ASHABUL Ukhdud, sekelompok orang yang disebutkan dalam QS Al Buruj. Mereka adalah rezim penguasa yang berbuat zalim kepada ahli kitab yang beriman kepada satu tuhan (monoteis). Rezim kezam ini merujuk pada Dzu Nuwaas, raja Himyar.
Himyar adalah keraaan di sekitar Yarim, Yaman. Meskipun mendeklarasikan dirinya sebagai Yahudi, faktanya raja Himyar berafiliasi dengan Persia yang menganut Majusi.
Kerajaan Himyar berebut pengaruh dengan Aksum. Himyar pun mengampanyekan politik anti-agama karena menganggap pemeluk agama itu sebagai pendukung Kerajaan Aksum.
Kedua kerajaan tersebut berada diwilayah Tanduk Afrika. Menurut para arekeolog, Tanduk Afrika telah didiami manusia sejak zaman prasejarah. Bahkan, daerah itu diduga kuat menjadi hunian manusia pertama.
Pada 2015 lalu, arkeolog menemukan tulang rahang manusia yang diketahui berusia 2,8 juta tahun di kawasan penelitian Ledi-Geraru, Afar, Ethiopia. Di negara yang sama, para ilmuwan sebelumnya juga berhasil menguak fosil tertua yang berkaitan dengan manusia purba, yakni rahang atas berusia 2,35 juta tahun.
BACA JUGA: Ini Negara Afrika dengan Penduduk 100 Persen Muslim
Catatan terawal mengenai sejarah Tanduk Afrika, menurut Paul B Henze dalam The Horn of Africa (1991), berasal dari peradaban lembah Sungai Nil.
Sebuah prasasti dari masa 2.400 tahun sebelum Masehi (SM) menyebutkan, kerajaan Mesir Kuno menjalin hubungan dagang dengan suatu daerah yang bernama Tanah Punt.
Para arkeolog menduga, Punt merujuk pada kawasan kota-kota pelabuhan yang merentang sekitar Laut Merah hingga Selat Bab al-Mandab memisahkan antara Djibouti dan Yaman. Sebagian ilmuwan menduganya lebih luas lagi, yakni meliputi seluruh pantai Tanduk Afrika.
Henze meneruskan, beberapa pakar sejarah purba meyakini peradaban Mesir kuno bermula dari gelombang migrasi penduduk dataran rendah Tanduk Afrika ke sekitaran Sungai Nil. Mereka terpaksa pindah ke utara karena tanah tempat tinggalnya kian gersang atau meluasnya area gurun (desertifikasi) Sahara.
Sesudah eksodus itu, kira-kira sejak 1070 SM peradaban Kush muncul di utara Gurun Nubia atau pinggiran Sungai Nil bagian tengah (kini Sudan). Kerajaan Kush bertahan hingga tiga abad pertama Masehi. Dalam rentang ratusan tahun lamanya itu, wilayah tersebut menjadi titik perjumpaan pelbagai kebudayaan besar dunia. Tidak hanya Mesir, tetapi juga Yunani, Romawi, serta Persia.
Sekitar 590 SM, Kerajaan Kush memindahkan ibu kotanya ke arah selatan, tepatnya Meroe (Sudan). Kerajaan Aksum sendiri berdiri pada abad pertama SM di Etiopia Utara.
Kush dan Aksum saling bersaing untuk memperebutkan pengaruh di seluruh Tanduk Afrika. Pada pertengahan abad keempat, Kush berupaya menyerang Aksum. Eksana I, raja Aksum saat itu, membalasnya dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Sejak saat itu, berakhirlah riwayat Kerajaan Kush.
Ezana I bukan hanya pemimpin yang sukses menguasai berbagai wilayah di Tanduk Afrika. Dia merupakan raja Aksum pertama yang beriman kepada ajaran nabi Isa. Dalam sejarah dia disebut sebagai Raja Aksum pertama yang beragama Nasrani.
Sosok yang berhasil mengajak Ezana1 ke monoteisme ialah Fru mentius alias Aba Salama, seorang pemuka agama asal Tyre (Lebanon).
Menurut sejarah, pada masa Ezana I, Aksum menjadi salah satu negeri yang paling awal mengadopsi ajaran Nasrani sebagai agama resmi di dunia. Masa itu terjadi 500 tahun lebih sebelum Nabi Muhammad SAW dilahirkan.
Aksum menjadi sebuah kerajaan besar yang bercorak maritim. Dapat dikatakan, Laut Merah sudah berada di dalam genggamannya. Sebagai kerajaan Kristen, Aksum otomatis terhubung baik secara sosial maupun politik dengan Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium.
Sementara itu negeri tetangganya, yakni Arab Selatan disusupi pengaruh Kekaisaran Persia dan kepercayaan majusi. Demikian juga Himyar. Sejak abad pertama SM, Kerajaan Himyar yang beribu kota di Zafar (kini sekitar Kota Yarim, Yaman) mendeklarasikan dirinya sebagai Yahudi. Namun, faktanya, raja Himyar berafiliasi dengan Persia yang menganut Majusi.
BACA JUGA: Kota Legendaris di Afrika Barat, Ada Apa di Timbuktu?
Sejatinya Aksum dan Himyar merupakan negara-negara penyangga (buffer states) antara hegemoni Byzantium dan Persia, kedua negara adidaya yang saling berebut pengaruh di sekitar Tanduk Afrika. Himyar dan Aksum pun terlibat konflik serupa.
Raja Himyar saat itu yakni Dzu Nuwaas, tidak segan-segan menghukum rakyat yang kedapatan memeluk ajaran seperti penduduk Aksum. Bahkan, pada 523 M terjadilah pembantaian di Najran (kini sebuah kota perbatasan Arab Saudi-Yaman). Inilah peristiwa yang melahirkan sebutan ashabul Ukhdud dalam Alquran.
Alquran mengabadikan peristiwa itu dalam surat Al Buruj.
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ (1) وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ (2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ (3) قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).
Rezim Dzu Nuwaas disebut sebagai ashabul ukhdud, ‘orang-orang yang membuat parit.’ Sebab, mereka menyiksa kaum beriman dengan cara membakarnya hidup-hidup dalam parit besar yang dinyalakan api.
Demikianlah Alquran mengungkap dengan jelas kebenaran peristiwa yang terjadi jauh sebelum Alquran itu sendiri diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kejaidan terkait Ashabul Ukhdud ini juga diceritakan dalam hadits panjang yang diriwayatkan Imam Muslim Nomor 3.005. []