ABU Bakar Ash-Shiddiq, dialah sahabat sekaligus khalifah rasyidin pertama sepeninggal Nabi Muhammad ﷺ. Sahabat yang satu ini memiliki derajat yang tinggi di sisi Nabi.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah ﷺ pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling engkau cintai?”
Jawab Nabi, “Aisyah.”
Lantas, para sahabat bertanya, “Siapakan yang engkau cintai diantara kalangan sahabat (laki-laki), wahai Rasulullah?”
Rasulullah ﷺ menjawab, “Bapaknya (Aisyah).” Jadi, yang Beliau ﷺ maksud adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, karena Abu Bakar merupakan ayah dari Aisyah, istri rasul.
BACA JUGA: Inilah Kebaikan-kebaikan Abu Bakar As-Siddiq yang Mengaggumkan!
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah pertama dalam Islam
Sepeninggal Rasulullah ﷺ, umat Islam membaiat Abu Bakar menjadi khalifah atau pemimpin umat. Namun, ada yang unik. Tidak seperti orang-orang yang pada masa sekarang kerap merayakan jabatan barunya sebagai pemimpin, dia sama sekali tidak berubah menjadi sombong atau membangga-banggakan diri. Beliau tetap menjadi sosok yang bersahaja dan menjadi teladan yang baik bagi umatnya.
Sosok mulia ini bahkan masih sempat pergi ke pasar untuk berdagang sebagaimana biasa dia lakukan. Padahal, pada hari itu adalah hari pengangkatannya menjadi khalifah.
Dia berangkat pagi-pagi menuju pasar dengan membawa baju-baju yang menjadi barang dagangannya. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah. Mereka pun bertanya kepada Abu Bakar, “Hendak kemana Engkau?”
“Aku akan ke pasar,” jawabnya
“Apa yang Engkau lakukan di sana, sedangkan siang ini Engkau akan dibaiat menjadi khalifah pengganti Rasulullah?” tanya mereka.
Abu Bakar pun menjawab, “Jika aku tidak berdagang, dari mana aku bisa memberi makan keluargaku?”
Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah menjelaskan, “Kaum muslimin akan memberikan secara rutin setiap hari, separuh daging kambing dan pakaian mulai dari kepala sampai perut untuk keluargamu.”
Kendati sebagai Kahlifah Abu Bakar memiliki ‘frivilege’, namun dia tidak serta merta bersikap serakah dan sewenang-wenang. Dia tetap menjalankan kegiatan dan pekerjaannya seperti biasa.
Selain berdagang pakaian di pasar, dia juga bekerja sebagai pemerah susu kambing pada seorang pemilik kambing di daerah beliau yang bernama Al-Hayy.
Setelah diangkat menjadi khalifah, salah seorang pembantu Al-Hayy berkata kepada Abu Bakar, “Sekarang engkau tidak akan lagi memerah susu untuk kami.”
Mendengar perkataan tersebut, apa yang diucapkan sang khalifah sungguh di luar dugaan.
“Aku akan tetap memerah susu untukmu … dan aku harap, Engkau tidak mengubah sikapmu padaku setelah aku mendapatkan amanat kekhalifahan ini.”
BACA JUGA: 5 Keutamaan Abu Bakar As Siddiq, Sahabat Sekaligus Mertua Rasulullah
Khotbah Abu Bakar Ash-Shiddiq saat diangkat sebagai Khalifah
Dalam khotbahnya saat diangkat menjadi Khalifah, Abu Bakar berkata di hadapan umat Islam, “Aku telah diberi amanah atas diri kalian semua. Aku sadar, aku bukanlah orang terbaik di anatra kalian. Tetapi Alquran telah diturunkan kepada kita, juga Rasulullah ﷺ telah menetapkan sunahnya,dan kita menjadi tahu bahwa secerdas-cerdasnya manusia adalah mereka yang bertakwa. Sedangkan sebodoh-bodohnya manusia adalah mereka yang berbuat kebejatan.”
“Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah orang yang mengikuti petunjuk Rasulullah,dan aku bukan seorang yang membuat-buat perkara baru.”
“Jika aku telah berbuat baik, maka tolonglah aku, tetapi jika aku telah berbuat kesalahan, maka ingatkanlah aku.”
“Koreksilah diri kalian semua sebelum kelak kalian dikoreksi pada hari perhitungan amal. Tidak ada suatu kaum yang meninggalkan berjuang di jalan Allah, kecuali Allah akan menimpakan kefakiran kepada mereka.”
“Tidak akan tampak sebuah kesusilaan pada suatu kaum, kecuali Allah akan menimpakan azab-Nya secara merata kepada mereka.”
“Taatlah kalian semua kepadaku selama aku masih mentaati Allah, tetapi jika aku melanggar ketetapan Allah dan rasul-Nya, janganlah kalian menaatiku.”
“Demikian aku sampaikan, aku meminta ampun kepada Allah untuk diriku dan juga untuk diri kalian semua.”
Sungguh mulia Abu Bakar Ash Shiddiq, mertua, sahabat, sekligus khalifah pertama yang memegang teguh risalah Islam sepeninggal Nabi Muhammad ﷺ, sehingga Islam tersebar ke berbagai wilayah, bahkan sampai kepada kita semua ajaran-ajaran Alquran dan sunah hingga sekarang. []
Referensi: Manusia-Manusia yang Dirindukan Surga/Karya: As’ad Muhammad/Penerbit: Media Pressindo/Tahun: 2013