannya…’
Itulah pemikiran yang dapat didapat Jihad Shoshara, 49 tahun. Dia tinggal di Chicago sepanjang hidupnya dan bekerja sebagai seorang dokter senior spesialis anak-anak.
Shoshara dilahirkan dari seorang ibu Amerika-Meksiko dan ayah dari Damaskus. Ketika masih kecil dia diolok-olok karena nama “aneh”-nya. ”
Di Suriah dan Lebanon serta Levant pada umumnya, menurut Shoshara, nama Jihad tak seperti nama Jacob atau nama lain yang dipakai satu dari empat atau lima orang, tetapi Jihad tetap nama yang biasa.
“Ini juga tidak terbatas jenis kelamin. Saya bertemu sejumlah perempuan bernama Jihad. Ini bukan hanya Islam, jadi ada juga orang Kristen bernama Jihad.” jelasnya
Namun, hal itu berbeda dengan di Amerika, terutama pada tahun 1970-an ketika Shoshara masih berusia 12-13 tahun.
Shoshara melakukan hal yang sama dengan Abdo.
“Saya tidak akan menyembunyikan nama sebenarnya, tetapi tetap lebih mudah untuk tidak diperhatikan dan tidak menghadapi berbagai masalah. Masuk sekolah. Sekolah menengah dan bahkan universitas, saya menggunakan nama Jay,” aku Shoshara.
Namun, Shoshara kemudian menggunakan kembali nama aslinya, Jihad.
“Saya baru saja lulus dari universitas dan menganggur selama satu tahun sebelum memasuki sekolah kedokteran. Saya menghabiskan musim panas menjadi pembina sebuah kamp bagi anak kurang mampu. Saya pergi ke sebuah kamp di Wisconsin pada hari wisuda. Saya melangkah masuk dan memperkenalkan diri ke para staf, anak-anak. Dan saya mengatakan, ‘Halo, nama saya Jihad,’ dan sebelum saya mengatakan ‘…tetapi Anda bisa memanggil saya Jay’, mereka mengatakan ,’oh Jihad, ok deh, keren!’ Dan saya berpikir – Wah, jika anak berumur delapan tahun dapat menyebutkan nama ini dengan benar, maka saya seharusnya juga bisa.” lanjutnya.
Sekarang, keadaannya justru berbeda. Menurut Shoshara, dia bisa menggunakan kata Jihad untuk memulai sebuah pembicaraan.
“(nama) Ini adalah alat yang tepat untuk memulai pembicaraan!”
BACA JUGA: Berjihad dengan Toleransi
Meskipun alasannya berbeda, kedua Jihad ini sepakat tidak akan mewariskan nama mereka ke anak-anaknya.
“Tidak secara dangkal, (tetapi sebenarnya) sama alasannya di tradisi Islam ‘Jnr’ (Junior) tidaklah ada,” kata sang dokter.
Jihad Shoshara mengatakan dirinya berusaha menjadi Muslim yang taat. Tetapi waktu yang tersisa hanya sedikit antara jam praktik dokternya dan tugas kemanusiaan dengan Syrian American Medical Society, termasuk misi merawat pengungsi Suriah.
3 Jehad Fadda
Jehad Fadda (32) berasal dari Nablus, Tepi Barat, Palestina. Dia datang ke Inggris tujuh tahun lalu untuk meraih S2 dalam telekomunikasi di Newcastle. Dia bangga diberi nama sama dengan nama kakeknya, dan ketika muncul pertanyaan “menjadi Jehad, atau tidak..?” dia memilih untuk mempertahankannya.
Dia merasa namanya membuat rumit hubungan dengan agama, karena anggapan orang -orang lain.
“Di depan orang lain, saya merasa diri saya tidak dapat memutuskan pilihan pribadi saya. ‘Jadi saya tidak minum alkohol karena saya Muslim.’ Ya saya tidak minum, tetapi tidak harus karena saya Muslim – mungkin saya memiliki alasan-alasan lain.”
Seperti kebanyakan pria London usia 30-an, Jehad berjenggot. Dan kadang bercanda dengan orang karena jenggotnya itu yang dinilai bisa uuntuk memberi makan troll.
“Ironis karena ini adalah ide yang bodoh – tidak seorangpun anggota keluarga saya mendukungnya!. Jika Anda Muslim dan Anda melihat jenggot saya, Anda akan mengetahui ini bukanlah jenggot Muslim karena jenggot Muslim tidak membolehkan kumis. Ini adalah sesuatu yang harus diperhatikan! Itu dipandang tidak bersih.”
Tempat umum seperti bandara bisa menjadi masalah baginya.
“Hal dramatis tidak pernah terjadi,” dia mengingat-ingat.
Dia berusaha tidak berbicara dalam bahasa Arab di terminal bandara.
“Cukup menarik, jika saya kehilangan istri saya di suatu tempat, dia tidak akan meneriakkan nama saya. Itu berlaku di semua tempat. Dia menggunakan nama panggilan!” kata Jehad.
[bs_smart_list_pack_end][/bs_smart_list_pack_end]
BACA JUGA: Jihad tanpa Didahului Adab
Ternyata tak mudah mempertahankan identitas muslim di negara nonIslam. Itulah yang tergambar dari kisah 3 Jihad di atas. []
SUMBER: BBC