ABU Jandal merupakn putra dari Suhail bin Amr. Suhail ini merupakan orang utusan kaum Quraisy dalam perundingan perjanjian Hudaibiyah.
Ketika Suhail bin Amr datang untuk berunding dengan Rasulullah dalam perjanjian Hudaibiyah, dan saat Rasulullah dan Suhail menanda tangan perjanjian tersebut, tiba-tiba Abu Jandal putra dari Suhail bin Amr datang dalam keadaan terikat dengan rantai.
BACA JUGA: Kekuatan Cinta Zainab dan Abul ‘Ash
Abu Jandal melarikan diri dari kaum kafir Quraisy dan bergabung dengan Rasulullah dan kaum muslimin. Ketika Suhail melihat anaknya, Abu Jandal, Suhail mendekat kepada Abu Jandal dan memukulnya. Ia pegang leher bajunya dan berkata, “Wahai Muhammad, paerjanjian telah berlaku sebelum ia datang.”
Rasulullah menjawab, “Ya, kau benar.”
Suhail menarik keras-keras baju anaknya itu dan menyeretnya ke Quraisy. Pada saat itu Abu Jandal berteriak dengan keras, “Wahai kaum muslimin, apakah kalian mebiarkanku dikembalikan kepada oarang-orang musyrik yang akan menyiksaku karena agama yang aku yakini?”
Rasulullah berkata, “Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah kepada Allah! Allah pasti akan memberikan jalan keluar bagimu dan orang-orang yang lemah. Kami telah meyepakati perjanjian dan perdamaian serta kami saling memberikan kepercayaan. Kami tidak akan menghianati perjanjian tersebut.”
Kemudian Umar mendekati Abu Jandal dan berkata, “Bersabarlah, Abu Jandal. Mereka hanyalah orang musyrik. Darah satu orang dari mereka sama dengan darah anjing.”
BACA JUGA: Abu Dzar Meminta Bilal untuk Menginjak Kepalanya
Pada saat itu, Umar mendekatkan kepala pedangnya ke arah Abu Jandal. Ia berkata, “Aku berharap engkau mengambil pedang ini untuk menebas ayahmu.”
Abu Jandal tidak menebas kepala ayahnya dia masih mempertahankan hidup ayahnya sedangkan perjanjian itu masih berlaku. []
Sumber: Nabi Muhammad di Hati Sahabat/ Penulis: Walid al-A’zhami/ Penerbit: Qalam/ 2016